Rey terpesona melihat wajah Tira dari dekat, wanita tomboy itu terlihat cantik sekarang. Bahkan bibir merahnya yang alami, seolah melambai-lambai seperti minta dicium. Rey menelan salivanya sendiri, berusaha menahan perasaan aneh yang bergelanyar dihatinya."Cantik? Kenapa gue pikir dia cantik? Bahkan gue mau nyium dia ... rasanya gue udah gak waras."Pemuda itu berusaha menekan dan menahan sesuatu di dalam dirinya yang aneh. Tiba-tiba saja keringat bercucuran di wajahnya. Kedua telapak tangannya juga keringatan, hingga ia yakin kalau ada yang salah dengan jantungnya."Bocil, ayo! Kok diem aja?" tanya Tira yang bingung, mengapa Rey belum menyentil keningnya sesuai perjanjian mereka dalam permainan ini. Tira juga masih memejamkan mata, menunggu Rey.Plak!Rey hanya memukul pelan kening Tira, yang bahkan sama sekali tidak membuat Tira merasa dipukul. Sontak saja Tira membuka matanya dan tampak bingung."Kenapa cuma disentuh doang? Lu kan mau sentil gue, Cil?""Itu udah dipukul kok."Tir
Sudah dari pagi buta, Abimana berada di depan rumah Alina. Ia hanya pergi sebentar ke mesjid untuk melaksanakan salat subuh dan kembali lagi ke sana.Abimana melihat Alina yang tampak terkejut dengan kehadirannya. Namun, pria itu tersenyum dan mengucapkan kata-kata sederhana yang bisa membuat wajah Alina memerah."Assalamualaikum calon makmumku."Alina terlihat gugup saat melihat Abimana. Tapi Abimana terlihat menikmati wajah Alina yang seperti ini."Wa-waalaikumsalam, Mas Abi? Ngapain Mas di sini?" tanya Alina terheran-heran pada Abimana. Mau apa pria ini, sepagi ini di depan rumahnya?"Menurut kamu ... kenapa aku ada disini?" Bukannya menjawab pertanyaan Alina, Abimana malah bertanya balik pada wanita itu.Ia mengendikkan bahunya seraya memalingkan wajahnya dari pria itu, seolah ia memang tidak tahu apa tujuan Abimana datang kemari. "Mana aku tahu.""Kamu mau nyapu ya? Sini biar aku yang sapu-sapu!" kata Abimana sambil mengambil sapu dari tangan Alina. Wanita itu mendelik tajam, tak
Saat suaminya sudah pergi, Lily bersiap-siap untuk menemui Alina di rumahnya. Ia akan menanyakan pesan ini padanya dan sangat yakin kalau Alina adalah wanita yang sudah lancang mengirim pesan pada suaminya."Kamu mau ke mana pagi-pagi begini Ly?" tanya Weni yang sedang duduk di kursi roda dan dibelakangnya ada seorang asisten rumah tangga yang mengurus Weni serta seisi rumah ini.Ia diperkerjakan dengan gaji yang sangat besar, sebanding dengan pekerjaannya."Lily ada urusan, Ma," sahut Lily sambil mengambil tasnya yang ada di atas sofa. Wanita dengan perut buncit itu terlihat menawan, meskipun sedang hamil."Ya ... kemana?" tanya Weni yang penasaran dengan kepergian Lily pagi-pagi begini."Mama nggak usah banyak nanya deh. Mending urusin urusan Mama sendiri!" ujar Lily ketus ,tanpa melihat ke arah ibu mertuanya sama sekali. Ia pun melangkah pergi, tanpa pamit pada Weni dan Inah.Weni terlihat sedih melihat sikap menantunya yang semakin hari, semakin terlihat aslinya. Padahal Alina tid
