Beberapa juri mendukung usulan Milla. Mengenali berbagai merk parfum pesaing seharusnya adalah ujian dasar bagi seorang kepala divisi parfum.Terlebih lagi, Milla sudah menganalisis komposisi setiap parfum yang digunakan para juri. Bahkan jika Levis tidak memiliki penciuman yang tajam, dia tetap bisa memperkirakan merk parfum berdasarkan kandungan yang telah disebutkan.Namun, Levis justru ragu. Dia terbata-bata menolak untuk menganalisis, tetapi tidak bisa memberikan alasan yang masuk akal.Ekspresi Ketua Asosiasi kembali menggelap.Mereka berdua sama-sama menjabat sebagai kepala divisi parfum. Namun, yang satu mahir dalam mengenali dan meracik parfum, sementara satunya lagi bahkan tidak pernah melakukan analisis dasar terhadap pesaing. Kini, siapa yang sebenarnya menjiplak proposal siapa, jawabannya sudah sangat jelas.Ketua Asosiasi memberi beberapa instruksi kepada stafnya sebelum akhirnya berkata, "Rapat tender hari ini sampai di sini."Melihat para juri mulai bangkit dan bersiap
Di dalam ruang VIP yang tertutup rapat, Donny ternyata sedang makan malam dengan kepala Keluarga Bakhtiar, yaitu ayah Levis.Grup Jauhari dan Bakhtiar telah bersaing selama bertahun-tahun dan kedua keluarga sangat jarang bertemu secara pribadi, bahkan sengaja menghindari kontak yang berlebihan. Milla mengerjapkan matanya sekilas dan mencatat hal ini dalam pikirannya.Setelah makan malam.Milla langsung kembali ke kantor untuk memeriksa perkembangan investigasi kasus pencurian proposal. Namun, sejauh ini belum ada petunjuk yang berguna.Namun dia ingat, saat sesi tender tadi, Ketua Asosiasi mengatakan bahwa proposal Grup Jauhari dan Bakhtiar identik, bahkan sama persis. Itu berarti Levis mendapatkan proposal versi final.Hanya segelintir orang yang memiliki akses ke dokumen final itu. Mengingat kejadian yang dia saksikan di restoran tadi, mata Milla sedikit menyipit, dan kilatan dingin muncul dalam tatapannya.Donny sudah benar-benar tersingkir dari Grup Jauhari. Kepemilikan sahamnya di
"Kalau Donny benar-benar bersekongkol sama Grup Bakhtiar untuk menjatuhkan Grup Jauhari, mereka pasti sudah menyiapkan rencana lanjutan. Begitu obat bermasalah itu sampai ke sana, mereka akan langsung melaksanakan langkah berikutnya." Milla semakin menyadari betapa seriusnya situasi ini."Aku akan segera hubungi Kenrick. Begitu tim medis tiba, mereka harus langsung periksa apakah obat-obatan itu bermasalah. Kalau benar, segera kirimkan obat yang terkontaminasi kembali," kata Chad dengan sigap.Milla mengangguk. "Tapi, bus tim medis nggak bisa melaju dengan cepat. Aku nggak tahu apakah orang-orang yang berniat mencelakai kita akan ngasih kita kesempatan untuk bertindak. Chad, segera siapkan stok baru untuk kedua jenis obat ini. Aku sendiri yang akan bawa ke sana."Chad sedikit ragu, lalu mengangguk. "Aku akan kirim beberapa orang kepercayaan untuk menemanimu.""Baik."Chad yang telah bekerja di industri ini selama hampir seumur hidupnya, memiliki banyak koneksi. Meskipun mencari dua jen
