"Rakha?" lirih Sofie.Dengan cepat ia membuka pesannya yang berisikan, [Mbak, I'm okay. Aku sedang istirahat di rumah dan kemungkinan besar akan lanjut dengan beberapa terapi, makanya aku cuti mendadak. Oiya, selama istirahat dan terapi nanti, aku dilarang menggunakan HP dan perangkat elektronik lainnya. Hiks hiks aku seperti di hukum. Maaf ya Mbak, kalau nanti aku nggak bisa ngirim kabar, tapi nanti setelah semuanya selesai, aku pasti akan segera kirim kabar. Baik-baik ya, Mbak. Don't miss me, but I miss you already. See you soon. PS: sepertinya Inggris masih ada hubungannya dengan Korea. Nyatanya dia pakai bahasa yang merupakan marga orang Korea. (Soon)] Tangan Sofie pun bergetar dan matanya basah membaca pesan Rakha. Sofie segera menekan tombol dengan ikon telepon, tetapi nada tidak aktif yang ia dapatkan. "Kenapa kamu langsung matikan handphone-nya, Kha? Kamu kenapa? Kenapa harus terapi? Kamu sakit apa? Trus, proyek kita gimana?"Kini air mata kembali jatuh membasahi pipinya da
Pagi menjelang tengah hari itu, dikejutkan dengan kedatangan istri dari pemimpin mereka, yaitu Harumi Sato. Bagaimana tidak? Harumi Sato hampir tidak pernah menunjukkan keberadaannya tanpa didampingi sang suami, Ryuzaki Sato, kini muncul di hadapan karyawannya seorang diri. Kedatangannya di kantor Chokusen tentu saja membuat jajaran manajemen cukup panik. Secepat kilat Michael dan Alex berjalan menuju pintu lift khusus yang diperuntukkan para petinggi-petinggi di gedung BSC. Tak menunggu lama, pintu lift pun terbuka. Para pengawal segera menahan pintu untuk Harumi. Salam selamat datang dan protokol lainnya tak luput dari Michael, Alex serta jajaran manajemen lainnya. "Dimana kantor desain?" tanya Harumi tanpa basa-basi. "Oh lewat sini, Nyo.." "Jangan panggil aku nyonya, aku bukan tokoh dalam telenovela!" "Baik Bu, maafkan kesalahan kami," ucap kompak Michael dan Alex. "Ah sudahlah, kalian jangan terlalu kaku. Jadi dimana kantor desainnya?" tanya Harumi lagi. "Silakan, B
Di sebuah ruangan privat di dalam rumah makan khas Jepang yang menyajikan makanan-makanan otentik yang disajikan secara eksklusif, Harumi menjamu Sofie makan siang. Dada Sofie bergemuruh hebat karena ketidakpastian akan apa yang Harumi hendak bicarakan. Tetapi bukanlah Sofie, jika ia tidak dapat menutupi kegugupannya. Kepala dan badan yang tegak tetap ia tunjukkan, untuk menunjukkan kepercayaan dirinya. Sementara itu, Harumi terus mengamati Sofie dengan melihat bahasa tubuh Sofie yang tidak memperlihatkan adanya perasaan terintimidasi. "Sofie Anastasya, tiga puluh dua tahun, ibu tunggal yang memiliki seorang putra bernama Raffa Attila berusia enam tahun." "Bu, saya tahu biodata saya. Ibu tidak perlu membacanya. Saya janda, bercerai hampir setahun yang lalu. Setelah bercerai, saya kembali bekerja di Chokusen, setelah sebelumnya saya sempat empat tahun menjadi desainer di Chokusen." "Setelah sekitar enam bulan bekerja, putra ibu, Rakha masuk dan ditunjuk untuk menjadi asisten s
Keheningan pun tercipta, baik Harumi maupun Sofie terdiam, hanya terdengar suara gemericik air dari pancuran mini di salah satu sisi ruangan.Harumi terdiam beberapa saat, seperti terdapat beban berat di dalam dadanya. Ia menutup matanya, menundukkan kepala lalu menarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya perlahan, sebelum ia melanjutkan kisahnya."Tepat pukul sembilan malam, akhirnya kami mendapatkan kabar dari para penculik. Iya, mereka berdua diculik saat berjalan kaki bersama. Tidak ada saksi mata karena Ryuji yang menyukai tantangan, mengajak Haruka untuk melewati jalan yang tidak biasa mereka lewati, dimana jalan itu merupakan jalan yang sepi tanpa banyak orang atau kendaraan yang melintas.""Kami harus menyediakan uang tebusan sebesar lima juta yen untuk satu anak, yang artinya kami harus menyediakan sepuluh juta yen dalam waktu dua jam atau mereka tidak akan menjamin keselamatan Haruka dan Ryuji."Kemudian Harumi kembali terdiam, ia tidak melanjutkan ceritanya. Dengan wajah t
