Home / Romansa / Dikhianati Tunangan, Dilamar Mantan Tampan / Masih Menjadi Misteri (Pov Nizar)

Share

Masih Menjadi Misteri (Pov Nizar)

Author: Kharamiza
last update Last Updated: 2024-04-04 23:00:20
“Awan, jadwal saya hari ini sudah selesai kan?” tanyaku pada pria tampan, tapi lebih tampan diriku yang tak lain dan tak bukan adalah sekretarisku.

Sambil melihat jam yang melingkar di jari tangan, ternyata waktu menunjukkan sudah hampir pukul setengah lima sore.

Aku ingat ada janji untuk menjemput Ivy alias Divya di mall. Tadi, dia izin pergi bersama Sarah karena katanya sumpek berada di rumah terus. Mau cari angin segar.

Giliran nanti pulang ditagih angin segar malah gak bisa nunjukin. Dasar Divya, untung aku sayang ke dia pake banget.

Sebenarnya, hari ini aku juga ingin cuti agar bisa quality time bersamanya setelah pertempuran sengit kami di atas ranjang semalam.

Paling tidak untuk memperbaiki hubungan yang masih dilanda badai kecanggungan, tapi karena ada hal mendadak di kantor, jadi aku harus menyelesaikannya lebih dulu.

“Lima belas menit lagi ada pertemuan dengan Pak Dev, Pak,” ujar Awan setidaknya membuatku menghela napas pasrah.

Bukan apa-apa, waktunya terlalu mepet dan k
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dikhianati Tunangan, Dilamar Mantan Tampan   D-Day (Pov Nizar)

    Divya membeku sesaat, mata indahnya melotot tajam ke arahku. Detik berikutnya, ia sontak menutup mata ini dengan satu tangannya, sedang tangan lainnya mendorong tubuhku agar enyah dari tempat barang khusus barang pribadi wanita ini. Setelah beberapa langkah, Divya melepaskan tangan dari mataku. Kini, bibirnya mengerucut. Dua tangannya berada di pinggang. “Kamu ngapain sih bawa aku ke sini?” Dia mengacungkan jari telunjuk tepat di depan wajahku. Matanya menyipit curiga. “Sengaja ya mau ngubek-ngubek rahasia wanita?”“Dasar lelaki. Mata keranjang!” decitnya. Dih, dikata mata keranjang. Padahal liat pembungkus gak seberapa dibanding liat isinya. Apalagi kalau punya istri, rasanya tuh kayak ada manis-manisnya. “Itu pembungkus doang. Isinya lebih menarik,” lirihku tapi sepertinya bisa didengar Divya. “Apa kamu bilang?” Tatapannya mengintimidasi. Aku tertawa kecil. Raut wajah wanitaku ini tampak jelas sedang salah tingka

    Last Updated : 2024-04-06
  • Dikhianati Tunangan, Dilamar Mantan Tampan   Bab 52

    Kali ini, wanita yang kunikahi 2 bulan itu lalu hanya terdiam. Melongo. Entah apa yang sedang ia pikirkan?Barangkali, berpikir jawaban apa yang pantas untuk menjawab pertanyaanku. “Hei, kenapa diam?” tanyaku.Dia menoleh, tersenyum canggung. Gelagatnya salah tingkah.“Aku... em....” Wanitaku itu ragu untuk sekadar mengucapkan sesuatu.Aku mengernyitkan alis, tetap menunggu jawabannya. Sudah 2 bulan menikah, tapi aku belum pernah mendengarnya mengakui perasaan, meski ia tetap menjalankan kewajiban sebagai istri. Dari sikapnya, aku sebenarnya sudah bisa menyimpulkan perasaannya. Hanya saja, aku ingin sekali mendengar ia mengatakan cinta secara langsung. Itu pun kalau tebakanku benar. Kalaupun salah, aku pastinya akan sangat kecewa. Tapi, setiap orang berhak atas perasaannya sendiri, bukan?Aku tak bisa mengaturnya. Terlebih sadar, karena aku sempat menyakitinya. “Kalaupun kamu sudah tidak mencintaiku

    Last Updated : 2024-04-07
  • Dikhianati Tunangan, Dilamar Mantan Tampan   Testpack?

