“Rey, anakmu kejang-kejang, ibu terpaksa membawanya ke rumah sakit. Kamu nanti segera susul kami ya.” Seorang wanita yang merupakan tetangganya dan di mana Reyhan menitipkan Kaesha putrinya, menghubungi.
Reyhan sedang bekerja di sebuah bar sebagai seorang pelayan, hiruk pikuk suasana bar dan dentuman musik disk jokey yang keras membuat dia tidak bisa dengan jelas mendengar suara itu.
Reyhan hanya mendengar kalimat ‘anaknya kejang-kejang’ dan itu langsung menyambar hatinya seperti petir yang menggelegar.
“Rey, kapan kamu datang? Kita harus membayar administrasi, juga biaya penanganan pasien yang tidak sedikit. Jika tidak, anakmu tidak akan mendapatkan perawatan. Kaesha tidak bisa menunggu.” Suara itu kembali menghantam telinganya.
Apa yang harus dia lakukan sekarang? Bahkan di dompetnya saat ini hanya ada uang 5000 rupiah.
Setelah berpikir sejenak, Reyhan turun dari tangga kayu solid, menuju meja bar. “Aku ijin pulang, anakku sakit,” ujar Reyhan pada temannya, kemudian berlari keluar.
Pria bernama lengkap Reyhan Adipati Sunarya itu pergi menggunakan motor bututnya, meski gerimis hujan sejak tadi tidak berhenti tapi dia tidak menyerah, dia harus mendapatkan uang dan menyelamatkan anaknya.
Tiga puluh menit kemudian, Reyhan tiba di sebuah rumah mewah milik keluarga Fernando, mantan istrinya. Dia memberanikan diri untuk datang karena dia percaya bahwa hubungan darah antara ibu dan anak tidak akan bisa dipisahkan.
Ding Dong …
Tidak ada seorang pun yang datang untuk membuka pintu.
Ding Dong …
Pria itu membunyikan bel lagi.
Saat ini, seorang wanita berambut panjang, mengenakan dress pendek yang mengikuti lekuk tubuhnya, berjalan dari arah gerbang sambil merangkul seorang pria dengan mengenakan barang bermerek di seluruh tubuhnya.
Dia adalah Allesia, mantan istri Reyhan dan ibu kandung Kaesha. Sedangkan pria di sampingnya mungkin adalah kekasihnya yang baru.
Saat pandangan matanya melihat mantan suaminya, ekspresi di wajahnya berubah, dia mundur ke belakang seperti melihat hantu, “Kamu … kamu Reyhan?”
“Kenapa kamu muncul lagi? Kenapa kamu tidak mati saja, dasar sampah!” ujar Allesia tiba-tiba.
“Reyhan?” Mata pria yang berada di samping Allesia langsung berbinar, pria itu seperti mengingat sesuatu.
“Allesia, siapa ini?” tanya pria itu lagi sambil tertawa.
Dia …” Wajah Allesia menjadi pucat, sesaat dia tercekat dan tidak bisa berkata.
Setelah itu, mata pria tadi berubah menjadi penuh ejekan, “Kamu adalah suami tidak berguna itu, ya? Ternyata kamu masih punya nyali untuk datang?”
“Allesia, kamu lihat! Sepasang matanya yang bodoh sedang menatap kita.”
Di rumah ini, terdengar sekali demi sekali suara ejekan, membuat Allesia merasa hampir gila dan sangat malu.
“Aku pacarnya Allesia, Devan Subroto, ayahku adalah corporate manager di Sunarya Group.” Pria itu perlahan merangkul Allesia, provokasi di matanya sama sekali tidak disembunyikan.
Sunarya Group?
Mendengar perusahaan itu, pandangan Reyhan berubah menjadi dalam, tangannya mengepal erat, seraya menatap pria itu dengan tatapan nyalang.
"Kamu begitu sombong seakan-akan Sunarya Group adalah milikmu!" ujar Reyhan menyeriangi.
“Memangnya kamu siapa? Pemilik Sunarya Group?" Devan terpancing oleh perkataan Reyhan.
Wajahnya menyiratkan cemoohan mendengar perkataan Reyhan terhadapnya.