Jika Lily yang biasanya bisa membalas perkataan Alina, kali ini ia tidak berkutik dengan kata-kata wanita itu. Hatinya terlalu sakit, usai mendengar kalimat ejekan dari Alina dan memikirkan segala kemungkinan yang mungkin terjadi. Benarkah suaminya memiliki wanita idaman lain di belakangnya? Melihat Lily yang terdiam membeku dengan mata yang tidak berkedip, membuat Alina meresah khawatir. "Kenapa dia? Kenapa dia diam seperti itu?" "Ly, kamu nggak apa-apa?" Tidak ada respon dari Lily, wanita itu masih membeku. Hingga Alina terpaksa menepuk-nepuk bahunya, untuk menyadarkan Lily. "Lily! Hey!" Alina lega, saat melihat kedua mata Lily mulai berkedip. Namun, dari raut wajahnya, Lily terlihat seperti wanita linglung. Meskipun Alina tidak menyukai Lily, tapi ia masih terlihat mengkhawatirkannya. Bagaimana pun juga mereka pernah bersahabat dekat? "Kamu nggak apa-apa?" tanya Alina. Lily masih diam sambil memegang keningnya yang berdenyut nyeri. Tak lama kemudian, tubuh Lily terhuyung
Usai berbicara dengan Alina di rumahnya, Lily tak langsung pulang ke rumahnya. Ia malah pergi ke rumah Toni. Di mana ia selalu berkeluh kesah kepadanya dan datang disaat-saat seperti ini. Ia memiliki kunci rumah Toni dan bebas memasukinya kapan saja.Toni sedang bekerja dan saat ini Lily berada sendirian di rumahnya.Wanita itu belum berhenti meneteskan air matanya, setelah pembicaraan yang menyesakkan dadanya bersama Alina tadi."Jika benar Mas Reno peduli padaku, seharusnya dia bisa lebih peka terhadapku yang sering keluar rumah diam-diam seperti ini. Harusnya dia perhatian kepadaku. Tapi Mas Reno sama sekali tidak peduli? Dia berbeda dengan mas Reno yang dulu selalu memperhatikanku. Apa semua pria seperti ini, setelah mendapatkan apa yang mereka mau?" gumam Lily sedih.Ia teringat dengan perselingkuhannya bersama Reno yang sangat nikmat dan indah. Lily merasa dicintai, diinginkan oleh Reno, ada perhatian pria itu yang tiada tarah kepadanya. Akan tetapi, setelah mereka menikah, perh
Setelah menelpon papanya untuk meminta bantuan, karena ia sudah sangat geram. Abimana pergi ke butik tempat Alina berada. Saat ini, hanya pelukan kekasihnya itu yang bisa meredakan emosi dan menenangkannya.Sesampainya di butik itu, ia melihat Alina sedang duduk di atas kursi ruang kerjanya. Wanita cantik itu tampak sibuk melihat beberapa catatan di buku dan sesekali menulis di sana.Abimana tidak tega menganggunya dan hanya melihat kekasihnya dari balik pintu kaca itu. Sesekali bibirnya tersenyum melihat Alina begitu fokus dan tetap cantik walaupun sedang bekerja. Terkadang ia merutuki Reno yang membuang Berlian seperti Alina. Wanita setia yang tidak pernah berkhianat dan selalu menurut pada suaminya."Pak Abimana. Loh? Kenapa bapak masih ada di sini? Bapak belum masuk dari tadi?" tanya karyawan lainnya yang ada di butik itu, ia heran karena Abimana masih ada di sana. "Saya akan panggil bu Alina ya, dan kasih tahu kalau bapak ada disini.""Nggak apa-apa. Alina lagi sibuk, jadi saya n
Toni yang selama ini menyuruh orang untuk menyelidiki Reno, akhirnya mendapatkan informasi besar tentang hal yang selama ini membuat Lily gelisah. Rahasia besar yang gila dan Lily tidak mengetahuinya."Ton ... Mas Reno sudah apa? Kenapa kamu ngomong setengah-setengah?" tanya Lily yang menatap Toni dengan perasaan penasaran yang semakin besar saja."Mas Reno beneran selingkuh?" tanya Lily tak percaya.Bagaimana tidak penasaran? Raut wajah Toni, mampu membuatnya tegang saat ini. Pasti Toni mendapatkan informasi yang penting."Maaf Ly, sebenernya Reno ... dia sudah menikah lagi."Mata Lily terbuka lebar, bibirnya menutup rapat, raut wajahnya berubah menjadi serius saat mendengarnya. Jantungnya seakan berhenti berdetak, entah sampai berapa lama."Kamu jangan bercanda, Ton." Tangan Lily terkepal kuat, ia tidak menerima bila perkataan Toni memang benar."Apa aku terlihat seperti sedang bercanda di mata kamu, Ly?" Toni balik bertanya dengan menatap sendu ke arah Lily.Lily langsung menggelen