Mobil belum sepenuhnya memasuki desa, tetapi suara keributan sudah terdengar jelas. Namun, itu bukan suara kegembiraan, melainkan kemarahan."Grup Jauhari itu penipu!""Mereka bawa obat-obatan palsu!""Tim medis mereka bawa obat kedaluwarsa! Aku sudah dengar semuanya!"Beberapa orang yang tampaknya menjadi provokator berteriak paling keras dan membuat situasi semakin panas. Awalnya, hanya segelintir orang yang memprotes. Namun tak lama kemudian, mereka yang tadinya sedang mengantre untuk diperiksa dan yang duduk mendengarkan penyuluhan mulai ikut terbakar emosi."Dino, yang kamu bilang itu benaran?" tanya salah satu warga dengan cemas.Pemuda yang memimpin keributan itu menjawab dengan yakin, "Apa aku pernah bohong sama kalian? Aku nggak akan mengkhianati orang-orang desa kita! Obat-obatan yang mereka bawa sudah kedaluwarsa! Bisa mati kalau dipakai!"Kerumunan langsung gempar.Begitu mendengar kata "mati", baik orang tua maupun anak-anak, semua langsung berdiri. Kepanikan merebak. Tida
Mengikuti arah pandangan Milla, Kenrick menatap ke arah gudang.Di depan gudang, seorang pria menundukkan kepalanya dan berkata, "Nggak ada ... kami sudah periksa dengan teliti. Obat-obatan ini belum kedaluwarsa.""Nggak ada satu pun yang kedaluwarsa?""Nggak ada satu pun." Pria yang keluar dari gudang menggelengkan kepalanya.Beberapa orang yang masih curiga langsung berdesakan masuk ke gudang untuk mengecek sendiri. Meski kebanyakan warga desa memiliki tingkat pendidikan yang rendah, mereka tetap bisa membaca tanggal kedaluwarsa yang tertera.Semua obat ini baru saja diproduksi dalam waktu dekat dan tanggal kedaluwarsanya masih jauh!"Sekarang semua sudah tenang?"Milla dan Kenrick melangkah ke depan dan melewati kerumunan, lalu berdiri di atas sebuah batu besar dan berkata, "Aku bisa jamin pada kalian semua, sejak awal divisi medis Grup Jauhari didirikan, tujuannya adalah untuk menyelamatkan nyawa dan membantu yang membutuhkan! Grup Jauhari nggak akan pernah melanggar prinsip ini!"
Di saat Milla masuk ke mobil, Wilson beranjak turun. Di dalam mobil hanya tersisa Milla dan Chris."Pak Chris ... kenapa kamu ke sini ...?"Di tengah pegunungan terpencil ini, bisa melihat Chris secara langsung terasa sangat aneh baginya. Sebelum dia sempat berpikir lebih jauh, Chris sudah berkata, "Kamu bilang mau pulang. Kenapa nggak pulang?""Hah?"Milla menatapnya dengan kaget. Jadi hanya karena ini? Tidak perlu mengejarku sampai ke sini untuk menanyakan itu, 'kan?"Pak Chris cari aku karena ada urusan?" tanyanya."Nggak ada. Aku cuma kebetulan mengunjungi daerah yang pernah didanai perusahaan. Lalu kudengar kamu ada di sini, jadi sekalian mampir." Chris menundukkan pandangannya, tidak melihat Milla."Oh."Milla mengikuti arah pandangnya dan tanpa sadar memperhatikan kaki Chris yang kini tampak bersilang dengan santai. Dia mengatupkan bibir dan berusaha menahan diri."Kalau ada yang ingin kamu tanyakan, bilang saja!" ujar Chris dengan tidak sabar."Kakimu ....""Menurutmu, dengan a
"Kalau capek tidur dulu."Chris sepertinya menangkap ketidaknyamanan yang tersembunyi dalam ekspresi Milla. Dia berkata dengan perhatian, "Situasi di gunung nggak aman di malam hari, mereka berdua akan bergantian jaga malam."Dengan kata lain, Milla akan tidur di tenda sendiri, Chris juga sendiri, sementara empat pengawal akan berjaga dua orang di setiap sesi secara bergantian.Milla langsung mengerti maksudnya dan merasa lebih tenang. Ketegangan di bahunya juga agak mengendur. "Aku belum ngantuk. Nyalain api saja dulu."Api unggun yang mereka buat benar-benar besar!Para pengawal Grup Mahendra memang bukan orang sembarangan. Entah dari mana mereka mendapatkan begitu banyak bahan bakar yang cocok untuk membuat api unggun sebesar ini. Mungkin mereka memang sudah mempersiapkan semuanya sebelum berangkat.Chris duduk dengan santai di samping api unggun.Awalnya, Milla ingin duduk di depannya. Namun, arah angin tidak memungkinkan siapa pun untuk duduk di sana. Jadi, dia tidak punya pilihan
