Share

48. Bukan Jalan Keluar

Author: NingrumAza
last update Last Updated: 2024-04-19 21:01:44

"Apa! Asisten?" pekik Jasmine tak percaya. Bola matanya melebar seperti hendak keluar.

"Betul. Kita sudah sepakat sebelumnya. Anda sudah tandatangan kontrak bukan?" Nita tetap dengan santai menanggapi.

"Gak! Gak mau! Saya datang ke sini bukan untuk jadi asisten. Saya ingin jadi model, Mba!" seru Jasmin kehilangan kesabaran.

"Terserah. Anda sudah tandatangan secara sadar. Jika Anda tidak percaya, silakan baca baik-baik surat kontrak ini."

Nita gegas mencari kertas yang telah dibubuhi tanda tangan Jasmin.

"Ini. Bacalah!"

Jasmin buru-buru menyambar kertas putih yang sudah memang sudah dirinya beri tanda tangan. Dia membaca poin demi poin di dalamnya.

Ternyata di kertas itu begitu jelas tertulis bahwa; Dia hanya menjadi model cadangan saja, sekaligus merangkap asisten model jika tidak ada pekerjaan.

"Bagaimana mungkin?" gumam Jasmin terkejut. Bayangan dirinya menjadi bintang yang dihujani banyak jepretan kamera pupus sudah. Apalagi dikontrak itu juga tertulis selama tiga tahun ia harus be
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   49. Sesal Tak Ada Arti

    "Apa maksudmu dengan rumah dan mobil? Bukankah rumah itu jelas-jelas atas namamu dan kamu yang membelinya?" tanya Sundari."I-itu, anu, Ma. Maksudku----" "Anu apa? Pasti ada yang kamu sembunyikan dari Mama, iya kan? Katakan sejujurnya, Kamil!" Cecar Sundari mendesak."Oke! Akan aku ceritakan semuanya." Kamil akhirnya menyerah. Dia akan ceritakan semua kebodohannya sendiri yang selama ini dia simpan."Cepetan!" Yumna ikut mendesak."Jadi, rumah itu sudah dibayar lunas oleh ayahnya Della beberapa bulan lalu. Begitu pun mobilnya," terang Kamil."Bagus dong, berarti sekarang kamu sudah tidak punya cicilan lagi," ucap Yumna."Iya, Kak. Tapi semua sudah berbalik nama menjadi atas nama Della," imbuh Kamil yang membuat saudara serta mamanya begitu kaget."Hah! Bagaimana ceritanya? Kamu ditipu?" Meski syok, Sundari masih bertanya."Kerjaanku sempat kacau setelah kejadian malam penggerebekan itu. Alhasil banyak kerugian yang aku timbulkan. Demi bisa tetap bekerja di sana, aku harus membayar ga

    Last Updated : 2024-04-20
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   50. Mengintip Melalui Aplikasi

    Sepanjang perjalanan pulang, Kamil terus terngiang ucapan kakaknya."Jangan perlihatkan emosi di depan Della. Bersikaplah seolah tidak terjadi apa-apa. Cari bukti yang kuat, setelah itu kita lumpuhkan Della dan keluarganya yang sok kuasa itu."Belum lagi video-video kemesraan istrinya dengan laki-laki lain bagai roll film yang terus diputar berulang kali di kepalanya. Dipukulnya gagang setir berulang kali menggunakan kepalan tinjunya sebagai pelampiasan kekesalan yang hampir meluap dari ubun-ubun. Jika boleh, dia juga ingin berteriak sekencang mungkin sebagai bentuk penyesalannya telah menyia-nyiakan wanita tulus seperti Syakila. Namun, dia laki-laki, tidak sepantasnya berteriak di dalam mobil, apalagi ia dalam keadaan sedang menyetir.Andaikan waktu bisa diputar, Kamil lebih baik tidak mengenal Della sama sekali. Dia akan tetap bersama Syakila, menuruti kata hatinya yang hingga kini masih terpaut namanya, tanpa bisa tergantikan oleh siapapun.Malam sudah sedikit larut ketika Kamil s

    Last Updated : 2024-04-22
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   51. Kemunculan Syakila

