"Elena, ada hal penting yang ingin kukatakan kepadamu, terkait orang tua kandungmu."Zahra memandang Elena, kemudian dia berkata dengan penuh semangat. "Selama kamu memberiku sejumlah uang, nggak perlu banyak, cukup beberapa ratus juta, maka aku akan memberitahumu tentang orang tua kandungmu."Elena berkata, "Oh?" Dia mengangkat alisnya, lalu berkata dengan menyesal tanpa ragu. "Bu Zahra, aku sudah menemukan orang tua kandungku."Zahra menggelengkan kepalanya dengan bingung. "Sudah ketemu? Jangan berbohong padaku, itu nggak mungkin? Ayahmu datang menemuiku kemarin lusa."Mata Elena berkedip, dia tersenyum dengan penuh makna. "Oh, benarkah? Di mana dia?"Pada saat ini, Sherlly berdiri di luar pintu ruang tamu sambil memegang dua lembar laporan hasil tes DNA.Mendengar percakapan antara Elena dan Zahra, ekspresinya menjadi makin dingin. Dia berbalik, kemudian meninggalkan ruang tamu dengan marah.Saat ini, Zahra masih mengira dirinya akan segera mendapatkan uang. Dia berkata dengan tidak
Dia meminta pembantu untuk memanggil Sherlly.Sherlly segera datang.Dia berjalan ke arah Roman dan Elena dengan senyum hangat.Roman mengangguk kecil, mengisyaratkan bahwa perjamuan akan segera dimulai.Roman dan Sherlly berjalan ke atas panggung sambil bergandengan tangan.Roman memegang mikrofon, kemudian berkata kepada para tamu sambil tersenyum. "Semuanya, terima kasih sudah menghadiri perjamuan hari ini. Hari ini adalah hari yang sangat penting bagi Keluarga Bronwyn, karena kami akhirnya menemukan putri kami yang telah lama hilang."Para tamu bertepuk tangan sembari mengulas senyum turut gembira.Ketika Roman hendak lanjut berbicara, dia dihentikan oleh Sherlly. Dia tampak heran. "Sayang?"Sherlly tersenyum sambil berkata, "Sayang, aku ingin menyampaikan beberapa patah kata."Roman mengangguk, lalu memberikan mikrofon kepada Sherlly.Sherlly memandang para tamu yang hadir, lalu berkata sambil tersenyum. "Hari ini adalah hari yang langka. Aku ingin mempersilakan seseorang naik ke
Setelah Zahra diusir oleh pengawal Keluarga Bronwyn, dia sangat marah. Dia memaki Elena di pinggir jalan. "Elena, semoga kamu mati ditabrak mobil!"Kali ini dia datang ke ibu kota dengan harapan bisa memperoleh sejumlah uang dari Elena.Tak disangka dia tidak mendapatkan apa pun, bahkan diseret keluar oleh Keluarga Bronwyn.Zahra menyentuh sakunya. Uangnya yang tersisa tidaklah banyak, ongkos untuk pulang saja menjadi masalah.Di tengah keputusasaan, dia memutuskan untuk naik bus ke stasiun kereta.Bus itu penuh dan sesak.Zahra berdiri sambil memegang pegangan.Sesampainya di stasiun kereta, dia turun dari bus. Begitu menyentuh sakunya, dia tertegun sejenak. Uangnya hilang.Dia berteriak dengan marah. "Siapa yang begitu nggak bermoral, mencuri uangku?! Itu adalah ongkosku untuk pulang ke rumah!"Zahra lapar sekaligus cemas. Bagaimana dia melewati malam ini kalau tidak ada uang? Selain itu, dia juga tidak bisa menghubungi Julius, karena ponsel Julius ada pada Zahra dan telah dicopet ta
Hanya sopir yang tahu mereka pergi ke rumah sakit mana.Roman sebenarnya punya sedikit kecurigaan terhadap sopirnya, tetapi dia masih mengingat sifat baik manusia.Sopir ini telah bekerja untuknya selama hampir sepuluh tahun. Biasanya Roman juga memperlakukannya dengan baik.Namun, fakta membuktikan bahwa hati manusia paling tidak bisa ditebak.Roman memanggil pengawal, lalu berbisik, "Tahan si sopir, jangan membuatnya waspada."Pengawal itu mengangguk, kemudian segera bertindak.Roman berjalan ke lantai atas. Sekarang hal terpenting adalah berbicara dengan istrinya.Dia membuka pintu, lalu masuk ke kamar tidur.Sherlly sedang menyeka wajahnya di depan meja rias.Roman berjalan ke belakang Sherlly, kemudian memandang istrinya itu melalui cermin. "Sayang, mari kita bicara."Sherlly memasang ekspresi dingin. Dia berdiri, lalu berjalan ke sofa untuk duduk, terlihat sedikit marah dan sedih.Roman menyusul, kemudian duduk di sampingnya. Dia memegang tangan Sherlly, mencoba menenangkan emosi