Sakit hati dan kecewa, membuat Lily gelap mata. Dadanya bergemuruh hebat, sesak sekali rasanya, saat membayangkan suami yang ia cintai sedang berada di dalam rumah itu bersama dengan seorang wanita. Wanita yang tak lain adalah istri kedua suaminya.Lily melempari jendela rumah itu dengan batu yang besar, hingga jendelanya pecah dan mengagetkan dua orang manusia yang sedang berada di dalamnya."KELUAR KALIAN BERDUA!"Suara lantang dan penuh emosi itu, sontak saja membuat Reno dan Salsa terkejut bukan main. Mereka pun langsung keluar dari rumah, telah mendengar suara keras itu.Alangkah terkejutnya mereka berdua saat melihat Lily berada di depan rumah dengan mata memerah dan sorot yang tampak murka. Bisa mereka tebak saat melihat ratu aja Lily saat ini. Bahwasanya Lily memang sudah mengetahui semuanya. Tapi, mereka tidak tahu, sampai mana Lily mengetahuinya.Reno panik, ia menelan salivanya sendiri saat melihat keberadaan istrinya itu. "Sa-sayang?" ucap Reno gelagapan.Lily kemudian men
Seketika tubuh Alina meremang, kala Abimana memeluknya dan bibir lelaki itu menyentuh tengkuknya dengan lembut, penuh perasaan. Gelayar aneh mulai muncul di dalam dirinya, seakan-akan meledak. Sentuhan Abimana membuat Alina geli, tapi juga merasa bahagia.Kini mereka adalah suami istri dan mereka sudah sah secara hukum negara maupun agama. Bukankah ini saatnya mereka untuk melakukan malam pertama?"Kamu wangi banget, Yang." Suara Abimana terdengar mendesah dan bibirnya masih terus mengecupi leher Alina.Wanita itu terkekeh mendengar perkataan Abimana yang terdengar seperti gombalan. "Mana ada wangi, Mas? Yang ada aku bau keringat, karena seharian di tempat acara resepsi pernikahan kita.""Keringatmu tetap wangi Sayang. Apa lagi saat kita melakukan kegiatan positif di atas ranjang itu yang membuat kita semakin berkeringat, pasti rasanya akan nikmat," ucap Abimana menggoda. Sontak saja Alina terkejut mendengar ucapan suaminya yang ternyata bisa vulgar seperti ini."Mas ..." desah Alina
Suasana di gedung hotel mewah itu menjadi saksi pernikahan Abimana dan Alina. Semuanya sudah disiapkan dengan sebaik-baiknya dan sesempurna mungkin. Pernikahan kedua Alina ini, jelas jauh lebih mewah dari pernikahan sebelumnya yang sederhana. Kalah jauh. Abimana lah yang menginginkan pernikahan ini menjadi pernikahan yang mewah. Ia ingin meratukan wanita yang ia cintai dengan gemerlap kemewahan dan kasih sayang. Apa yang ia lakukan ini menunjukkan betapa besarnya kasih sayang pria itu kepadanya. Semua wanita akan iri kepadanya hari ini, karena ia mendapatkan mempelai pria yang sangat mencintainya. Orang-orang juga akan banyak yang mendoakan agar keduanya bahagia. Sakinah, mawadah warahmah. Angga yang terharu dengan pernikahan kakaknya, tak bisa menahan tangis. Air matanya terus saja keluar, tak terkendali. Tira yang melihat itu pun mencoba membuat Angga berhenti menangis. "Masa kamu nangis sih? Ini hari bahagia kakak kamu loh. Ayo senyum ah! Jelek tahu!" tukas Tira gemas melihat