"Hanya karena kamu menyandang nama belakang yang sama, bukan berarti kamu bagian dari keturunannya! Jangan mimpi!" Perkataan Alessia memancing tawa keduanya yang menatap Reyhan dengan pandangan menghina.
Reyhan hanya bisa menggertakan gigi mendengar cemoohan mantan istrinya itu. Padahal, faktanya Reyhan adalah pewaris resmi Sunarya Group yang merupakan salah satu keluarga kaya raya di negara itu.
Dia yang dulu begitu kuat dan memiliki segalanya di tangannya, jika orang biasa ingin melawannya, maka baginya mereka hanyalah semut yang mencoba untuk mengguncang pohon besar.
Namun, perselisihan Reyhan dengan ibu tirinya membuatnya diusir oleh ayahnya dari keluarga tersebut. Reyhan pun bersumpah tak akan kembali ke keluarganya setelah mengalami penghinaan yang begitu besar.
“Kamu masih tidak cepat pergi? Apa kamu masih belum cukup untuk dipermalukan?” Melihat Reyhan masih berdiri dengan bodoh di sana menghadapi ejekan Devan, Allesia sangat ingin segera menendangnya keluar.
Reyhan langsung menatap mantan istrinya beserta pacarnya itu dengan tajam, berusaha meredam amarah yang telah menumpuk di ujung ubun-ubunnya.
“Allesia, Kaesha kejang-kejang dan sekarang sedang berada di rumah sakit. Maukah kamu menjenguknya?” tanya pria itu merendahkan nada suaranya.
Allesia menggigit bibirnya dengan erat, ekspresi wajahnya terus berubah. “Menjenguknya? Mungkin yang kamu harapkan dari aku tidak sesederhana kata menjenguk, kamu butuh biaya untuk perawatan Kaesha, kan?”
Mata Allesia tiba-tiba berubah menjadi jijik, “Reyhan, sampai saat ini bahkan kamu tidak bisa memberikan apa-apa untuk Kaesha. Lihat penampilanmu? Tidak tahu apa yang kamu lakukan setelah berpisah dariku, tidak memiliki mobil dan tempat tinggal yang layak, ke depannya wanita mana yang mau menikah denganmu?”
“Jujur saja, aku tidak ingin pacarku salah paham. Sudah lama, aku telah menganggap Kaesha mati dari hidupku, sudah tidak ada ikatan lagi diantara kami. Dan rumah ini bukan panti sosial di mana kamu bisa seenaknya meminta sumbangan untuk pengobatan anakmu.”
Allesia merangkul lengan Devan, “Devan pernah mengatakan bahwa ayahnya akan membantu kerjasama antara Sunarya Group dan perusahaan kami, Devan barulah pria yang cocok denganku.”
Setelah mendengar ini, Reyhan hanya menghela napas, yang dia tidak habis pikir bagaimana seorang ibu bisa dengan mudahnya melupakan darah dagingnya sendiri. Bahkan seekor anjing saja tidak tega untuk menyakiti anaknya.
Reyhan benar-benar marah, tangannya mengepal dengan kuat sampai buku-buku jarinya tercetak. Lalu, merasa kedatangannya sia-sia, dia langsung berbalik dan meninggalkan kedua pasangan yang nampak memperlihatkan pandangan mencemooh ke arahnya.
Setelah keluar dari gerbang rumah tersebut, ia terduduk tak berdaya. "Aku tak mungkin menghubungi keluargaku yang telah mengusirku!" geram Reyhan seraya menyugar rambutnya.
Sementara itu, tak jauh dari Reyhan yang tengah terduduk lesu di motornya, seorang pria di dalam sebuah mobil mewah tengah memandang ke arahnya.
“Tuan Muda, keadaanmu ternyata semenyedihkan ini…”
Seraya memakai kacamatanya kembali, pria misterius itu langsung pergi melesatkan mobilnya entah kemana.
