"Dulu, aku pernah dengar dari ayahku kalau ayah Milla berhasil membesarkan Jauhari Parfum dengan usahanya sendiri dalam waktu singkat. Padahal, saat itu industri parfum sedang mengalami masa sulit! Di kalangan profesional, beredar kabar kalau dia punya penciuman yang luar biasa dan ahli dalam meracik aroma.""Jangan-jangan Milla juga mewarisi bakat itu?" tanya Levis sambil mengingat kembali semua yang terjadi."Tapi, kamu sendiri yang mengatakan itu cuma rumor," ujar asistennya dengan hati-hati, tidak yakin dengan arah pemikiran Levis.Levis mengusap kumisnya dengan santai. "Mana ada rumor yang muncul tanpa alasan? Kirim lebih banyak orang untuk menyelidiki masalah ini dengan baik!""Baik!" Asisten itu segera mengiakan.....Milla belum tiba di kantor Grup Jauhari, tetapi di internet sudah muncul lagi seorang ahli yang memberi pernyataan.Kali ini, mereka mengatakan bahwa dokumen verifikasi yang dirilis Grup Jauhari hanya berasal dari perusahaan, tanpa sertifikasi dari pusat sertifikas
Milla mendongak dengan terkejut. Yang dilihatnya adalah leher panjang dan dagu Chris. Pria itu merangkulnya ke dalam mantel, seolah-olah dia adalah zirah pelindungnya.Di belakang, bawahan dan pengawal Chris segera menahan beberapa orang yang membuat onar itu. Salah satu dari mereka maju untuk bertanya, "Pak, apa yang harus kami lakukan terhadap orang-orang ini?""Bawa mereka kembali, cari tahu dalang di balik ini!" Chris memberi perintah tanpa menoleh."Baik!"Suasana di belakang langsung menjadi tenang. Milla keluar dari pelukannya, melihat punggungnya yang basah kuyup. Ujung mantel Chris masih terus meneteskan air."Kamu baik-baik saja?" Ada banyak hal yang ingin Milla tanyakan, tetapi akhirnya hanya itu yang keluar."Apa yang perlu dikhawatirkan? Aku cuma perlu mengganti pakaian," jawab Chris dengan tenang. "Kamu naik saja, aku akan mengantarmu ke lift.""Baik." Milla mengangguk tanpa banyak bicara.Chris mengantarnya ke lift. Begitu sampai di kantor, asisten sudah menunggu di depa
Salah satu karyawan wanita mengambil ponselnya dengan gugup, membuka media sosial, dan menyerahkannya kepada Milla. Gerak-geriknya hati-hati, seolah-olah sedang mengakui kesalahan."Bu Milla, aku menambahkan WhatsApp-nya waktu menangani iklan dengan Laura hari itu ...."Semua orang tahu bahwa saat terakhir kali syuting iklan, Milla dan Laura sempat berselisih. Mereka khawatir akan menyinggung Milla karena hal ini.Namun, Milla tidak peduli. Matanya hanya terpaku pada layar ponsel. Di sana, Laura mengunggah postingan terbaru.[ Malam panjang lagi, hanya bisa diselamatkan oleh masker wajah .... ]Di kolom komentar, Kenrick menunjukkan kepeduliannya.[ Kalau bisa tidur, tidurlah sebentar. Jaga kesehatanmu. ]Kalimat itu ... sepertinya hubungan mereka cukup dekat.Milla mengedipkan matanya. Tiba-tiba, dia teringat sesuatu. Sebelumnya ketika naik mobil Kenrick, ponsel Kenrick berbunyi. Nama yang muncul di layar adalah Laura. Ternyata Laura yang sama?"Terima kasih." Milla mematikan ponsel i