Rupanya, pria yang mengendarai mobil truk itu adalah Toni. Dengan sengaja Toni menabrak mobil yang membawa Reno dan Weni ke rumah sakit jiwa. Setelah menantikan momen di mana Reno keluar dari rumah sakit. Akhirnya waktu itu pun tiba, di mana ia akan membalaskan dendamnya pada Reno."Toni?""Jangan sentuh anak saya!" seru Weni sambil menahan rasa sakit ditubuhnya saat ia melihat sepasang mata Toni yang menatap penuh kebencian pada Reno."Diam! Ini bukan urusan lo. Ini urusan gue sama anak lo yang gila cewek dsn brengsek!" ujar Tono membentak Weni.Dengan kedua tangannya sendiri, ia menarik Reno yang terluka keluar dari mobil. Tanpa peduli tubuh Reno akan terluka oleh luka baru. Terlihat tangan Reno berdarah-darah karena kaca yang menancap di sana. Sedangkan Weni, ia hanya bisa melihat dari dalam mobil, karena ia terjebak badan mobil dan sulit untuk keluar."Reno! Reno!""Lepaskan anak saya! Jangan kamu sakiti anak saya," ujar Weni panik. Ia berusaha melepaskan dirinya dan segera meno
Rey dan ibunya terlihat senang saat mengetahui Tira sedang hamil. Sedangkan wanita itu seperti tenggelam sendiri dan merasa kalau semua ini adalah mimpi. Tira tidak percaya kalau ia bisa hamil secepat ini, padahal baru satu bulan ia dan Rey menikah."Sayang, ayo kita makan bareng sama kak Alina. Sekalian kasih tahu kabar baik ini sama dia. Dia pasti senang kalau tahu kamu sedang hamil," ucap Rey yang mengajak istrinya untuk makan bersama dengan Alina sekalian memberitahu kabar bahagia ini."Ayo. Kebetulan Angga juga ada di sini. Kita bisa kumpul barengan." Tira setuju dengan ajakan suaminya. Ia tersenyum dan tak sabar untuk memberitahu kabar baik ini pada sahabatnya.Tira mengusap perutnya yang masih datar dengan perasaan haru. "Nggak nyangka. Ternyata di dalam sini ada bayi aku sama Rey." Wanita itu seakan tidak percaya bahwa Allah telah memberikannya kepercayaan secepat ini untuk memiliki seorang momongan. Semua adalah kehendaknya dan pastinya Rey Tira sudah dipercaya oleh yang kuas
Diamnya Alina dan sikap abai wanita itu, membuat Abimana tidak tahan lagi. Abimana paham, mengapa wanita itu bersikap seperti ini kepadanya. Itu semua karena kebohongan yang ia lakukan. Tapi, daripada didiamkan seperti ini, di mana lebih suka kalau Alina marah-marah kepadanya. Mengutarakan semua rasa amarahnya. Sangat tidak nyaman baginya diabaikan.Abimana mengatakan kalau ia bersedia melakukan apa saja agar Alina mau memaafkannya dan mau bicara padanya. Alina pun berkata padanya. "Kalau begitu, larilah ke gunung Everest, lalu naiklah ke puncaknya. Maka, aku akan mempertimbangkan untuk memaafkan kamu Mas."Sontak saja Abimana terkekeh mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Alina padanya. Apa wanita itu bercanda menyuruhnya untuk berlari ke gunung Everest dan naik ke puncak gunungnya?"Kenapa malah ketawa? Kamu nggak mau aku maafin, Mas?" tanya Alina dengan wajah serius dan tatapan mata tajam pada Abimana. Tidak terlihat ada candaan di dalam raut wajahnya."Sayang. Kamu serius ny
"Dasar anak kurang ajar!"Ketika William hendak menampar Bella lagi, mamanya Bella dengan cepat menghentikan suaminya itu."Pa! Bisa kan nggak usah pakai kekerasan?" Tegur wanita paruh baya itu pada suaminya. Ia memohon pada Wiliam untuk tidak memukul Bella, menggunakan kekerasan. "Bisa kan bicara baik-baik, Pa?"William berusaha untuk meredakan emosinya yang saat ini menggebu-gebu berkat kelakuan anak semata wayangnya itu. "Kamu sudah berbuat apa pada Abimana dan tunangannya? Kamu menyinggung mereka lagi kan?" tanya William yang mencoba bicara baik-baik."Aku nggak ngelakuin apa-apa kok." Bella menyangkalnya."BOHONG!" sentak William yang seketika membuat Bella kaget. Jantungnya seakan berhenti berdetak, kala ia mendengar bentakan dari papanya."Pa ... udah.""Tolong Mama jangan ikut campur. Papa seperti ini demi mendidik anak kita. Dia sudah sangat keterlaluan, Ma." William meminta istrinya untuk diam saja.Ia pun merasakan kepada Bella bahwa perusahaan yang ia pimpin saat ini sedan