    Aku menarik napas panjang, melangkah pelan keluar kamar mandi. Namun, aku mendadak syok begitu pandangan menangkap sosok pria yang 2 bulan terakhir ini senantiasa menjadi objek bangun tidurku.Sontak saja, aku menyembunyikan testpack di balik punggung. Sedikit salah tingkah bak maling yang nyaris ketahuan habis mencuri.Entah kenapa Nizar ada di sana? Bukankah tadi, dia pamit akan salat subuh di masjid. Terus kenapa balik lagi? Pelan, aku memasukkan alat test kehamilan ini ke saku celana agar tak dilihat olehnya.“Mas, kenapa di situ? Bukannya ke masjid?” tanyaku memecahkan keheningan.Ya, setelah kembali ke rumah pasca resepsi, aku memutuskan untuk mengubah nama panggilan untuknya agar terkesan romantis. Alasan lain, karena dia misuh-misuh gak jelas kalau aku panggil nama.“Tadi mau ke masjid, tapi baru di gerbang malah kebelet mau boker. Jadi  balik lagi. Nyampe sini masih kudu nahan karena nungguin kamu di kamar mandi kayak n

    Last Updated : 2024-04-09
  • Dikhianati Tunangan, Dilamar Mantan Tampan   Bab 54

    Ceklek!Aku membuka pintu ruang rawat Alana dan mendapati orang tua Alana dan orang tuaku saling diam-diaman. Barangkali berkutat dengan pikiran masing-masing. Ada yang tengah menopang dagu, dan di sudut lain ada yang sedang memijat pelan dahinya. Aku mengamati Alana yang terlihat sedang lemah tak berdaya. Raut wajahnya datar saja. Tatapannya lurus tampak menerawang jauh, tetapi kosong.Melihatnya, aku jadi iba. Dia pasti sangat terpukul atas kepergian buah hatinya bahkan sebelum sempat melihatnya lahir ke dunia. Namun, dalam suasana berkabung seperti ini, ke mana Adrian? Seharusnya dia ada di sini, mendampingi Alana. Kalaupun keberadaannya tak bisa mengembalikan bayi mereka, paling tidak kehadirannya bisa sedikit menenangkan suasana hati Alana.Pelan, aku menghampiri Bunda. Mencondongkan wajah ke dekat telinganya. “Bun, apa kata Dokter tentang keadaan Alana?” tanyaku nyaris berbisik. Bunda mengge

    Last Updated : 2024-04-12
  • Dikhianati Tunangan, Dilamar Mantan Tampan   Bab 55

    “Maafkan Alana, Nak Divya.” Tante Nur menunduk. Sekejap terisak. Sesaat kemudian, mata yang tampak memerah itu menatapku penuh permohonan. Lalu, meraih tangan ini untuk digenggamnya. “Jangan membencinya karena sikap dan apa yang telah dia perbuat padamu, Nak. Tante tau dia salah besar, tapi Tante juga tahu kalau dia dibutakan oleh cinta.”Melihat Tante Nur menangis, air mataku seketika ikut mengalir—membasahi pipi. Ah, aku memang paling tidak bisa melihat orang bersedih, apalagi disertai dengan tangisan. Karena ujung-ujungnya, aku juga bakalan ikut menangis.Sigap, aku menghapus air mata. Gak mau terlihat rapuh. Lantas, tersenyum manis, semanis gulali--yang pasti lebih manis daripada janji mantanmu. Dan memeluk Tante Nur untuk menenangkannya. “Aku gak membenci Alana, Tante. Gak akan pernah. Tante tenang saja, karena aku akan selalu ada untuk mendukung Alana,” tuturku sembari mengusap-usap punggung istri pamanku itu.

    Last Updated : 2024-04-15
  • Dikhianati Tunangan, Dilamar Mantan Tampan   Bab 56

    “Kalau hamil harus makan yang sehat-sehat. Terus jangan terlalu capek, apalagi stress.”Aku, Nizar, dan Papa yang saat ini sudah duduk di meja makan sama-sama terdiam mendengar Bunda memberi wejangan padaku sambil meneruskan kegiatannya membantu Bi Ina menata makan malam di meja. Tadinya, aku juga mau membantu, tapi Bunda tak mengizinkan. Suruh duduk manis saja. Padahal aku cuma hamil, bukan lumpuh. Tapi, berasa kayak dimanja banget tuh kalau begini. Dari baru datang ke rumah Bunda sampai sekarang hanya duduk, ngemil. Kalau hamil 9 bulan begini terus, yang ada tubuh idealku ini melar kayak gajah. “Sudah berapa bulan kata dokter?” tanya Bunda. Kali ini, satu tangannya sudah memegang sandaran kursiku. “2 bulan, Bun.” “Beraktivitasnya harus hati-hati banget, Sayang. Jagain calon cucu Bunda. Itu cucu pertama, loh.”Seakan tak mau kalah. Papa menyahut lebih antusias. “Cucu Papa juga tuh.”Aku dan Nizar saling be