Dua puluh menit kemudian, rapat dewan direksi darurat pun dimulai.Kenrick bisa dibilang adalah orang yang berani bertanggung jawab atas perbuatannya. Dia langsung mengakui semua yang telah dia lakukan, bahkan menjelaskan secara detail bagaimana informasi itu bocor.Seperti yang diduga, para pemegang saham lain langsung mengarahkan kemarahan mereka kepada ayah Kenrick."Ini keterlaluan! Kenapa kamu melakukan ini? Kamu sudah mencelakai kita semua!""Kami tahu dulu kamu adalah bawahan Donny, tapi lihat bagaimana keadaan Donny sekarang! Kamu masih memilih berdiri di pihaknya?"Para pemegang saham mengkritiknya dengan suara lantang. Wajah Kenny memerah karena marah, tubuhnya sedikit gemetar. Dia berdiri dan menunjuk Kenrick sambil menghardik."Anak durhaka! Apa kamu diancam seseorang? Kenapa kamu melakukan hal bodoh seperti ini? Apa kamu dijadikan kambing hitam oleh seseorang? Katakan sesuatu!"Milla yang merasa tersindir oleh ucapan itu, hanya tersenyum dingin dan tenang. "Pak Kenny, aku
Kenrick kembali ke kantornya. Yang mengejutkannya, perusahaan tidak lagi mengirim orang untuk mengawasinya ....Dia masih teringat suasana di rapat dewan direksi tadi. Semua pemegang saham menargetkan keluarganya karena perbuatannya. Dia juga teringat wajah ayahnya yang marah besar. Hatinya terasa berat.Dia membuka internet dan mencari perkembangan terbaru tentang skandal parfum Grup Jauhari. Situasinya ternyata jauh lebih buruk dari yang dia bayangkan. Meskipun demikian, Milla masih menjaga harga dirinya.Di tengah kebingungannya, Kenrick melihat ponselnya dan ragu-ragu apakah harus menelepon Laura atau tidak. Namun, sebelum sempat mengambil keputusan, Milla sudah mengetuk pintu ruangannya.Dia panik dan buru-buru meletakkan ponselnya. Milla masuk dengan ekspresi tenang dan berucap, "Aku ingin kamu mendengar sebuah rekaman. Kamu masih ingat beberapa hari yang lalu, saat aku difitnah memiliki kehidupan pribadi yang kacau di Cube Mansion?"Kenrick mengangguk. Kasus itu sempat menjadi s
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Laura mengangkat telepon. "Ada apa, Kak Kenrick?""Laura, kamu pernah bilang nggak akan salah jalan. Tapi, sekarang kamu hampir menghancurkan Jauhari Parfum. Mereka cuma menghapus cuplikanmu, tapi apa perlu sampai memojokkan Grup Jauhari sedemikian rupa?" tanya Kenrick."Kalau Jauhari Parfum bisa hancur hanya karena hal kecil seperti ini, bukankah itu membuktikan kalau mereka memang lemah?" Laura menimpali dengan santai. Dia baru saja menyelesaikan siaran langsung. Beberapa produk kecantikan yang dia promosikan laris manis, membuatnya semakin puas."Mereka sudah tahu kalau ini ulahku." Kenrick menghela napas, tak menyembunyikan apa pun dari Laura."Apa?" Nada suara Laura langsung berubah penuh emosi. "Kamu bilang kalau ini ulahku?"Kenrick mengerutkan kening, suaranya rendah. "Nggak.""Oh, bukan begitu maksudku .... Maksudku, kamu baik-baik saja?" Laura segera mencari alasan untuk memperbaiki suasana.Kenrick awalnya ingin mengatakan bahwa keluarga
Dalam 2 tahun terakhir, Grup Jauhari terus berusaha memperluas skala produksinya, terutama sekarang divisi parfum baru saja meluncurkan lini produk baru dan sangat membutuhkan pembangunan pabrik baru.Nayla telah mengincar sebidang tanah yang terletak tepat di sebelah pabrik lama Grup Jauhari, tetapi hak penggunaan tanah tersebut belum dilepas.Sebulan yang lalu, BPN mengumumkan bahwa tanah itu akhirnya akan dilelang. Grup Jauhari mengajukan dokumen untuk ikut serta dalam pelelangan. Namun, BPN menolak dengan alasan memprioritaskan perusahaan yang belum memiliki pabrik di sekitar area tersebut.Nayla pun merasa frustrasi selama beberapa hari akibat hal ini. Lantas, bagaimana bisa ...?"Bu Nayla baru saja mendapat pemberitahuan kalau BPN akhirnya menyetujui partisipasi Grup Jauhari dalam pelelangan," jelas asisten.Milla mengangguk, itu kabar baik. Meskipun ibunya terjebak di luar negeri karena urusan bisnis, dia akan mengurus masalah ini dengan baik sebagai bentuk baktinya. Dua pabrik