"Bang! Kak Alina kenapa?" Angga panik, begitu ia keluar dari restoran dan melihat calon kakak iparnya sedang menggendong kakaknya yang tidak sadarkan diri.Abimana menoleh ke belakang dan melihat ke arah Angga. "Kakak kamu pingsan. Abang akan bawa dia ke rumah sakit.""Ya udah ayo Bang. Aku ikut ya.""Kakak juga ikut Bi." Riana datang dan tiba-tiba saja ia mengatakan ingin ikut bersama dengan Abimana. Rianti dan Dinda berasa dibelakangnya."Nggak usah. Biar aku sama Angga aja."Abimana langsung membawa Alina ke dalam mobil. Angga juga ikut ke dalam mobilnya dan ia mengemudikan mobil Abimana. Pemuda itu terlihat mengkhawatirkan Alina, walaupun ia tidak mengatakan sepatah kata pun. Namun, dari sorot mata dan raut wajahnya sudah memperlihatkan semuanya. Bagaimana cara ia menatap kekasihnya dengan khawatir?"Bang, banyak yang ingin aku bicarakan sama Abang," kata Angga seraya melirik Abimana dari kaca depan mobil itu. Ia terlihat seperti menahan diri dari tadi."Abang akan jelasin semuany
Jawaban dari Alina, sontak saja membuat semua orang yang ada di sana menatap Alina dengan bingung. Terutama keluarga Abimana. Mereka yang baru mengetahui kalau Alina mandul dan wanita itu juga membenarkannya. "Alina, apa benar kamu mandul?" Pertanyaan Wirya kepada Alina, membuat suasana di ruangan itu mendadak dingin dan terasa tegang. Terlebih lagi, Alina menundukkan kepalanya dengan tidak percaya diri. Ia merasa takut dengan pandangan orang-orang saat ini terhadap dirinya. Namun, di sisi lainnya, Bella tersenyum melihat Alina terpojokkan setelah apa yang ia ungkapkan. Ia merasa menjadi pahlawan yang mengungkapkan fakta besar. "Iya Om, saya memang mandul." Wirya, Galih dan ketiga kakak Abimana tercengang mendengar jawaban Alina. Mereka tidak percaya kalau Alina akan mengakui itu. Sedangkan Alina, ia berpikir kalau keluarga Abimana mungkin akan membatalkan pernikahannya dan Abimana karena hal ini. "Kalau kalian mau membatalkan pernikahan karena saya mandul. Saya—" "Tidak
Rencana Toni untuk menghabisi Reno, ternyata tidak semudah yang dibayangkan olehnya. Reno tidak pernah keluar rumah sejak Lily dan bayi itu meninggal. Tapi saat ini, Reno dibawa ke rumah sakit karena kecanduan minuman keras dan ada tanda-tanda gangguan jiwa.Fakta tentang Salsa yang berpura-pura hamil dan menggugat cerai dirinya juga semakin membuatnya stress dan berakibat pada tubuhnya.Ini adalah kesempatan Toni untuk menghabisi Reno. Ia tidak bisa biarkan Reno hidup, setelah Reno membuat wanita yang ia cintai dan bayinya tiada. Ternyata bayi yang dikandung Lily sebelumnya adalah bayinya. Hal itu terbukti dari tes DNA yang dilakukan oleh Toni secara diam-diam dengan anak yang sudah tiada itu. Amarah Toni semakin memuncak, saat ia mengetahui semuanya. Dendam semakin membara saja dalam hatinya."Lily, putriku ... kalian tenang saja. Aku membalaskan dendam kalian dan membuat orang yang sudah membuat kalian seperti ini, mati dengan mengenaskan."Saat ini Toni sedang mencari celah untuk