Bagaimana ia harus mencari uang pengobatan untuk anak semata wayangnya?! Pikiran-pikiran itu melayang di dalam kepalanya. Reyhan yang benar-benar kalut tiba-tiba terkejut ketika menyalakan motornya. Lampu satu-satunya kendaraan yang ia miliki menyinari sebuah kertas lusuh. Selebaran tertempel di tiang listrik dan membuatnya tak mengedipkan mata sama sekali. Lowongan pekerjaan sebagai seorang suami bayaran, dengan bayaran dua miliar! Matanya membelalak. Haruskah ia mengambil kesempatan ini?! Reyhan turun dari motornya, berjalan menghampiri selebaran yang sudah hampir usang diterpa hujan. Bagai mentari setelah badai, dia tersenyum, baiklah, tidak masalah hanya menjadi suami kontrak, yang penting dirinya bisa menyelamatkan nyawa sang anak. Reyhan mencatat nomor itu di ponselnya, lalu segera menghubunginya dan berharap masalah bisa selesai malam ini. “Hallo,” sapa wanita di seberang sana, suaranya sangat merdu dan seksi. “Hallo, saya Reyhan, saya melihat selebaran suami kontrak d
Staf tersebut terperanjat. Ia tak menduga pria kumal di depannya mengeluarkan uang sebesar itu, dan semuanya dalam bentuk kontan! Namun, buru-buru ia meralat pikirannya.Seraya memandang reyhan dengan sinis, ia lalu mendorong tumpukan uang itu dan melihat Reyhan yang mengenakan pakaian yang kotor dengan sinis serta berkata dengan nada yang dingin, “Maaf, di sini adalah rumah sakit terkenal, kami tidak menerima uang palsu.”Uang palsu?! Yang benar saja!Reyhan menatap staf tersebut dengan nyalang, urat-urat di telapak tangannya muncul akibat menggenggam tali tas yang berisi uang ratusan juta itu dengan kencang.Merasa ditantang, staf itu dengan geram menunjuk ke arah hidungnya sambil mengutuk, “Mengapa masih tidak pergi? Perlukah aku memanggil satpam untuk mengusirmu?”Wajah Reyhan memerah. Dia hanya datang untuk membayar biaya pengobatan putrinya, mengapa harus berakhir dengan tuduhan yang tidak beralasan.Apakah karena gaya berpakaiannya yang terlihat biasa sehingga dianggap sebagai
Suara hening itu membuat Reyhan secara sepihak memutus panggilan.Kali ini dia hanya ingin fokus untuk kesembuhan putrinya dan pernikahan kontraknya dengan wanita dewasa bernama Elaine.Setelah tetangganya pergi, Reyhan melihat ke arah putrinya yang penakut di atas ranjang pasien.Dia lalu tersenyum, berjalan mendekat dan mengusap kepalanya yang kecil dengan lembut sambil berkata, “Papa pasti akan berusaha menyembuhkanku kan?”Tubuhnya yang mungil dan kurus sudah tidak kejang-kejang lagi sekarang, dokter telah menyuntikkan obat padanya, namun suhu tubuhnya yang panas masih belum juga turun.“Papa, aku di sekolah tadi sangat patuh dan tidak ribut.”Saat ini, gadis kecil itu langsung masuk ke dalam pelukan Reyhan dan mulai menangis, kemudian berkata dengan pelan, “Papa … Papa …”Ketika Reyhan mendengar tangisan putrinya, hatinya hancur dan matanya memerah. Dia berjanji dengan uang yang Elaine berikan, dia akan memberikan kehidupan yang layak untuk putrinya, tidak akan membiarkannya mend