"Aku?" tanya Milla dengan terkejut.Sutradara mengangguk. "Aku sudah lama memperhatikanmu. Begitu kamu muncul di depan kamera, kamu langsung menjadi pusat perhatian. Struktur wajahmu elegan dan tegas. Mau dari sudut mana pun, hasilnya pasti bagus.""Aku nggak bisa." Milla tersenyum sambil melambaikan tangan. "Aku bukan artis, juga bukan model.""Kenapa kita awalnya ingin mencari artis dan model untuk berpasangan dengan Yoan?" Sutradara mulai membujuknya, "Karena mereka sudah memiliki popularitas. Tapi, Bu Milla, popularitasmu saat ini nggak kalah dengan model biasa, terutama setelah Laura baru saja menambah bahan bakar ke dalam api."Staf di sekeliling juga ikut membujuk, "Bu Milla, coba saja. Ini bisa menghemat waktu dan juga mengurangi biaya produksi.""Benar. Nggak perlu banyak adegan, hanya beberapa pengambilan gambar saja. Nggak sulit kok," timpal sutradara.Milla menggigit bibirnya, mempertimbangkan situasi. Akhirnya, dia memaksakan diri untuk setuju.Saat Milla baru mulai dirias
"Maksudmu apa?" tanya kapten itu kepada Milla."Dilihat dari ekspresimu, aku rasa tebakanku benar, 'kan?" Milla melanjutkan dengan tatapan tegas, "Kalau begitu, tolong jelaskan. Kalau sidik jariku sengaja ditinggalkan oleh pelaku di senjata itu, apa benar alat yang digunakan adalah bahan yang terbuat dari karet silikon?"Kapten itu mengangkat senjata, mendekatkannya ke hidung, lalu mengendus. Yang dia cium hanya sedikit bau logam terbakar akibat aliran listrik, tak ada aroma lainnya ...."Benar, untuk menyalin sidik jari memang biasanya menggunakan karet silikon. Tapi karena baunya khas, teknik profesional biasanya sudah menyiasatinya, jadi nggak akan meninggalkan aroma," jelas kapten itu dengan ragu. "Tadi sudah kucium, nggak ada aroma apa-apa. Kalian coba juga."Beberapa polisi lain pun meneruskan senjata itu dan mengendusnya. Semuanya menggeleng dan berkata, "Nggak ada bau karet sama sekali.""Kalian nggak bisa menciumnya, bukan berarti aku juga nggak bisa," ujar Milla dengan tenang
"Bu Milla, penahanan secara terpisah memang nggak mengizinkan orang luar mendampingi ...." Polisi itu mengerutkan dahi dan menyela."Aku sedang membahas syarat yang lain," kata Milla dengan nada tenang.Aura yang dipancarkannya langsung membuat orang-orang di sekelilingnya, termasuk para polisi merasa terintimidasi. Tak ada yang menyangka, gadis muda yang baru saja dituduh sebagai pembunuh Maalih berdasarkan bukti yang begitu kuat, justru menjadi orang pertama yang bisa menenangkan diri.Namun, kenapa dia terlihat begitu tenang? Bahkan berani menegosiasikan syarat?"Ini adalah kasus pembunuhan dan juga sebuah konspirasi. Meskipun sekarang aku ini tersangka utama, aku ingin mengajukan syarat untuk ikut menyaksikan proses investigasi," jelas Milla."Kamu nggak punya hak itu." Polisi itu menolak.Milla tidak menyerah. "Tapi sejauh yang kutahu, negara ini juga nggak memberi hak kepada para tamu di ruangan ini untuk menyaksikan pengumpulan bukti, 'kan? Kalian tetap memberi mereka izin. Seka