    Last Updated : 2024-04-18
  • Dikhianati Tunangan, Dilamar Mantan Tampan   Bab 57

    Begitu Bu Rani pulang, aku kembali ke kamar karena sebenarnya dari tadi khawatir keadaan Nizar yang sempat mual. Takut kalau sebenarnya penyakitnya serius, bukan sindrom cow... cow apa sih tadi itu kata Bu Rani? Ah, yang intinya sindrom suami ngidam. Aku gak mau kehilangan dia lagi. Di hati ini sudah gak ada tempat untuk orang lain. Cuma ada dia seorang. Huft! Kenapa aku jadi bucin gini sih?Aku baru bisa bernapas lega ketika melihat Nizar tampak berbaring di sofa sambil mengutak-atik ponselnya, dalam keadaan baik-baik saja.Menyadari kehadiranku, ia menoleh sebentar. Lantas menggeser posisinya. Memberiku ruang untuk duduk di dekatnya. Aku membungkuk. Menarik selimutnya, hingga menutupi sampai di bahunya. “Kok belum tidur, Mas? Aku kan suruh kamu tidur aja tadi.”Tak ada jawaban. Pria bercambang tipis itu menyimpan ponsel, kemudian meletakkan kedua tangannya yang saling tertutup di bawah pipinya. “Nungguin

    Last Updated : 2024-04-23
  • Dikhianati Tunangan, Dilamar Mantan Tampan   Bab 58

    Aku menarik napas panjang. Hendak melepaskan diri dari rengkuhan Nizar. Berniat untuk bangkit, tetapi pria ini justru memelukku semakin erat. Pada akhirnya, aku mencari posisi ternyaman dalam pelukannya. Sesekali, tangan ini bergerak menyentuh cambang tipis Nizar yang agaknya mulai menghitam dan tebal. Sepertinya, dia tak merawat cambangnya sendiri akhir-akhir ini.Tapi, bukan cambang yang menjadi inti pembahasan saat ini. “Aku juga ngerasa bertanggung jawab sama para karyawan yang lebih banyak protes dan memintaku untuk mempertahankan perusahaan sepenuhnya. Mereka percaya aku bisa dan sebenarnya juga takut kalau TalentVista diambil alih Raymond Group, maka besar kemungkinan kalau sistem kepemimpinan di sini juga berubah mengikuti kebijakan Raymond Group.” Aku melanjutkan keluh kesahku pada Nizar.“Gak menutup kemungkinan kalau kebijakan baru akan ikut mengganti karyawan yang ada di sana. Kasihan ke mereka gak punya kerjaan kalau

    Last Updated : 2024-04-27

Latest chapter

  • Dikhianati Tunangan, Dilamar Mantan Tampan   EXTRA PART

    Beberapa bulan kemudian. Aku sengaja datang agak siang ke kantor hari ini. Berhubung, tadi pagi-pagi aku sudah sibuk di rumah, menata perlengkapan bayi bersama ibu mertua. Maklum karena aku sudah mendekati HPL. Jadi, segala sesuatunya harus disiapkan biar kalau adek bayi sudah launching, gak ribet lagi. Turun dari mobil yang mengantar ke kantor, aku melangkah sesekali membalas senyum karyawan yang berpapasan denganku di lantai dasar. Menghampiri resepsionis lebih dulu sekadar untuk menanyakan barangkali ada titipan atau mungkin informasi penting untukku yang dititipkan pada resepsionis. “Ada info?” tanyaku pada wanita berambut panjang terurai itu. “Iya, Bu. Informasinya soal Pak Nizar, beliau sudah datang dari tadi dan mungkin sekarang sudah di ruang CEO.” Aku mengerutkan dahi mendengar perkataan wanita itu. Mas Nizar ke sini kenapa tadi gak bilang ke aku kalau mau ke sini? Tiba-tiba banget datang ke kantor. “Oh, ya sudah. Aku langsung ke atas kalau begitu.” “B

  • Dikhianati Tunangan, Dilamar Mantan Tampan   END

    Setelah beberapa saat terdiam, Pak Santoso kembali melanjutkan kalimatnya. “Waktu itu, di lokasi anak itu ditemukan, memang terbilang minim sekali kendaraan yang lewat, tempatnya juga masih susah diakses, bahkan jaringan internet pun belum merata. Jadi, agak susah untuk mendapatkan pertolongan.”“Tanpa mempertimbangkan asal usul, saya dan istri mau-mau saja membantu anak itu, apalagi di sana memang tidak ada yang mengenalinya. Kasihan juga, jika dia terlambat mendapat pertolongan hanya karena kami menolak menolongnya. Berharap setelah dia sadar, kami bisa mengantarnya pulang menemui keluarganya. Hanya saja ....”Kami menatap Pak Santoso penuh tanya, sama-sama menunggu apa yang akan dikatakan selanjutnya?“Setelah sadar, anak itu tidak mengingat asal usulnya, bahkan tak mengingat namanya sendiri. Dokter mengatakan, kalau dia terkena amnesia retrograde, di mana dia melupakan semua ingatan sebelum kecelakaan, meski dengan faktor eksternal dia mungkin masih bi

