Qiyana tidak berhasil menemukan siapa dalang dari perekam video tersebut yang sebenarnya. Hanya selang beberapa menit sejak insiden tersebut terjadi dan video yang menampilkan dirinya menampar Feli sudah tersebar di mana-mana. Anehnya, hanya bagian saat Qiyana menampar Feli saja yang ada dalam video-video itu. Apa yang terjadi di sana sebelumnya tidak terlihat. Seolah-olah sengaja dipangkas menjadi seperti itu. Walaupun tidak mengetahui siapa yang merekam video tersebut, ia yakin ada campur tangan Feli di sana. “Ada apa? Kenapa wajahmu terlihat tegang seperti itu?” tanya Kenzo yang melirik sekilas ke arah Qiyana. Qiyana yang tersentak langsung menggeleng dan buru-buru mematikan ponselnya sebelum Kenzo semakin curiga. Ia tidak ingin lelaki itu mengetahui masalahnya kali ini. Lagipula semuanya bermula karena dirinya tidak bisa menahan emosi. “Tidak apa-apa. Mungkin aku hanya terkejut karena kejadian barusan. Maaf sudah membuatmu malu di sana. Harusnya kamu tidak perlu menghampiriku s
Qiyana membuka matanya perlahan-lahan. Ringisan pelan lolos dari bibirnya karena pening tiba-tiba menyerang kepalanya. Wanita itu mengerjapkan matanya berulang kali. Keningnya mengerut saat menyadari kalau tempatnya berada saat ini bukanlah kamarnya yang ada di rumah Kenzo. Qiyana terlonjak hebat ketika merasakan pergerakan seseorang di belakangnya. Saat itu pula ia baru menyadari ada lengan kokoh yang memeluk perutnya dari belakang. Mengabaikan pening yang masih mendera, wanita itu langsung mengubah posisinya menjadi duduk. Tubuhnya berubah pucat pasi dan gemetar ketakutan. Qiyana masih belum berani menoleh ke belakang. Ia berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya, namun dirinya tidak bisa mengingat apa pun. Wanita itu membekap mulutnya dengan kedua tangan setelah memberanikan diri melihat siapa yang berbaring di sampingnya. “Kenapa bisa sampai begini? Apa yang sudah aku lakukan?” lirih wanita itu dengan mata berkaca-kaca. Qiyana menyingkirkan tangan yang melingkari peru
Sebelah sudut bibir Qiyana terangkat membentuk senyum miris. Setelah menyentuhnya tanpa izin, kini ia malah mendapati Kenzo sedang bermesraan dengan wanita lain. Qiyana semakin meyakini kalau lelaki itu memang sama saja dengan lelaki lain di luar sana. Qiyana ingin beranjak pergi dari sana, mungkin lebih baik ia menitipkan berkas di tangannya pada sekretaris lelaki itu. Tetapi, kakinya tak bisa bergerak ke mana pun. Seolah-olah ada sesuatu yang menahannya agar tetap berdiri di sana. Kenzo dan perempuan itu memang hanya berpelukan, begitulah yang terlihat di depan mata Qiyana. Namun, entah apa yang sedang mereka lakukan sebelumnya. Mungkin malah sudah lebih dari yang terlihat saat ini. Kedatangan Qiyana menyebabkan Kenzo dan perempuan yang bersama lelaki itu terkejut. Sang perempuan langsung mengambil tasnya yang berada di atas sofa. “Sepertinya aku harus pergi. Sampai jumpa lagi, jangan lupa dengan janjimu!” Sebelum benar-benar pergi, perempuan itu mengecup pipi Kenzo sekilas.