Satu jam yang lalu, Chris baru saja keluar dari ruang istirahat Milla dan pergi ke rumah sakit.Dia tidak memercayai bawahannya sepenuhnya. Orang-orang dari Keluarga Yunanda bukan orang biasa. Jika bawahannya sampai melakukan kesalahan dan gagal mendapatkan hasil tes DNA, Milla bisa langsung menjadi target Keluarga Yunanda!Keluarga Yunanda bagaikan rawa, entah berapa banyak darah dan tulang kerabat yang telah terkubur di sana. Jadi, Chris memutuskan untuk mengawasi sendiri prosesnya.Namun, begitu tiba di sana, dia tiba-tiba mendapat laporan dari Wilson. "Pak, ada masalah besar! Di pesta makan malam Keluarga Yunanda tiba-tiba ada aksi penyerangan! Maalih meninggal! Sekarang Bu Milla jadi salah satu tersangka ...."Napas Chris memburu. Urusan di rumah sakit terpaksa diserahkan lagi pada bawahannya. Dia segera kembali ke mobil dan menyetir dengan kecepatan tinggi.Ketika dia kembali ke aula pesta di pulau, polisi sudah selesai mencocokkan sidik jari dan hasilnya cocok dengan milik Milla
Tak lama kemudian, kantor polisi terdekat mengirimkan petugas untuk datang ke pulau dan melakukan penyelidikan, sekaligus membawa tim forensik.Di bawah pengaturan polisi, para tamu yang bersedia meninggalkan pulau bisa mengantre dengan tertib untuk menjalani pemeriksaan badan. Bila tidak ditemukan masalah, mereka diizinkan pergi.Karena kasus ini tergolong khusus di mana korban adalah seorang konglomerat lokal, sementara para saksi dan tersangka adalah tokoh-tokoh besar setempat, kantor polisi pun mengerahkan banyak personel untuk membuka penyelidikan langsung di pulau. Untuk sementara, semua terduga dilarang meninggalkan pulau.Setengah jam kemudian, hasil otopsi dari tim forensik selesai. Hasilnya kurang lebih sesuai dengan analisis dokter di pulau. Di sisi lain, pihak polisi juga menemukan taser yang disembunyikan di dalam tanah di area taman bunga."Mohon semuanya tetap tenang. Kami telah menemukan senjata yang digunakan. Setelah pemeriksaan, diketahui bahwa senjata ini menembakka
"Kamu sedang menyindir aku dan Pak Khavin adalah pelakunya?" Kali ini, Kepala Keluarga Sudarso, Hilman, menyipitkan mata dan berdiri sambil menatap tajam ke arah Milla."Aku nggak bicara begitu." Milla sudah menduga akan ada reaksi seperti ini. Dia menanggapinya dengan tenang, "Kebenaran dari kejadian ini tetap harus menunggu pemeriksaan lebih lanjut dari polisi dan tim forensik. Ini juga menyangkut perbedaan durasi setrum dan pelacakan asal senjata. Aku cuma menganalisis salah satu kemungkinan saja.""Tapi, jelas-jelas kamu membela Keluarga Yunanda dan Keluarga Dolken, sementara Keluarga Sudarso dan Keluarga Domani malah diseret ke dalam masalah ini!"Hilman tetap tidak terima dan terus menyudutkan Milla. "Kalau nggak, kenapa hanya kamu saja yang sibuk bicara di sini, sementara orang lain diam saja? Kamu murid Graham. Hari ini kamu juga mewakili Keluarga Yunanda memenangkan dua ronde pertandingan!""Pasti kamu punya kepentingan pribadi! Jangan-jangan kamu ini kaki tangan dari pelaku u
Di atas panggung, Graham terbaring di tandu darurat yang baru saja dibawa masuk. Dia perlahan mulai memulihkan kembali kontrol atas otot-ototnya. Milla dan asistennya setia berjaga di sisinya.Milla merasa seluruh bulu kuduknya meremang. Dia tahu bahwa membawa senjata di negara ini memang legal, tetapi dia tidak menyangka akan menyaksikan langsung kasus yang menyebabkan kematian. Lebih mengerikan lagi, pelakunya sempat berdiri sangat dekat dengan dirinya dan Graham!Mata bening Milla sedikit terangkat, menelusuri seisi panggung dengan tajam.Alfie duduk tegak di kursi rodanya, sama sekali tidak bergerak sejak awal. Maalih sudah meninggal dan tubuhnya telah dibawa turun oleh pelayan keluarganya.Dua keluarga lain di atas panggung adalah Keluarga Sudarso yang bergerak di bidang baja dan Keluarga Domani yang berawal dari bisnis farmasi. Kedua kepala keluarga itu kini berdiri dengan ekspresi bingung, merasa tertekan di bawah tatapan tajam kepala pelayan Maalih."Kami sudah melapor ke polis