Milla refleks menutupi dadanya dengan kedua tangan karena terkejut melihat Chris masuk ke dalam tendanya."Cepat keluar! Gunung di sekitar sini nggak stabil! Ada bahaya!" seru Chris.Milla butuh beberapa detik untuk memproses ucapannya, lalu mengikuti Chris keluar dari tenda dengan panik. Ternyata, getaran yang dia rasakan tadi adalah tanda awal dari tanah longsor."Pak Chris, jalan di depan masih belum bisa dilalui mobil. Kita cuma bisa jalan kaki," lapor Wilson yang baru saja kembali dengan wajah cemas. Saat berbicara, dia juga melirik ke arah Milla.Chris menatapnya. "Gimana lukamu?""Nggak masalah," jawab Milla dengan tegas.Melihat keraguan di mata Chris, Wilson maju dan menawarkan, "Nyonya, kami bisa angkat Anda kalau perlu."Milla tertawa mendengarnya. Tentu saja dia tidak selemah itu. "Bahkan sebelum lukaku dirawat saja aku masih bisa jalan seperti biasa, apalagi sekarang sudah diperban."Sambil bicara, dia mengemas barang-barangnya ke dalam ransel dengan cekatan. "Tunggu apa l
Milla mendongak dengan terkejut. Yang dilihatnya adalah leher panjang dan dagu Chris. Pria itu merangkulnya ke dalam mantel, seolah-olah dia adalah zirah pelindungnya.Di belakang, bawahan dan pengawal Chris segera menahan beberapa orang yang membuat onar itu. Salah satu dari mereka maju untuk bertanya, "Pak, apa yang harus kami lakukan terhadap orang-orang ini?""Bawa mereka kembali, cari tahu dalang di balik ini!" Chris memberi perintah tanpa menoleh."Baik!"Suasana di belakang langsung menjadi tenang. Milla keluar dari pelukannya, melihat punggungnya yang basah kuyup. Ujung mantel Chris masih terus meneteskan air."Kamu baik-baik saja?" Ada banyak hal yang ingin Milla tanyakan, tetapi akhirnya hanya itu yang keluar."Apa yang perlu dikhawatirkan? Aku cuma perlu mengganti pakaian," jawab Chris dengan tenang. "Kamu naik saja, aku akan mengantarmu ke lift.""Baik." Milla mengangguk tanpa banyak bicara.Chris mengantarnya ke lift. Begitu sampai di kantor, asisten sudah menunggu di depa
"Dulu, aku pernah dengar dari ayahku kalau ayah Milla berhasil membesarkan Jauhari Parfum dengan usahanya sendiri dalam waktu singkat. Padahal, saat itu industri parfum sedang mengalami masa sulit! Di kalangan profesional, beredar kabar kalau dia punya penciuman yang luar biasa dan ahli dalam meracik aroma.""Jangan-jangan Milla juga mewarisi bakat itu?" tanya Levis sambil mengingat kembali semua yang terjadi."Tapi, kamu sendiri yang mengatakan itu cuma rumor," ujar asistennya dengan hati-hati, tidak yakin dengan arah pemikiran Levis.Levis mengusap kumisnya dengan santai. "Mana ada rumor yang muncul tanpa alasan? Kirim lebih banyak orang untuk menyelidiki masalah ini dengan baik!""Baik!" Asisten itu segera mengiakan.....Milla belum tiba di kantor Grup Jauhari, tetapi di internet sudah muncul lagi seorang ahli yang memberi pernyataan.Kali ini, mereka mengatakan bahwa dokumen verifikasi yang dirilis Grup Jauhari hanya berasal dari perusahaan, tanpa sertifikasi dari pusat sertifikas