    Namun, tiba-tiba Aira menjerit."Aaaaarrrggg ..."Devan terlonjak lantas membawa Aira kembali dalam pelukannya. "Ada apa!" serunya sembari celingukan."Lihat, Dad! Ini!" Aira menepuk-nepuk pundak Devan untuk melihat ke arah gawai di tangannya.Mata Devan pun beralih pada benda yang ditunjuk Aira."Apa? Aira mau beli baju itu?" tanya Devan masih tak mengerti sebab gambar yang ditunjuk Aira hanya sebuah live jualan baju."Bukan, Dad. Ini mommy Kila!" tegas Aira, tetapi anak itu masih tak menyadari bahwa layar ponselnya telah bergulir."Oh, kirain ada apa. Kenapa pakai teriak segala!" ujar Devan masih santai, sedetik kemudian, "Hah! Mommy Kila?!" Matanya sampai mendelik melihat layar ponsel yang masih menyala."Iya, Daddy ...." Aira gemas."Tapi ... itu bukan mommy, Sayang. Itu yang live laki-laki loh, masa' dibilang mommy," ucap Devan setelah memperhatikan live itu.Barulah Aira menyadari bahwa; video streaming yang tadi memunculkan gambar wanita berhijab tengah bercerita, kini sudah b

    Last Updated : 2024-04-23
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   52. Anxiety Disorder

    Satu notifikasi masuk dalam ponsel Parveen. Notif pemberitahuan bahwa seseakun telah mengirimnya pesan di sebuah aplikasi tok tok.Dari layar ponselnya, Parveen bisa tahu bahwa seseakun itu adalah milik mantan calon ibu mertuanya, yang sesungguhnya ia juga merindukannya."Bu Sukoco ..." lirih Parveen dengan mata berkaca-kaca memandang nama yang tertera di layar ponselnya."Apa beliau juga mengetahui aku baru saja online? Oh, bodohnya aku ...." Parveen merutuki dirinya, mengapa dia tidak bisa menahan untuk tidak membuka kembali platform itu?Kalau begini, apa yang harus dirinya lakukan?"Baca atau abaikan ya? Aduh ..." resahnya.Parveen mondar mandir di dalam kamarnya. Sungguh, ini lebih membingungkan dari pada membuat sebuah desain. Ah, andai tadi dia tidak menuruti keinginan hatinya, pasti hal semacam ini tidak akan ia rasakan. Kini, mau tidur pun rasanya kantuk tak jua menyerang.Dia duduk di sofa panjang. Bersandar sembari mengurut pelipis yang mulai terasa nyeri. Dengan kondisinya

    Last Updated : 2024-04-25
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   53. Ajakan Makan Siang

    Tok! Tok! Tok!"Assalamualaikum."Wanita dengan style syar'i warna mocca tanpa niqab mendongak, setelah mendengar salam dan pintu ruangannya di ketuk. Seketika senyum manisnya terbit kala melihat lelaki manis berkacamata berkunjung ke butiknya."Wa'alaikumsalam, Hai, masuklah," sapanya mempersilakan tamunya.Ryan pun dengan senang hati berjalan pada sofa yang tersedia di ruangan itu.Benar, Ryan yang berkunjung ke butik Parveen, saat jam makan siang setelah mendapat kabar dari Amber, bahwa; Subuh tadi Parveen ditemukan tidur di atas karpet dengan mukena lengkap yang masih melekat padanya."Bagaimana keadaanmu?" tanya Ryan setelah duduk di sofa.Parveen terkekeh seraya beranjak mendekati Ryan. "Kukira hanya aku yang selalu terbuka padamu, ternyata Oma pun sama.""Beliau hanya mengkhawatirkan mu.""Ya, aku tahu. Aku bahagia akhirnya ada orang yang mengkhawatirkanku.""Tidak semua orang seperti masalalu mu, Veen. Jika kau terus beranggapan seperti itu, percuma saja obat yang rutin kau ko

    Last Updated : 2024-04-26
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   54. Ungkapan

    "Dia ...?" Ryan semakin penasaran sebab Parveen menjeda ucapannya."Dia-pria-yang---" Belum selesai Parveen memberikan jawaban dengan terbata, tiba-tiba Ryan memotong ucapannya."Aku tak akan memaksamu. Siapapun dia, aku akan menunggu hatimu leluasa bercerita." Ryan mengulas senyum di bibirnya agar Parveen kembali rileks.Hal itu berhasil membuat perasaan gadis itu membaik. "Terima kasih, Yan. Kau memang selalu mengerti aku.""Tidak perlu seperti itu, yang terpenting kau tetap sehat." Ryan mengelus kepala Parveen yang tertutup hijab.Bukan Devan tak mendengar obrolan dua orang yang satu ruangan dengannya, tetapi dia ingin menunjukkan bahwa dirinya pun bisa bersabar, dan membuat hati wanita pujaannya tenang. Jangan ditanya perasaan lelaki yang begitu mendamba Parveen, saat melihat interaksi Ryan yang terlihat begitu perhatian pada wanita terkasihnya. Andai tak mengingat di mana dirinya berada, dan bagaimana keadaan Parveen saat ini, mungkin sudah sejak tadi pipi mulus Ryan mendapat ha