Reyhan dengan cepat mengangguk dan mengeluarkan akta nikah dari dari sakunya, “Pa, Ma, ini adalah akta nikahku dan Elaine, kalian lihatlah!”Sambil berbicara, Reyhan menyerahkan surat nikah itu ke tangan Albert.Pria paruh baya itu membuka akta nikah yang diberikan Reyhan dan melihat sekilas. Telapak tangannya sedikit gemetar dan jantungnya seperti langsung tenggelam ke dasar jurang, dia bisa melihat bahwa akta nikah ini adalah nyata.“Ini … ini …” Diana tercengang tidak percaya. Putri mereka benar-benar sudah menikah dengan pria ini, bisa dikatakan nasi sudah menjadi bubur.“Brengsek!” Albert membanting surat nikah di tangannya ke atas lantai, dengan urat biru yang menonjol di dahinya, “Elaine, semua yang kamu lakukan ini omong kosong, tidak masuk akal! Kamu menikah dengan si sampah ini, bagaimana dengan Tuan William? Bagaimana dengan bisnis keluarga kita? Dia sudah dalam perjalanan datang dan akan segera tiba.”Pernikahan palsu dengan Reyhan ini pada awalnya dimaksudkan untuk menola
Reyhan sepenuhnya mengabaikan pesan itu, tekadnya sudah bulat untuk tidak kembali pada keluarga Sunarya selama ibu tirinya itu masih ada di sana. Kali ini fokusnya hanya pada masalah yang kini terjadi di depan, pernikahan kontrak yang ia setujui dengan Elaine seolah boomerang untuknya. Sejak tadi otak William berdengung, dia kemudian sekali lagi bertanya, “Tuan, siapakah kamu?” “Dia adalah suamiku.” Elaine melirik Reyhan dan meraih lengan pria itu, “Tuan William, apakah anda ingin mengucapkan selamat atas pernikahan kami?” “Kalau begitu, aku harus mengucapkan terima kasih padamu.” “Menikah? Ucapan?” Ekspresi William tiba-tiba berubah, seolah teringat sesuatu, dia tiba-tiba menoleh dan matanya sudah menunjukkan kemarahan, “Paman Albert, Bibi Diana, apa maksudnya ini?” “Tuan William, bukan …” Wajah Albert memucat dan dia nyaris tidak bisa tersenyum. “Jangan salah paham, Tuan William. Elaine menikah di luar negeri tanpa sepengetahuan kami, kamu baru saja tahu masalah ini.” Ketika A
“Tuan muda, uang dalam kartu itu cukup untuk membayar uang yang diberikan nona Elaine padamu. Juga cukup untuk membayar hutang keluarga mereka pada William.” Reyhan sangat terkejut, dia tidak pernah berpikir ada hari di mana dia akan bergantung pada keluarga Sunarya lagi. “Sekarang semua saham perusahaan sudah berada di bawah nama anda, besok anda sudah boleh pergi ke perusahaan untuk mengambil alih perusahaan.” “Rencananya lusa, tuan besar akan pergi ke German untuk menghabiskan masa tuanya. Makanya sebelum beliau pergi, anda sudah harus menandatangi hak waris kekayaan Sunarya Group.” Reyhan tidak berani percaya, ayahnya yang dulu bahkan tidak meliriknya ketika masalah 6 tahun silam terjadi, ternyata telah menginvestasikan banyak kekayaan untuknya. Setelah itu, Farzan berbalik pergi tanpa memberikan kesempatan pada Reyhan untuk berbicara. Setelah kepergian Farzan, Reyhan masih terpaku di tempat. Dia tidak tahu apakah dia boleh menerima semua uang dari keluarga Sunarya? Namun di
Wanita yang disebut ibu tadi pun menghampiri dan berkata, “Anakku, apa dia ini temanmu?”Gadis itu menganggukkan kepala, “Ya, dia teman semejaku, tapi nilai dia jauh lebih bagus dariku, wajahnya jauh lebih cantik, guru dan teman-temanku sangat menyukainya.”Rasa cemburu dibalik wajah gadis ini terlihat sangat jelas.Wanita itu melihat Kaesha sekilas, setelah itu tertawa sinis sambil menggendong anaknya, “Ada beberapa orang yang memang terlahir lebih baik, tapi juga ada seseorang yang berusaha sekeras apapun, mereka tetap hanya bisa hidup di kalangan bawah.”Wanita itu jelas memandang motor butut di depan Reyhan, dia sudah menduga motor itu pasti milik pria ini.Dia kemudian berkata lagi, “Sama seperti temanmu ini, nilainya bagus, bukan? Memangnya kenapa? Apa dia pernah naik BMW?”“Wajahnya cantik, memangnya kenapa? Apa dia pernah makan di restoran yang mahal?”“Dia disukai oleh guru dan teman-temanmu? Memangnya kenapa? Orang miskin tetaplah orang miskin.”“Jadi, ada beberapa orang di
