Sofie berjalan cepat menuju kantornya dengan harapan Rakha tidak mengejarnya dan beberapa saat setelah istirahat makan siang usai, Rakha belum juga menampakkan batang hidungnya. "Kemana si bocah satu itu? Apa dia tiba-tiba kabur?" lirih Sofie. Hingga suara Ryan dari tengah ruang, memberikan pengumuman. "Rakha mendadak cuti karena ada sesuatu hal yang harus ia selesaikan. Untuk itu, saya minta kesediaan salah satu dari kalian untuk menggantikan Rakha dalam proyek MnG." "Wait, what? Rakha cuti? Bang, kamu serius?" tanya Sofie. "A hundred percents," jawab Ryan. "Kenapa kok tiba-tiba? Perasaan tadi pas makan siang dia nggak ngomong apa-apa tentang cuti." "I have no idea, tapi yang jelas barusan dia ijin dan minta cuti, untuk alasannya aku nggak bisa spill disini," jawab Ryan. "Well, saya tunggu nama pengganti Rakha untuk sementara. Jangan lama-lama mutusinnya, buruan!" seru Ryan yang kemudian berjalan kembali ke ruangannya. Suasana yang tenang pun berubah menjadi riuh de
"Rakha! Rakha, bangun!" panggil Harumi berulang-ulang. "Dok, apa yang terjadi dengan putra saya? Kenapa dia tiba-tiba pingsan? Lalu, kenapa badannya penuh dengan luka lebam?" tanya Harumi kepada dokter pribadi keluarganya. Dokter Kyojin yang telah menjadi dokter kepercayaan keluarga Sato selama sepuluh tahun, tidak dapat memberikan jawaban pasti akan apa yang terjadi pada Rakha. "Luka lebam ini kemungkinan besar akibat pukulan benda tumpul dan besar kemungkinannya putra Anda baru saja bertarung." Mendengar jawaban dr. Kyojin, ibu Rakha memandang putranya dengan pandangan tak percaya. Ribuan pertanyaan akan luka pada tubuh Rakha pun ia pertanyakan secara berulang, "Bertarung?! Kamu berkelahi? Sejak kapan kamu mulai menggunakan ilmu beladirimu lagi? Sudah lama kami tidak pernah berlatih ataupun bertarung. Ada apa? Apa yang membuatmu kembali bertarung?" Mata Harumi basah akan air matanya, kesedihan yang tak terkira membuatnya terus menangis, hingga pria yang bertanggungjawab a
"Lah kamu ngapain disini?" "Koprol!" seru Sofie dan Rina bersamaan, hingga membuat keduanya terkekeh."Dasar penyakit!""Eh udah lama nggak ketemu. Wait, don't say anything, gue lagi mikir," sahut Rina kemudian ketika menyadari siapa pria yang bersama sahabatnya.Felix terkekeh melihat gaya Rina yang tidak pernah berubah sejak keduanya dikenalkan oleh Sofie, saat keduanya masih duduk di bangku perkuliahan."Fe...Felix! Iya bukan?""Iya, gue Felix.""Ngapain Lo berdua? Tumbenan amat?" tanya Rina lagi."Rakha hilang," jawab Sofie singkat."Rakha hilang? Hilang gimana?" tanya Rina."Aku juga nggak tau, yang jelas dia nggak bisa dihubungi, trus tiba-tiba cuti dadakan padahal tadi siang masih sempat lunch bareng," jawab Sofie.Sambil mengerutkan keningnya, Rina berkata lirih, "Something fishy.""Nah, iya kan? Lagian emang bisa ya, cuti dadakan? Perasaan dari dulu peraturan cuti itu, surat permohonan cuti harus diserahkan minimal tiga hari sebelum tanggal cuti," tambah Sofie."Hmmm eh gini
Di malam yang semakin larut, Sofie belum juga sampai di rumahnya. Kedua orangtuanya pun bertanya-tanya karena hal ini tidaklah biasa. Walaupun Sofie telah memberi kabar melalui pesan singkatnya, tetapi tetap saja kekhawatiran kedua orang Sofie tak berkurang. Terlebih dengan adanya Raffa yang terus menanyakan keberadaan sang bunda. "Yangti, ibu dimana? Kok belum pulang? Kan sudah hampir jam sebelas." "Yangti juga nggak tahu. Tadi yangti sudah coba telpon ibu, tapi nggak diangkat. Raffa bobok aja, ini kan sudah malam. Besok kan Raffa sekolah. Yuk, yangti temenin boboknya. Yuk," ucap ibu Sofie sambil membelai rambut cucunya. Bocah mungil berusia tujuh tahun itupun mengikuti sang nenek berjalan ke kamarnya. Setelah menyikat giginya, Raffa pun tertidur. Tetapi, ibu Sofie belum juga dapat menghubungi putrinya. Hingga sebuah pesan WA masuk, [Bu, nggak usah nungguin aku. Aku kan bawa kunci. Bu maaf, aku pulang terlambat. Ada masalah yang harus aku beresin. Maaf ya Bu. Ibu tidur aja, aku