    Last Updated : 2024-04-27
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   55. Pesona Syakila Parveen

    Jasmin terus mengikuti mobil Devan hingga ke sebuah rumah sakit terdekat."Rumah sakit? Ngapain Mas Devan ke sini?" gumam Jasmin heran.Motornya berhenti di tepi jalan bersebrangan dengan gedung tinggi bertuliskan RSU Permata Medika. Ragu, ia pun akhirnya melanjutkan keingintahunannya. Kepalang tanggung, dia sudah mengikuti sejauh ini.Dari kejauhan, Jasmin dapat melihat Devan berteriak pada petugas medis sambil tergopoh membopong tubuh seorang wanita yang Jasmin belum ketahui identitasnya. Berjalan perlahan, dia terus memata-matai lelaki tampan incaran kakaknya, yang kini sudah duduk di depan ruangan bertuliskan UGD.'Siapa sih yang lagi ditungguin Mas Devan? Kelihatannya dia cemas sekali,' ucap Jasmin dalam hati.Matanya lekat, tak berpaling mengintai lelaki yang hatinya tak karuan menunggu kabar dokter yang memeriksa keadaan Parveen keluar.Seorang pria muda yang tadi sempat berkenalan dengan Devan, berlari kencang menuju ke ruangan UGD lalu masuk tanpa mempedulikan Devan."Hah! K

    Last Updated : 2024-04-30
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   56. Satu Rumah Sakit

    "Oh! Jadi begitu kelakuanmu di belakangku, Mas!"Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara Della memekik. Kamil menegang, seketika membalikkan handphone-nya ke atas meja. Perlahan, kepalanya menoleh pada Della yang sudah berwajah merah menahan amarah."De-dela ....""Apa!" Dela melotot tajam, lalu mendekat dan merebut handphone suaminya."Jangan, Del!" Seru Kamil yang tak diindahkan.Della tersenyum getir saat melihat dengan jelas sosok wanita berhijab di handphone suaminya. "Perempuan kampung ini lagi, cih! Gak level saingan sama dia!" ujarnya ketus."Sini handphone ku, Del," pinta Kamil."Gak!""Della, ayolah.""Aku akan kembalikan setelah gambar wanita kampungan ini aku hapus!" Della terlihat mengotak-atik benda pipih itu.Sigap, Kamil berusaha menggapai benda persegi itu di tangan istrinya, mencengkeram kuat pergelangannya, lalu menghempaskannya begitu saja setelah berhasil meraih apa yang dimaksud."Jangan campuri urusanku!" tekan Kamil, memandang tajam wajah Della.Napas Dell

    Last Updated : 2024-05-01

Latest chapter

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   216

    Kamil menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, memutarnya dengan mata yang menatap lurus ke depan seperti seekor ular yang siap menyemburkan bisanya. Tanpa ekspresi, dia mendekati Syakila yang masih memejamkan mata lalu membopongnya seperti karung beras, membawanya ke dalam mobil.Beberapa minggu lalu, ketika ia berhasil meracuni polisi yang berjaga kemudian kabur dari lapas, Kamil mendatangi salah satu anak buahnya yang tak tertangkap dan meminta mobil untuk dikendarai. Dibantu oleh anak buahnya itulah akhirnya Kamil berhasil menyelinap ke vila yang disewa Devan, menyamar sebagai penjaga keamanan di sana setelah berhasil membuat penjaga aslinya harus cuti.Dalam hatinya, Kamil bertekad untuk dapat bersatu dengan Syakila, apapun caranya. Jika dia tak bisa memiliki, maka orang lainpun tak ada yang boleh memiliki. Jika tak bisa bersatu di dunia, di alam lain pun Kamil tak keberatan. Dan kini, laki-laki yang jiwanya terganggu itu telah bersiap untuk melakukan sesuatu.****"Pasti ada

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   215

    "Syakila ..." Telinga tajam Devan dapat mendengar suara gelas yang jatuh. Gegas pria bergaya rambut Taper Fade itu naik ke atas kolam dan berjalan ke dapur, tanpa peduli cipratan air yang berjatuhan di lantai."Sayang, kamu gak pa-pa?" teriaknya terus berjalan.Sunyi. Tak ada jawaban apapun. Langkahnya semakin cepat dan pasti. Namun, ketika sampai dapur, tak ada siapapun di sana. Hanya pecahan gelas yang berserakan di lantai.Devan panik. Seketika ia mengitari sekitaran sambil terus memanggil istri tercintanya."Syakila ...""Sayang, kamu di mana?"Terus mencari ke setiap ruangan di vila, tetapi hasilnya nihil. "Sayang, bercandanya gak lucu loh. Kamu di mana ?" Devan masih berfikir positif. Mungkin istrinya ingin bermain-main dengannya."Sayang, ayolah. Keluar dong. Aku dah kedinginan nih, mau ganti baju. Temenin yuk." Devan terus berbicara sendiri sambil terus mencari.Hampir seluruh ruangan ia datangi, dan hasilnya tetap kosong. Panik, Devan mulai sangat panik. Apa yang terjadi de