Wanita reseptionis ini sedikit bingung, beli mobil? Benarkah? Apa dia merupakan pria kaya tersembunyi seperti yang sering dia baca dalam novel?Jangan-jangan memang benar seperti itu?Namun, pemikiran seperti ini, muncul sekejap di dalam kepalanya. Setelah itu dia tertawa, “Jangan macam-macam, orang yang pakaiannya tidak lebih dari 500 ribu, mana mungkin sanggup membeli mobil di sini.”“Kalau begitu, kamu tunggu saja karyawan magang. Mereka akan melayanimu dengan baik, sedangkan aku adalah staf senior, tidak layak melayani orang sepertimu.”Setelah bicara, wanita ini kembali mengangkat cermin kecil dan mendandani dirinya. Bekerja di klub mobil mewah, dia harus merias wajahnya sebaik mungkin. Kalau saja ada orang kaya yang menyukainya, maka dia bisa langsung terbang setinggi-tingginya.Satu orang wanita yang berpakaian sama dengan reseptionis itu datang, terlihat dari pakaiannya dia juga merupakan staf di klub ini.Wanita itu pun berkata, “Barusan, manager kita mendapatkan telepon, kat
Elaine merasa dia sudah berusaha adil pada kedua anaknya. Tapi entahlah namanya pemikiran orang dia tidak bisa menebak.Elaine mengerucutkan bibirnya, “Bagaimana bisa aku begitu menyayangi anak itu, aku memarahinya satu kali maka dia akan membalas 10 kali. Anak itu begitu pandai berbicara, dia pantas menjadi penerusmu.”“Abi ingin menjadi seorang pengacara, menegakkan keadilan.” Elaine tersenyum.Tahun ini Kaesha sudah berusia 17 tahun dan Abimanyu 11 tahun. Saat itu Reyhan datang ke kamar putrinya, dengan canggung berkata, “Bagaimana dengan sekolahmu?”“Papa.” Kaesha tidak lantas menjawab, lantaran kaget dengan sosok papanya yang masuk ke kamar. Perasaan campur aduk kini memenuhi seluruh ruangan.Reyhan tidak akan secanggung ini jika bertemu dengan Abimanyu atau sekedar mengobrol dengannya, mungkin karena Abimanyu adalah laki-laki sedangkan Kaesha adalah seorang putri yang sudah remaja. Sangat tidak baik jika dia memberikan kesan yang buruk.“Sekolah, baik Pa.”“Tahun depan kamu suda
Reyhan diberitahukan seperti itu, tidak kalah paniknya dengan Elaine. Dia berlari keluar dan memanggil sopir untuk menyiapkan mobil. Setibanya di rumah sakit, Elaine didorong menggunakan brangkar. Dokter dan perawat lalu masuk melihat kondisi Elaine. Dokter mencium cairan itu dan berkata dengan gugup, “Nyonya, jangan bergerak, cairan ketuban pecah. Aku akan segera perintahkan untuk mempersiapkan ruang persalinan dan dokter kandungan yang akan menanganimu.” Setelah mendengar itu, wajah Elaine menjadi pucat. Cairan ketuban pecah itu artinya anak akan segera lahir, tapi kandungannya baru berusia 7 bulan. “Dokter, tolong lakukan yang terbaik!” Elaine memegang perutnya dengan cemas dan bibirnya bergetar hebat. Reyhan pernah mendampingi Allesia melahirkan tapi dia tidak pernah menghadapi hal seperti ketuban pecah dan lain sebagainya. Karena dia merasakan ada keanehan, dia lalu bertanya pada dokter, “Apa yang terjadi, Dok?” “Istri anda akan dibawa ke ruang persalinan karena air ketubann