Milla buru-buru menyembunyikan rasa cemasnya dan menenangkan Graham, "Guru, jangan khawatir. Kali ini benar-benar cuma mati lampu biasa."Sekitar satu menit kemudian, lampu di aula jamuan kembali menyala.Manajer aula menjelaskan dengan malu, "Mohon maaf sebesar-besarnya, tadi terjadi pemadaman listrik yang tak terduga. Sistem kami sudah otomatis menyalakan genset cadangan dan dipastikan nggak akan terjadi lagi. Silakan dilanjutkan.""Kita lanjutkan saja," ujar Alfie yang statusnya paling tinggi di antara para kepala keluarga yang hadir di atas panggung.Namun, begitu mereka saling menoleh, ekspresi masing-masing berubah kaget."Maalih!""Guru?""Apa yang terjadi?"Milla, Alfie, dan dua kepala keluarga lainnya berseru bersamaan.Milla segera memeluk tubuh Graham dan memeriksanya. Dia melihat tubuh pria tua itu lemas dan kaku di kursinya, bahkan sudut bibirnya tampak sedikit berkedut."Cepat panggil dokter!" teriak Milla sambil memegangi tubuh Graham. Asisten Graham yang duduk di bawah
"Mm ...."Belum sempat mendapat jawaban, yang datang malah sebuah ciuman yang begitu mendominasi. Milla terkejut sejenak, tubuhnya menegang. Dia buru-buru mendorong pria di atasnya.Gerakan Chris pun sedikit terhenti, tetapi dia tetap menatap mata jernih Milla dari jarak yang begitu dekat. Dengan napas yang cepat dan kuat, dia berucap, "Maaf."Penolakan yang hendak Milla ucapkan seketika tertelan oleh kata itu dan tatapan penuh perasaan milik Chris. Tanpa sadar, dia membiarkan dirinya dicium. Tubuh mereka perlahan bergerak ke arah sofa di dalam ruangan."Ini cuma ruang istirahat ...." Milla menyuarakan kekhawatirannya di sela ciuman."Wilson jaga di luar," balas Chris dengan tenang, menjawab keraguannya.Mereka akhirnya sampai di sofa. Namun, dari luar tiba-tiba terdengar suara Wilson yang berjaga di depan pintu."Pak Chris, pihak Keluarga Yunanda mengirim undangan makan malam. Mereka ingin tahu apa Pak Chris akan hadir malam ini?"Gerakan Chris sempat terhenti, satu tangan besarnya ma
Chris menutup pintu pelan-pelan, lalu duduk di ruang istirahat sebelah.Beberapa saat kemudian, Wilson kembali melapor, "Pak, dugaanmu benar. Pelayan itu keluar dari ruang istirahat dan langsung menemui Pak Alfie. Setelah itu, kepala pelayan Keluarga Yunanda mengirim orang ke rumah sakit untuk melakukan tes DNA.""Tapi, seluruh proses dilakukan mereka sendiri tanpa campur tangan orang luar. Barang yang pelayan itu ambil dari tubuh Nyonya di ruang istirahat nggak sempat kutukar. Jadi, aku langsung atur orang di pusat. Rencananya dia akan mengambil tindakan di tahap akhir."Chris mengangguk. "Yang penting hasil yang Keluarga Yunanda terima bukan hasil yang mereka inginkan. Kamu boleh pakai cara apa pun.""Baik, Pak." Wilson menerima perintah, lalu bertanya lagi, "Kenapa Pak Chris nggak masuk?""Jarang-jarang dia bisa tidur dengan tenang." Chris menjawab, bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis."Pak, Keluarga Yunanda tahu soal kedatanganmu. Mereka ingin mengundangmu ke paviliun atas