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   214

    "Kenapa seperti ada yang mengikuti ya?" gumamnya, lalu menoleh ke belakang. Tetapi tak ada siapapun di sana. Jalanan sepi."Mas, ayok!" teriak Syakila yang sudah lebih dulu berjalan."Eh, iya, Sayang." Devan terkesiap kemudian menyusul, ikut mengantri bersama sang istri.Beberapa orang yang juga membeli bubur mengajak mereka ngobrol. Ada yang sama-sama pendatang, ada juga yang asli penduduk setempat. Syakila dan Devan menyukai keramahan penduduk di sekitar villa yang mereka sewa."Ini buburnya, Neng," ucap si penjual bubur pada Syakila, setelah beberapa waktu mengantri."Iya, Mang. Terima kasih." Syakila menerima kantong kresek berisi bubur, sementara Devan yang membayarnya."Mari, Ibu-ibu, kami duluan," pamitnya pada ibu-ibu yang masih mengantri."Mari, Neng, A, selamat liburan ya, semoga sukses," sahut seseibu dengan lantang."Sukses apa nih, Bu?" Devan sengaja menanggapi, karena tertarik dengan misteri di balik kata 'sukses' itu."Ya sukses jadi belendung atuh, hamil teh. Apalagi c

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   213

    "Sayang ... Ahh...."Untuk yang kedua kalinya Devan mencapai puncak kenikmatan bersama Syakila di villa. Sepasang suami istri itu benar-benar menikmati bulan madu kedua ini. Hampir tak terlewatkan oleh mereka aktivitas saling mencintai, dan memadu kasih begitu mereka sampai di tempat penginapan itu. Apalagi Devan memilih villa yang lumayan jauh dari keramaian. menurutnya agar aktivitas mereka lebih privasi. Tentu hal itu semakin membuat mereka semakin intens.Dua manusia berlawanan jenis itu masih tersengal dengan napas memburu di balik selimut putih yang menutupi tubuhnya. "Kau benar-benar hebat, Sayang. Terima kasih." Devan memberikan pujian pada sang istri karena berhasil mengimbangi permainannya yang brutal.Lelaki itu betul-betul merindukan momen ini. Bagaimana tidak? Kemarin-kemarin dia terpaksa harus puasa menjamah tubuh indah Syakila. Banyak kejadian tak terduga yang mereka alami."Sama-sama, Mas. Kamu juga hebat. Masih gagah seperti yang dulu," sahut Syakila dengan suara ber

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   212

    "Bu, Opa, dan Oma, weekend besok aku sama Syakila ada rencana liburan ke villa. Eum, kalau boleh kita mau nitip Aira, gak lama kok, cuma dua hari." Dengan sedikit malu Devan meminta izin saat mereka sedang bersantai di depan televisi.Aira sendiri sudah lebih dulu terlelap ditemani mommy-nya di kamar. Jadi anak itu tidak protes ketika daddy-nya akan pergi berdua saja dengan sang mommy."Tentu saja boleh, Nak. Kalian memang perlu liburan setelah semua yang kalian alami," ucap Sukoco."Ibumu benar, Dev. Pergilah, buat hari-hari kalian menyenangkan." Bamantara menimpali."Sola Aira, kami siap menjaganya. Dia anak yang baik, pasti akan mengerti." Amber juga mengeluarkan pendapatnya."Terima kasih, semuanya. Aku akan beri tahu kabar ini pada Syakila." Devan terlihat bahagia. Bulan madu kedua ini pasti akan menyenangkan."Ah, bagaimana kalau kita ajak Aira menengok rumah kita, Sayang. Supaya dia tidak sedih kalau daddy dan mommy-nya pergi berlibur," usul Amber pada suaminya."Ide yang bagus