  • Dikhianati Tunangan, Dilamar Mantan Tampan   Bab 81

    “Maaf, apa Pak Bima mengenal orang di foto itu?” tanya Dev dengan sirat penuh pengharapan.Namun, Papa bukannya langsung menjawab, justru buru-buru memalingkan muka. Sempat kulihat matanya berkaca-kaca.Papa menangis? Benarkah?Ya Tuhan, aku semakin tak mengerti melihat situasi ini. Sebenarnya ada apa?“Apa kamu benar-benar tidak ingat apa-apa tentang foto ini?” tanya Papa lagi, “setidaknya sedikit saja.”Kulihat Dev tampak berpikir, tapi bersamaan dengan itu terdengar pula isakan tangis Bunda. Aku pun beralih menggenggam tangannya dan memeluk erat tubuh yang masih lemah itu dengan maksud untuk menenangkan.“Bun, ada apa?” tanyaku, yang tanpa direspons olehnya hingga pelukan kami terurai.“Saya hanya bisa ingat sekilas memiliki adek balita saat itu. Namun, saya tidak mengingat nama dan bagaimana rupanya? Mungkin sekarang sudah sebesar Divya. Terus terang, ketika melihat Divya, saya merasa cukup dekat padanya. Seperti per

  • Dikhianati Tunangan, Dilamar Mantan Tampan   Bab 80

    BRAK!Pintu tiba-tiba terbuka dengan keras. Aku dan Nizar kompak menoleh, melihat siapa yang datang?Ya. Mereka adalah ibu mertuaku dan Putri. Keduanya kini berdiri di ambang pintu dengan raut cemas. Ibu mertua langsung berjalan cepat menghampiri kami. Napasnya terengah dan tanpa basa-basi bertanya padaku. “Vy Sayang ... apa yang terjadi, Nak? Kamu gak apa-apa, kan?” Dia meraba pipiku barangkali memastikan aku baik-baik saja. “Kenapa bisa pingsan, sih, Sayang?” Ibu Hanna kembali bertanya, bahkan sebelum satu pertanyaannya kujawab.Selang beberapa detik, beliau menatap Nizar dengan tatapan mencurigai. “Kamu kali yang gak becus jagain istri, sampai menantu Ibu pingsan segala?”Aku tersenyum hangat. Beralih menggenggam tangan ibu mertuaku itu. “Ivy baik-baik aja, Bu. Gak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku cuma sedikit kecapean dan syok aja dengar kabar Bunda kecelakaan.”“Tapi, Aunty Sayang, Ibu lebih syok dengar Aunty dib

  • Dikhianati Tunangan, Dilamar Mantan Tampan   Bab 79

    Aku mengerjap pelan, mencoba mengamati sekeliling. Hal pertama yang kulihat, ruangan serba putih yang cukup asing dalam pandangan.Aroma obat-obatan pun seketika menguar menusuk indra penciumanku.Sesaat kesadaranku sudah terkumpul, aku merasakan sebuah tangan menggenggam erat tangan ini, ibu jarinya sesekali mengusap-usap lembut punggung tanganku. Aku menoleh ke samping kanan, ternyata kekasih hatiku duduk di sana sambil mengutak-atik ponsel. Rupanya, ia belum menyadari kalau istrinya yang cantik jelita inj sudah bangun dan kini sedang menatapnya. Lagipula, kenapa aku bisa tiba-tiba berada di rumah sakit segala?Ah! Seingatku, tadi memang sempat lemas banget di kantornya Pak Dev karena kepalang syok mendengar kabar Bunda kecelakaan, tapi setelahnya aku tak mengingat apa-apa lagi.Ngomong-ngomong soal Bunda. Bagaimana keadaannya sekarang? “Mas ...,” lirihku.Begitu mendengar suaraku, Nizar sedikit tersentak,