"Kok bisa?" Milla mengerutkan alisnya."Kami juga nggak tahu apa yang terjadi. Yang bersuara bukan hanya satu orang, masalah ini sudah cukup besar. Sekarang tim humas kita sedang bekerja sama dengan tim humas pihak ketiga untuk mencari solusi," kata asisten.Saat mereka berbicara, telepon Joy juga masuk.Milla berpikir sejenak, lalu memberi instruksi kepada asistennya, "Segera hubungi tim kendali mutu dan periksa ulang parfum yang kita distribusikan untuk uji coba. Pastikan apakah benar ada masalah atau nggak.""Tapi, kita sudah melakukan verifikasi berulang kali. Bahkan pusat sertifikasi juga nggak menemukan masalah, 'kan?" tanya asisten itu dengan bingung."Apa pun hasil sebelumnya, sekarang sudah ada laporan masalah, kita tetap punya tanggung jawab untuk memeriksa ulang. Kalau memang kesalahan ada pada kita, kita harus memberi kompensasi dan permintaan maaf yang seharusnya."Setelah mengatakan itu, Milla mengakhiri panggilan dan menerima panggilan dari Joy."Milla, jangan-jangan ada
Suara Graham yang kaku terdengar dari telepon."Ya, kamu punya nomorku, sementara aku nggak punya nomormu. Aku sempat berpikir kamu sudah lupa dan nggak butuh aku membayar utangku lagi," sahut Milla sambil tersenyum."Aku ini orang yang perhitungan! Mana mungkin aku melupakan orang yang berutang padaku!" Graham berbicara dengan serius, "Bereskan barang-barangmu, aku akan kirim alamat studioku.""Sekarang?" Milla sedikit terkejut."Kenapa kalau sekarang?" Graham terdengar tidak puas. "Orang-orang di Kota Huari terlalu ramah. Mereka baru saja mengantarku pulang, tapi besok aku harus pergi lagi. Kamu nggak ingin menepati janji atau bagaimana?""Ya sudah, kirim alamatnya. Aku segera ke sana," balas Milla dengan tegas.Setelah mengakhiri panggilan, Milla menggoyangkan ponselnya di depan Chris dan berkata dengan nada agak menyesal, "Aku harus keluar sebentar. Lokasinya agak jauh, mungkin aku akan pulang sangat larut. Jangan tunggu aku."Usai berbicara, dia mulai bersiap-siap. Namun, saat aka
Sopir tidak berani bicara lagi dan langsung membelokkan mobilnya. Mereka kembali ke arah Milla, lalu perlahan berhenti di sampingnya.Sebelum mobil benar-benar berhenti, Chris sudah membuka pintu dan turun. Dia melangkah cepat ke arah Milla. "Kamu kenapa?"Milla masih merasa pusing. Mungkin karena belum makan, kadar gula darahnya turun. Dia tidak punya tenaga untuk menjawab, hanya mengangkat tangannya, memberi isyarat bahwa dia baik-baik saja.Chris mengerutkan alisnya. Tanpa banyak bicara, dia membungkuk dan langsung menggendongnya masuk ke mobil. "Bukannya tadi kamu melarangku naik mobilmu?"Milla menatap pria di sampingnya dengan alis terangkat."Kondisimu sudah seperti ini, tapi masih keras kepala?" Chris menegur dengan nada kesal.Milla cemberut. Entah siapa yang mulai duluan?"Ke rumah sakit!" perintah Chris."Nggak mau." Suara Milla tidak besar, tetapi nadanya sangat tegas. Melihat pria di sebelah hampir marah, dia menambahkan, "Rumah sudah dekat. Aku nggak mau ke rumah sakit. A
Milla masuk ke mobil dan mengenakan sabuk pengaman. "Bagaimana bisa kamu kebetulan lewat sini?""Aku ada urusan di sekitar sini. Tentu saja aku juga mengikuti perkembangan kompetisi peracikan parfum yang penting ini. Aku nggak nyangka kamu keluar saat aku lewat," jelas Kenrick tersenyum. "Kamu mau pulang atau kembali ke kantor?""Nggak keduanya." Milla menjawab, "Aku harus ke pusat sertifikasi untuk mengambil beberapa dokumen.""Dokumen apa?" tanya Kenrick tanpa sadar."Kloter pertama parfum pria sudah selesai diproduksi. Sekarang kami hanya perlu mendapatkan dokumen sertifikasi sebelum bisa mulai mendistribusikannya untuk uji pasar," jawab Milla.Tadi saat di ruang istirahat, beberapa rekan dari divisi parfum membicarakan hal ini di grup. Milla menyadari pusat sertifikasi kebetulan berada di dekat lokasi kompetisi, jadi dia menawarkan diri untuk mengambilnya agar rekan-rekannya tidak perlu repot-repot datang ke sini."Kalau kamu ada urusan lain, nggak usah antar aku. Aku bisa pergi se