Hari yang kian larut, tak membuat Sofie kehilangan semangatnya. Terlebih setelah mengetahui permasalahan sebenarnya. Keinginan Sofie untuk belajar ilmu beladiri, bukan keinginan yang tiba-tiba. Tetapi merupakan keinginan terpendamnya sejak kecil, tetapi selalu digagalkan oleh sang ayah, yang memiliki pemikiran kolot. Dimana seorang wanita tidak seharusnya memiliki kemampuan beladiri, itu adalah tugas lelaki untuk melindunginya.Tetapi, kini adalah kesempatan untuknya berlatih karena tidak ada kata terlambat, walau pun harus dilakukannya secara diam-diam.Untuk itu, di akhir pekan, Sofie berlatih di gudang, tempat dimana biasa Ryuji berlatih. Sementara itu, Abe telah mempersiapkan program latihan beladiri yang cepat dan mudah untuk Sofie."Rakha, Ryuji atau siapapun dirimu, aku akan menemuimu dan semoga saat kamu sadar nanti, kamu akan menemukan aku bukanlah Sofie yang dulu. Aku akan berusaha mengobatimu. Akan ku kembalikan Ryuji yang hilang, watch for it!"Setelah berlari mengelilingi
Di sebuah kamar berukuran enam kali delapan meter, tergolek lemah Rakha di atas pembaringan, dengan salah satu lengannya terpasang selang infus.Seorang dokter baru saja selesai memeriksa kondisinya dan memberikan pernyataan yang sama dengan sebelumnya."Putra Anda masih belum menunjukkan perubahan, dia masih dalam kondisi stupor, masih sama seperti kemarin," jelas sang dokter."Apa tidak ada cara untuk memberikan rangsangan supaya Ryu bisa bangun?" tanya Harumi.Dokter pun menjelaskan beberapa rangsangan yang dapat diberikan, "Ada beberapa jenis rangsangan yang dapat diberikan untuk menstimulasi otaknya, dengan membacakan cerita, mungkin menceritakan memori-memori masa lalunya atau ya seperti kita berbicara langsung dengan Ryuji dalam keadaan normal.""Bisa juga dengan diperdengarkan musik klasik atau murottal Al Qur'an, beberapa studi membuktikan keefektifan dalam merangsang keaktifan kerja otak," tambah sang dokter."Butuh tingkat kesabaran yang tinggi bagi keluarga untuk menghadap
"Siapa yang barusan datang?" tanya Naoko kepada salah satu pelayan rumah keluarga Sato."Nona Sofie.""Hah nona? Dia itu janda, mana ada janda disebut nona? Eh ngapain sih dia kesini? Kok berani-beraninya dia datang?" tanya Naoko dengan kesal.Dengan langkah yang panjang, Naoko berjalan menuju kamar Ryuji dan di dalam hatinya ia berkata, "Aku tidak akan membiarkan posisiku selama ini menjadi milik Sofie! Tidak akan kubiarkan! Naoko adalah Haruka dan aku akan tetap menjadi Haruka, sampai kapanpun juga!"Langkahnya terhenti saat dilihatnya barisan pengawal Ryuji berjaga di depan kamarnya."Kok pada baris di depan? Ada apa?" lirih Naoko.Naoko melangkah perlahan mendekat, tetapi kemudian ia dihalangi oleh Abe."Maaf, Anda tidak boleh masuk!"Mendengar dirinya dihalangi, Naoko pun melayang protesnya, "Sejak kapan aku nggak boleh masuk? ""Sejak Tuan Ryuzaki memerintahkannya," jawab Abe."Papa? Hei! Aku ...""Tuan Ryuzaki bukan papa Anda, nyonya Harumi juga bukan ibu Anda. Tuan muda Ryuji
Hari berganti, Minggu pun dilewati, tetapi semua pengobatan yang dilakukan untuk merangsang kesadaran Ryuji, belum juga membuahkan hasil. Kini Sofie secara teratur menjenguk Ryuji, yaitu setiap ia selesai berlatih beladiri di gudang. Latihan yang tersembunyi ini juga tidak diketahui oleh Ryuzaki ataupun Harumi. Hanya para pengawal Ryuzi yang mengetahui hal tersebut karena merekalah yang melatih Sofie. Setelah menyelesaikan rutinitas latihannya, Sofie beristirahat sejenak, lalu Ken serta anak buahnya mengajaknya bercakap-cakap. "Mbak, ngapain latihan beladiri segala? Kan ada kami berlima, lagipula hidup Mbak Sofie kan aman-aman aja, nggak ada ancaman atau dikejar penjahat apa gitu?" Sofie pun terkekeh mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Ken. Lalu ia menjawabnya, "Memang hidupku aman-aman aja, tapi itu sebelum kenal Ryuji." "Lho emangnya setelah kenal Ryuji-san, hidup Mbak Sofie jadi nggak aman?" tanya Ken. Kini kelima pasang mata mengarah penuh ke arah Sofie dan berha