  • Dikhianati Tunangan, Dilamar Mantan Tampan   Bab 78

    Sampai di ruangan, aku hanya duduk diam sambil menatap tumpukan berkas di meja yang seolah menatapku balik tanpa memberikan solusi. Sesekali memijat kening, mengingat perkataan Adrian yang beberapa saat lalu masih terngiang-ngiang jelas di benak ini. Mungkin, dia memang datang ke kantorku hanya untuk itu.Sekarang, aku merasa kalimat-kalimatnya seperti sebuah ancaman serius. Bagaimana kalau perusahan yang telah dirintis orang tuaku dari nol ini jatuh padanya? Kalau itu benar, tentu saja aku memutuskan untuk keluar dari perusahaan karena tak sudi satu kantor dengan Adrian. Namun, di sini yang menjadi taruhan adalah para karyawan yang telah setia menemani setiap proses TalentVista hingga sekarang.Bagaimana jika mereka benar-benar dikeluarkan setelah akuisisi? Bagaimana dengan nasib mereka?Akan tetapi, kalau aku memutuskan untuk tetap bertahan, maka yang ada hari-hari yang kujalani akan sangat buruk kalau be

  • Dikhianati Tunangan, Dilamar Mantan Tampan   Bab 77

    Huft!Aku menghentakkan kaki seraya mengembuskan napas berat begitu duduk di dekat Nizar yang tengah sibuk menggerak-gerakkan jemarinya di atas ipad di taman dekat kolam renang rumah kami.Suasana di sini memang cukup adem, sehingga mendukung untuk bekerja meski cuaca di luar sana sangat menyala. Hari libur begini, sebenarnya tadi Nizar mengajakku jalan-jalan, tapi aku lagi malas karena memang badan cepat lelah semenjak hamil.Jadi, aku memilih quality time di rumah bersama keluarga mertua.Menyadari kedatanganku, Nizar melirik sekilas. “Kenapa kayak gitu? Kesal sama aku?” tanyanya.Aku menoleh padanya yang mulai meletakkan ipad-nya ke meja bundar di hadapan kami. “Gak ada,” ketusku.“Ya terus kenapa itu tadi datang-datang dan buang napasnya kayak orang kesal?” Nizar kini menatapku dengan serius. “Mau jalan-jalan? Atau pengen ditemani jajan? Mau nonton? Atau apa?” Belum satu pun pertanyaannya kujawab, dia kemb

  • Dikhianati Tunangan, Dilamar Mantan Tampan   Bab 76

    Sore ini, aku memutuskan melakukan konferensi pers untuk menyampaikan pengumuman resmi tentang berita akuisisi yang memang sedang santer diperbincangkan akhir-akhir ini. Dengan maksud dan tujuan untuk meluruskan kebenarannya biar tidak menimbulkan berita simpang siur dan spekulasi-spekulasi pribadi tak berdasar. Sebab, kabar tersebut kini tak hanya ramai di area kantor, tetapi juga di luar kantor, bahkan di media sosial sudah rame.Media dan wartawan kini sudah berkumpul di lobi gedung, siap untuk meliput. Ruangan konferensi pers dipenuhi oleh sorot kamera dan mikrofon yang siap merekam apa saja yang akan kukatakan nantinya. Didampingi sekretarisku, aku masuk ke sebuah ruangan dan duduk pada tempat yang memang sudah disiapkan. Kamera wartawan yang sedari tadi menyoroti, sebenarnya membuatku risih. Tapi aku juga gak boleh protes dan menghalangi mereka untuk bekerja.Suasana berubah hening seketika.Sambil te

  • Dikhianati Tunangan, Dilamar Mantan Tampan   Bab 75

    Ah, aku sampai lupa kalau dulu pernah terjebak dalam kata-katanya yang cukup menyakinkan kala itu. Nyatanya, semua hanyalah bualan semata. Lihatlah, sekarang! Dia tak jauh berbeda. Bisa-bisanya dia menyembunyikan masalah keuangan perusahaannya yang saat ini melanda? Setelah beberapa menit, kini giliran suamiku tercinta dan tersayang yang unjuk rasa, eh ... unjuk gigi. Maksudku, unjuk diri. Hari ini, dia terlihat begitu tampan dengan kacamata bening yang membingkai kedua matanya. Aku pernah bertanya padanya, kenapa tiba-tiba mengenakan kacamata? Padahal aslinya dia tidak ada masalah pada penglihatan. Ya, katanya ... karena dia hanya ingin mengubah penampilan di 2 tahun terakhir ini dan agar tidak ada yang terlalu mengenalinya ketika sedang menguntitku. Tapi, ya juga. Dulu saat pertemuan perdana kami, saat itu dia menolongku dari Adrian yang mau berbuat jahat pa

DMCA.com Protection Status