"Baik, baik." Beberapa juri buru-buru menyetujui.Setelah diskusi singkat, Marcel secara pribadi mengumumkan, "Kualifikasi peserta dari Grup Bakhtiar telah dicabut. Nilai yang sebelumnya diberikan kepada Levis oleh para juri juga dibatalkan.""Karena Grup Bakhtiar telah berulang kali menjebak Grup Jauhari dengan cara yang tercela, sesuai dengan permintaan peserta dari Grup Jauhari, Grup Bakhtiar dilarang mengikuti kompetisi peracikan parfum selama tiga tahun ke depan!"Sorak-sorai langsung memenuhi ruangan.Levis yang dikawal oleh para pengawal pun meninggalkan arena dengan wajah suram. Di luar, tim investigasi asosiasi sudah menunggunya untuk diinterogasi.Milla awalnya ingin menyapa Graham. Namun, melihat begitu banyak orang dari industri ini sudah mengerumuni Graham, dia hanya tersenyum dan berjalan ke belakang panggung.Para wartawan yang tidak berhasil mewawancarai Graham hampir semuanya berbondong-bondong ke belakang panggung, menunggu untuk mewawancarai Milla.Dia baru saja menj
"Bukankah rempah-rempah kami disimpan di brankas panitia? Bagaimana mungkin ada yang bisa memanipulasinya?" Seorang peserta yang tak tahan lagi lantas berdiri dan mempertanyakan juri."Benar." Milla menjawab dengan tenang atas nama para juri, "Panitia khawatir terjadi insiden yang nggak diinginkan, jadi mereka memutuskan untuk menyimpan cadangan bahan dasar sebagai langkah pencegahan.""Demi keadilan, aku meminta panitia untuk menganalisis bahan dasarku yang telah dimanipulasi dengan alat pendeteksi, agar aku dapat membuktikan kebenaran yang kukatakan," kata Milla.Graham mengangguk, lalu para staf segera bergerak. Mereka mengambil bahan dasar pertama milik Milla yang bermasalah, lalu meletakkannya di bawah alat untuk dianalisis dan dipisahkan komponennya."Alasan aku meminta asosiasi untuk memboikot divisi parfum Grup Bakhtiar adalah karena peserta dari Grup Bakhtiar telah sepenuhnya melanggar aturan kompetisi.""Mereka menggunakan cara curang yang rendahan untuk mencelakai peserta la
Orang yang dibawa naik ke atas panggung oleh para pengawal dari Grup Mahendra itu ternyata adalah salah satu asisten pribadi Levis.Asisten itu jelas bukan tipe orang yang berani. Kemungkinan besar, sebelum naik ke atas panggung, dia sudah lebih dulu mendapat peringatan dari para pengawal Chris. Dia tidak berani menentang Graham, apalagi menyinggung Chris.Begitu dibawa ke atas, dia langsung mengakui semuanya.Di depan puluhan kamera, dia menjelaskan dengan rinci bagaimana Levis sendiri yang memerintahkannya untuk menghubungi media, lalu menyuruh wartawan menyergap Graham di bandara dan melimpahkan semua kesalahan pada pihak Grup Jauhari."Omong kosong!"Levis marah besar. "Nggak kusangka ternyata kamu pengkhianat dari Grup Jauhari! Cepat bilang, siapa yang atur kamu menyusup ke sisiku untuk menjebakku?""Pak Levis, kenapa Anda bilang begitu?"Asisten itu tampak sangat panik sekaligus kecewa. "Selama ini saya sudah melakukan begitu banyak hal untuk Anda, bahkan banyak yang tidak bisa d