"Rakha?" lirih Sofie.Dengan cepat ia membuka pesannya yang berisikan, [Mbak, I'm okay. Aku sedang istirahat di rumah dan kemungkinan besar akan lanjut dengan beberapa terapi, makanya aku cuti mendadak. Oiya, selama istirahat dan terapi nanti, aku dilarang menggunakan HP dan perangkat elektronik lainnya. Hiks hiks aku seperti di hukum. Maaf ya Mbak, kalau nanti aku nggak bisa ngirim kabar, tapi nanti setelah semuanya selesai, aku pasti akan segera kirim kabar. Baik-baik ya, Mbak. Don't miss me, but I miss you already. See you soon. PS: sepertinya Inggris masih ada hubungannya dengan Korea. Nyatanya dia pakai bahasa yang merupakan marga orang Korea. (Soon)] Tangan Sofie pun bergetar dan matanya basah membaca pesan Rakha. Sofie segera menekan tombol dengan ikon telepon, tetapi nada tidak aktif yang ia dapatkan. "Kenapa kamu langsung matikan handphone-nya, Kha? Kamu kenapa? Kenapa harus terapi? Kamu sakit apa? Trus, proyek kita gimana?"Kini air mata kembali jatuh membasahi pipinya da
Pagi menjelang tengah hari itu, dikejutkan dengan kedatangan istri dari pemimpin mereka, yaitu Harumi Sato. Bagaimana tidak? Harumi Sato hampir tidak pernah menunjukkan keberadaannya tanpa didampingi sang suami, Ryuzaki Sato.Kedatangannya di kantor Chokusen tentu saja membuat jajaran manajemen cukup panik. Secepat kilat Michael dan Alex berjalan menuju pintu lift khusus yang diperuntukkan para petinggi-petinggi di gedung BSC.Tak menunggu lama, pintu lift pun terbuka. Para pengawal segera menahan pintu untuk Harumi. Salam selamat datang dan protokol lainnya tak luput dari Michael, Alex serta jajaran manajemen lainnya."Dimana kantor desain?" tanya Harumi tanpa basa-basi."Oh lewat sini, Nyo..""Jangan panggil aku nyonya, aku bukan tokoh dalam telenovela!""Baik Bu, maafkan kesalahan kami," ucap kompak Michael dan Alex."Ah sudahlah, kalian jangan terlalu kaku. Jadi dimana kantor desainnya?" tanya Harumi lagi."Silakan, Bu," tunjuk Michael dan Alex.Tetapi belum mencapai tiga langka
Di sebuah ruangan privat di dalam rumah makan khas Jepang yang menyajikan makanan-makanan otentik yang disajikan secara eksklusif, Harumi menjamu Sofie makan siang. Dada Sofie bergemuruh hebat karena ketidakpastian akan apa yang Harumi hendak bicarakan. Tetapi bukanlah Sofie, jika ia tidak dapat menutupi kegugupannya. Kepala dan badan yang tegak tetap ia tunjukkan, untuk menunjukkan kepercayaan dirinya. Sementara itu, Harumi terus mengamati Sofie dengan melihat bahasa tubuh Sofie yang tidak memperlihatkan adanya perasaan terintimidasi. "Sofie Anastasya, tiga puluh dua tahun, ibu tunggal yang memiliki seorang putra bernama Raffa Attila berusia enam tahun." "Bu, saya tahu biodata saya. Ibu tidak perlu membacanya. Saya janda, bercerai hampir setahun yang lalu. Setelah bercerai, saya kembali bekerja di Chokusen, setelah sebelumnya saya sempat empat tahun menjadi desainer di Chokusen." "Setelah sekitar enam bulan bekerja, putra ibu, Rakha masuk dan ditunjuk untuk menjadi asisten s
Keheningan pun tercipta, baik Harumi maupun Sofie terdiam, hanya terdengar suara gemericik air dari pancuran mini di salah satu sisi ruangan.Harumi terdiam beberapa saat, seperti terdapat beban berat di dalam dadanya. Ia menutup matanya, menundukkan kepala lalu menarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya perlahan, sebelum ia melanjutkan kisahnya."Tepat pukul sembilan malam, akhirnya kami mendapatkan kabar dari para penculik. Iya, mereka berdua diculik saat berjalan kaki bersama. Tidak ada saksi mata karena Ryuji yang menyukai tantangan, mengajak Haruka untuk melewati jalan yang tidak biasa mereka lewati, dimana jalan itu merupakan jalan yang sepi tanpa banyak orang atau kendaraan yang melintas.""Kami harus menyediakan uang tebusan sebesar lima juta yen untuk satu anak, yang artinya kami harus menyediakan sepuluh juta yen dalam waktu dua jam atau mereka tidak akan menjamin keselamatan Haruka dan Ryuji."Kemudian Harumi kembali terdiam, ia tidak melanjutkan ceritanya. Dengan wajah t