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   211

    Devan memandang layar ponselnya dengan alis berkerut. "Panggilan tak terjawab?" gumamnya sambil membuka notifikasi. "Jo? Kok banyak banget panggilannya?" Ia menghela napas panjang, merasa bersalah telah melupakan handphonenya sejak sore tadi.Devan benar-benar tenggelam dalam waktu berkualitas bersama Syakila, sang istri. Mereka berdua memanfaatkan momen langka tanpa gangguan. Rasanya nyaman bisa menikmati hari hanya berdua, tanpa memikirkan urusan luar. Andai saja Aira, putri kecil mereka, tidak mengetuk pintu kamar untuk mengingatkan waktu sholat Maghrib, mungkin mereka masih saja berlama-lama berbincang di kamar.Kini, setelah sholat berjamaah bersama keluarga, Devan baru menyadari betapa banyak panggilan dari Jo. Ia mencoba menelepon balik, tetapi panggilannya tak dijawab."Kenapa, Mas?" suara lembut Syakila menyadarkannya. Wanita itu mendekat, membawa segelas teh hangat, lalu duduk di sampingnya di atas karpet ruang keluarga.Devan menunjukkan layar ponselnya. "Jo telepon berkali

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   210

    Teriakan di luar membuat semua orang terhenti. Jo, Alex, dan anak buahnya langsung berlari mengejar, meninggalkan Devan, Syakila, dan Bamantara yang masih terkejut di dalam ruangan.“Bagaimana dia bisa kabur?!” Devan menggeram.“Mas, biarkan mereka yang urus,” ujar Syakila dengan suara gemetar, memegang lengannya.Devan menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri. Namun, di matanya, api kemarahan terhadap Kamil belum padam.Di luar gedung, Kamil dengan kondisi babak belur berlari sekuat tenaga. Tali yang mengikat tangannya rupanya berhasil ia lepas dengan pisau kecil yang tersembunyi di sepatunya. Para pengejarnya masih mengejar dari belakang, namun Kamil menemukan sebuah celah di pagar dan melarikan diri ke jalan raya yang cukup gelap.Dia mengira dirinya aman, sampai sirine polisi tiba-tiba terdengar semakin mendekat. Sebuah mobil patroli berhenti tepat di hadapannya, membuatnya panik.“Angkat tanganmu!” teriak salah satu petugas sambil mengarahkan senjatanya.Namun, Kamil tid

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   209

    Pintu yang tiba-tiba terbuka itu mengagetkan semua orang di dalam ruangan. Kamil langsung berbalik, matanya menyipit marah. "Siapa di sana?!" teriaknya dengan nada tinggi penuh ancaman. Setelah menoleh dengan harapan yang hampir padam, sosok Devan berdiri tegap di ambang pintu dengan wajah yang penuh luka, tetapi matanya menyala dengan amarah yang tak terbendung. Di belakangnya Alex dan Jo berdiri, masing-masing memegang senjata seadanya."Permainanmu sudah selesai, bajingan!"ujar Devan dengan nada dingin namun tegas. Kamil tertawa sinis. "Oh, jadi kalian yang datang ke sini? Lucu sekali. Apa kalian juga ingin menyaksikan pernikahanku dengan Syakila?""Diam kau, Brengsek! Itu tidak akan pernah terjadi!" Devan berteriak dengan amarah yang kian menyala."Oh, ya? Apa hakmu melarang kami menikah? Kau bukan siapa-siapanya Syakila sekarang.""Dia istriku, brengsek!" Untuk kesekian kalinya Devan berteriak penuh emosi."Itu dulu, sebelum kamu menceraikannya. Tapi sekarang ....?Devan tak la

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   208

    Devan mengepalkan tangannya erat-erat, pandangannya terpaku pada gedung tua di depan mata. Cahaya remang dari lampu jalan membuat tempat itu terlihat lebih mengerikan, seolah menyimpan ribuan rahasia gelap. Di sampingnya Jo dan Alex berdiri dengan wajah tegang. "Kita harus cepat," bisik Devan, menggenggam erat linggis di tangannya. Alex mengangguk. "Aku sudah periksa, penjaga hanya ada dua orang di dalam.""Aku tidak peduli berapa banyak penjaga di sana," balas Jo seraya menggenggam obeng besar di tangannya. "Kita lakukan ini bersama. Jangan pikiran Kamil, fokus selamatkan Opa." Alex menepuk pundak Devan dari belakang.Devan mengangguk. Ia tahu Kamil bukan hanya seorang pengancam biasa. Gangguan jiwanya yang dipenuhi obsesi berlebihan terhadap istrinya, telah membuatnya menjadi sosok yang berbahaya. Mereka harus bergerak cepat sebelum Kamil melakukan sesuatu yang lebih buruk. "Ayok!"Dengan langkah pelan mereka mendekati pintu besi gudang. Alex menyelinap lebih dulu, memastikan si

DMCA.com Protection Status