“Maaf Tuan, tiba-tiba ada seorang wanita yang muncul di depan mobil. Untung saja saya cepat menginjak rem, kalau tidak hasilnya akan parah sekali.” Supir sudah berkeringat dingin karenanya.“Turun dan lihat kondisinya. Jangan menunda waktu dan cepat bereskan.” Reyhan berbicara sembari melirik jam tangannya. Sama sekali tidak ada maksud untuk ikut turun dari mobil.Supir buru-buru mengangguk, mendorong pintunya dan turun dari mobil. Di depan mobil Mercedes hitam, seorang wanita duduk dengan sangat lemah. Kulit kakinya tergores membuat dia terus saja menangis kesakitan.Ketika perempuan itu mendengar ada orang yang mendekatinya, dia langsung menatapnya dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Alhasil, rencananya gagal, yang keluar bukanlah CEO yang tadi bersamanya.“Nona, apakah tidak apa-apa?” Supir berjalan menghampirinya, lalu melihat perempuan itu dari ujung kaki ke ujung rambut. Ketika tidak menemukan luka serius pada tubuhnya, kecuali kaki yang tergores sedikit, supir itu ba
“Hallo, Nona Elaine. Aku Audi putri kedua dari Pak Walikota. Maaf dari tadi aku belum sempat menyapa.” Audi memegang tangan Elaine.“Tuan Reyhan, apa kabar?” Audi tidak lupa menyapa Reyhan, dibandingkan dengan Andin, Audi jauh lebih agresif dan terlihat berterus terang.“Nona Elaine, sekarang kamu sudah bergabung dengan wanita kelas atas. Mari aku perkenalkan teman-temanku. Kamu pasti bisa menyesuaikan diri dengan mereka.” Dengan cepat Audi menarik tangan Elaine agar menjauh dari Reyhan.Selang waktu berjalan, Reyhan sudah menghabiskan wine yang ada di gelas. Tiba-tiba seorang pelayan datang lagi menghampirinya, dan mengatakan bahwa Elaine sedang menunggunya di lantai atas dan meminta untuk ke sana.“Tunggu, untuk apa istri saya ke atas? Ini rumah pribadi, bukan hotel yang bisa dia masuk sesuka hati.”“Nona kedua mengatakan kalau Nyonya Elaine merasa tidak nyaman pada perutnya. Dia lalu membawa Nyonya Elaine beristirahat di kamarnya.”Reyhan merasa ini cukup masuk akal, tapi sebelum i
“Ceritanya sangat panjang, bahkan aku saja tidak tahu harus menceritakannya darimana.” “Ya Tuhan! Sungguh dia bahkan tidak mengundangku dalam pernikahan kalian. Apa dia sudah tidak menganggapku sebagai teman lagi?” Dania dari tadi begitu banyak pertanyaan dan Elaine tidak bisa menjawab semuanya. Dia dan Reyhan bisa dibilang memang sudah menikah, tapi pesta pernikahan dan acara lainnya bahkan belum diadakan sama sekali. “Apakah kalian menikah secara diam-diam?” Dania sungguh orang yang tidak bisa mengontrol ucapannya. “Bisa dibilang seperti itu, dan aku rasa itu juga cukup baik.” Dari ucapan Elaine, Dania bisa menyimpulkan bahwa wanita di hadapannya ini adalah wanita sederhana juga cantik. Reyhan menatap mereka dengan dingin, hatinya sudah dibakar oleh perasaan cemburu terhadap Dania yang jelas-jelas tidak sebanding dengan dirinya dilihat dari sisi manapun. Ketika Dania merasakan tatapan Reyhan, dia lalu berkata padanya, “Reyhan, kamu tidak mengundangku di hari pernikahanmu. Diam
Di dalam sebuah ruangan, ada boneka barbie besar seukuran dirinya. Boneka itu bisa bergerak dan memberi hormat, bagaikan robot tapi sangat mirip dengan manusia sungguhan.Hanya saja ketika tahu bahwa tangan Kaesha sedang memegang remote untuk menggerakkannya, Elaine tersenyum padanya.“Nyonya, apakah ada yang bisa dibantu?” Betapa terkejutnya Elaine, ternyata robot itu bisa berbicara.“Di mana kalian mendapatkan robot seperti ini?” tanya Elaine penasaran.“Robot barbie ini didatangkan langsung dari German oleh papa. Papa sudah memesannya selama satu tahun, dan bertepatan dengan hari ulang tahun Kaesha, robot itupun selesai dirakit. Jadi papa menjadikannya sebagai hadiah untuk Kaesha.”Elaine sungguh tercengang mendengarnya, apakah mereka benar-benar tidak memiliki tempat lagi untuk menyimpan uang. Hanya ulang tahun seorang anak kecil berusia 6 tahun, apakah perlu menghamburkan uang seperti ini?Apakah putranya nanti juga akan dimanjakan hingga ke atas langit ke tujuh seperti ini? Ya t