Qiyana nyaris menjatuhkan ponsel di tangannya saat melihat video syur Jovan dan Feli yang tersebar luas di mana-mana. Baru melihat beberapa detik pertama saja, ia sudah mual dan jijik. Buru-buru wanita itu menekan ikon kembali sebelum benar-benar muntah hanya karena melihat video tersebut. Entah siapa yang menyebar dan dari mana asalnya video tersebut. Qiyana yang baru berani kembali berselancar dengan dunia maya sangat terkejut melihatnya. Dan secara tidak langsung, video ini juga berhasil membuat pemberitaan tentang perkelahian Qiyana dan Feli di restoran tempo hari terkikis. Qiyana perlu berterima kasih sebanyak-banyaknya pada orang yang menyebar video ini walaupun tindakan tersebut bilang dibilang keterlaluan. Bahkan, hanya menyebar video seperti itu saja tidak dibenarkan. Apalagi disebar luas di mana-mana seperti ini. “Apa mungkin Kenzo yang melakukannya?” gumam Qiyana menebak-nebak. Wanita itu langsung menggeleng. “Dia tidak mungkin repot-repot melakukannya. Apalagi dia ju
Qiyana memaksakan matanya yang berat terbuka karena merasakan kerongkongannya begitu kering. Keningnya mengerut saat menyadari ruangan tempatnya berada sangat temaram. Wanita itu terlonjak ketika ingat kalau seharusnya ia sudah berangkat ke luar kota. Dan sekarang ia malah sudah berada di kamarnya. Sesuatu yang jatuh dari keningnya berhasil mengalihkan atensi Qiyana. Rupanya benda itu adalah sebuah handuk kecil yang dilipat-lipat dan sedikit basah. Saat itu juga ia baru menyadari kalau suhu tubuhnya meningkat drastis, bahkan napas pun berubah panas. “Apa yang terjadi padaku sebenarnya? Siapa yang membawaku pulang?” gumam wanita itu seraya berusaha menggerakkan tubuhnya yang terasa remuk redam. Kilasan kejadian yang terjadi di kantor kembali berputar di kepala Qiyana. Saat dirinya hendak pergi ke toilet dan malah berpapasan dengan sekretaris Kenzo hingga akhirnya ia pingsan di toilet. Menyadari saat ini hari sudah gelap, manik mata Qiyana membulat sempurna. Itu artinya sudah berjam-j
Kenzo yang sudah berbaring di sofa spontan bangkit dari posisinya setelah mendengar tawaran mengejutkan Qiyana. Sedangkan di tempatnya berada, Qiyana masih berusaha mempertahankan ekspresinya meskipun wajahnya sudah merah padam. Secara status, Qiyana dan Kenzo memang sudah sah menjadi suami-istri yang tentunya boleh melakukan apa pun. Namun, semuanya masih terasa sangat asing bagi Qiyana. Terlebih, kapan pun pernikahan ini bisa berakhir dan Qiyana tidak ingin ada apa pun yang tersisa. Qiyana kembali berdeham pelan. “Aku serius dengan tawaranku barusan. Kalau kamu ingin tidur di sini, tidurlah di sampingku, jangan di sofa. Rumah ini milikmu, kamu yang lebih berhak mendapat tempat paling nyaman. Meski sebenarnya kamu tidak perlu repot-repot menemaniku. Lagipula aku sudah merasa lebih baik.” Meskipun kilasan kejadian di club malam itu masih terus terbayang di kepala Qiyana, ia tidak ingin berlarut-larut dalam masalah tersebut. Walaupun harus berhati-hati, ia tetap tahu diri di mana dir
Qiyana terhuyung ke belakang ketika tembok di tempatnya bersandar tiba-tiba bergerak. Nyaris saja tubuhnya terjerembab kalau tidak buru-buru mencari pegangan. Wanita itu spontan memutar tubuhnya dan matanya langsung terbelalak saat melihat apa yang terjadi. Awalnya, Qiyana mengira terjadi gempa bumi di sini sampai tembok tempatnya bersandar bergetar. Tak disangka, ternyata ia malah dibuat terkejut dengan pemandangan yang kini tersaji di depan matanya. Tembok tempatnya bersandar tadi bergerak dan bergeser. Yang lebih mengejutkan lagi, rupanya ada sebuah ruangan gelap yang bmada di balik tembok tersebut. Selama beberapa saat, Qiyana masih menatap ke arah sana dengan tatapan tak percaya. Ia tidak menyangka ada ruangan tersembunyi di balik tembok ini. “Ruangan apa ini sebenarnya?” gumam Qiyana sembari mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Qiyana berusaha mencari orang yang mungkin saja bisa dirinya tanyai mengenai ruangan di balik tembok ini. Namun, tidak ada satu pun orang yang meli
Diamnya Kenzo membuat Qiyana ingin menarik pertanyaannya kembali. Namun, tentu saja ia tidak mungkin melakukan itu. Ketegangan semakin terlihat jelas di wajahnya, jantungnya pun sudah berdebar keras sejak tadi. Reaksi aneh yang Kenzo tunjukkan cukup mengejutkan Qiyana. Dari segala macam respon yang bisa lelaki itu berikan, Kenzo malah menertawakan dirinya. Bukan jenis tawa sinis atau mencemooh, melainkan tawa geli. Seolah-olah pertanyaannya yang sangat serius itu sebatas lelucon belaka. Padahal Qiyana sudah ketar-ketir sendiri setelah melontarkan pertanyaan seperti itu. Di saat Kenzo terlihat santai dan tidak sedikit pun memarahinya, ia malah memancing pertanyaan lain yang lebih buruk. “Kenapa kamu bertanya seperti itu?” tanya Kenzo yang sudah menghentikan tawanya. Lelaki itu kembali memasang wajah datar dan menatap Qiyana dengan sebelah alis terangkat. Qiyana gelagapan. Ia terlalu penasaran siapa sebenarnya lelaki yang telah menikahinya ini sampai tanpa sadar menanyakan perta