Hanya ada lampu berwarna orange di dalam kamar, cahaya lampunya sedikit redup. Kaesha berbaring di atas ranjang, tubuhnya terbungkus dengan selimut kartun. Wajah putih kecilnya mengerut, menangis terisak, kedua tangannya tidak berhenti melambai.“Mama, mama!”Elaine duduk di samping ranjang, mengangkat tubuh Kaesha yang berat dan membawanya ke dalam pelukan, menghibur dengan ringan, “Jangan takut, ada mama di sini.”Mendapatkan pelukan yang hangat, Kaesha mulai merasa tenang, tapi masih ada butir air mata di wajahnya. Elaine dengan lembut menyeka bekas air mata di pipinya.“Apakah dia mimpi buruk lagi?” Reyhan berdiri di depan pintu, rambutnya masih basah setelah mandi. Dengan lembut bertanya.“Iya.” Elaine mengangguk.Dia terus saja memanggil mamanya, Elaine juga tidak tahu mama yang dimaksud di sini apakah dirinya atau Allesia.Reyhan melihat ada sorot kekecewaan dalam wajah Elaine, dia lalu berkata, “Kaesha dari kecil selalu bermimpi dan memanggil mama, sudah lama semenjak kehadira
Roy kembali merangkul tubuh Elaine dan mengucapkan selamat ulang tahun untuknya, segala doa dia panjatkan untuk menantunya di dalam hati.“Nyonya, maaf, hanya ini yang bisa kami berikan untukmu.” Suara salah seorang perwakilan pelayan yang juga sedang membawa kue di tangannya.Tidak heran jika Elaine begitu dihormati dan disegani oleh para pelayannya, karena memang karakter Elaine yang baik hati dan tidak sombong.Dia tidak pernah sekalipun memandang rendah mereka, justru Elaine selalu mengajari mereka cara menghormati orang lain dari prilakunya.“Makanan sudah siap kan? Ayoo kita makan bersama.” Roy mengarahkan mereka untuk masuk, dia juga mulai belajar memperlakukan pelayan dengan baik.Dia hampir seharian ini sudah mendengar langsung dari para pelayan di rumah Reyhan, bagaimana Elaine memperlakukan mereka selama ini.Jika dulu dia mendengar semua itu, dia pasti akan menganggap Elaine wanita rendahan yang berasal dari kalangan pelayan. Karena bagi Roy, pelayan hanyalah orang yang di
Elaine juga kaget dan langsung melihat Reyhan yang sudah memeluk tubuhnya, “Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi? Elaine, apakah kamu tahu betapa khawatirnya aku menunggumu di sini?” Elaine yang menghadapi tatapan mata perhatian dari Reyhan, luka dihatinya seperti terkoyak lagi. Namun dia hanya berpura-pura menyembunyikan perasaannya. “Kenapa kamu ada di sini? Apakah kamu sudah sembuh?” “Tidak peduli dengan rasa sakitku, aku hanya ingin bersamamu dan merindukanmu.” Reyhan menarik Elaine ke atas, setelah menutup pintu apartemen, dia pun memeluk Elaine dengan sangat erat, seperti Elaine akan menghilang dari hidupnya. “Apakah kamu tahu, bagaimana aku melewati hari-hari tanpamu? Setiap hari aku lalui dengan rasa takut. Berjanjilah ini adalah pertama kalinya dan juga terakhir kalinya kamu tidak ada di sisiku. Kalau tidak, aku pasti akan hancur.” Elaine bersandar di dada Reyhan yang hangat, dia bahkan bisa merasakan detak jantung Reyhan. Air mata kembali mengalir, hari-hari terakhir ta