Alhasil, Edwin menghabiskan sepanjang harinya untuk menjaga seorang anak dewasa dan seorang anak kecil.Saat ini, beberapa motor tiba-tiba keluar dari perempatan.Leon segera mengerem, mobilnya berhenti tiba-tiba.Van hitam di belakang mereka melaju dengan cepat, menghalangi jalan mundur mereka.Sepeda motor pun berhenti, tetapi tidak mematikan mesin. Mereka tetap menginjak pedal gas. Terdengar bunyi berderung.Suara mendengung terdengar kencang pada malam ini.Camila terbangun. Dia membuka matanya dengan mengantuk, lalu menggaruk telinganya. "Paman, berisik sekali."Edwin tersenyum lembut sambil berkata, "Motor mereka rusak, kita tunggu mereka memperbaikinya."Camila sangat patuh. "Oke."Dia duduk, kemudian meregangkan lehernya untuk melihat motor apa yang rusak.Leon memastikan bahwa para pengendara sepeda motor itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan segera mengambil tindakan. Dia melirik Edwin melalui kaca spion, mereka bertukar pandang."Camila, mau bermain gim?" tanya Edwin dengan
Hati Briana dipenuhi kepanikan dan kemarahan.Ingin rasanya dia menghajar wanita itu.Dia tidak berani menunda lebih lama. Setelah mengemasi barang-barang penting, dia menarik kopernya dengan tangan gemetar."Selama aku lari ke luar negeri, Nathan nggak akan bisa menangkapku." Dia mencoba untuk menenangkan diri.Briana membuka pintu kamar tidur, dia tiba-tiba mendengar suara langkah kaki dari bawah.Hatinya tiba-tiba menegang, dia segera menutup pintu, kemudian menguncinya.Sudah datang, sudah datang. Bagaimana, bagaimana?Briana mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Luther. Luther tidak mengangkat panggilannya setelah Briana menelepon dua kali.Putus asa.Siapa lagi yang bisa membantunya?Dia menggertakkan gigi, kemudian menelepon Stella."Nyonya Stella, tolong, tolong minta Paman Hugo bantu aku." Suaranya menjadi makin panik."Briana, apa yang terjadi? Jangan cemas, aku akan pergi mencari Hugo." Stella terkejut, dia menghibur Briana dengan lembut.Hugo sedang mendengarkan Aurora ber
Dia berjalan ke ruang piano sambil tersenyum. "Aurora, latihan hari ini bagus sekali. Pergilah istirahat, oke?"Aurora tersenyum manis sembari menjawab, "Oke."Setelah Aurora dan pengasuhnya meninggalkan ruang piano.Stella menoleh ke arah Hugo dengan ekspresi khawatir sekaligus memohon. "Hugo, aku ingin ikut anak-anak ke luar negeri. Aku mau merawat Aurora dan Aaron. Mereka masih begitu kecil, aku nggak tenang kalau hanya membiarkan pengasuh yang merawat mereka."Hugo terkejut. "Stella, apakah kamu serius?"Stella mengangguk lalu menghela napas. "Aku sudah melihat mereka sejak bayi. Aurora dan Aaron sama-sama sangat pintar. Mereka membutuhkan orang yang akrab di sisi mereka setelah mereka pergi ke luar negeri."Setelah Hugo terdiam beberapa saat, dia akhirnya mengangguk. "Oke, aku akan meluangkan waktu untuk mengunjungi kalian setiap bulan."Stella tersenyum. "Ada aku, kedua anak itu akan merasa lebih aman."Hugo menghela napas. "Terima kasih. Kalau begitu, aku serahkan Aurora dan Aar
"Ah ... ah .... Tuan Nathan hebat sekali, ah .... Nyaman sekali .... Oh, oh, oh, lebih ke atas ... lebih kuat ...."Di atas sofa, seorang wanita berteriak sekeras-kerasnya.Wajah tampan Nathan seketika tampak tak bisa berkata-kata, dia mengangkat tangannya, lalu menampar bokong Elena."El-el, kalau kamu mendesah seperti itu lagi, aku akan menghabisimu sekarang juga."Nathan hanya memijatnya!Desahan Elena begitu heboh, Nathan tahu bahwa dia sengaja.Elena menoleh, dia menatap Nathan dengan tidak percaya. "Bagian mana yang kamu pukul?"Nathan menutupi Elena dengan gaun tidur sutra. Dia menutup minyak esensial, tangannya dipenuhi dengan aroma melati dari minyak esensial.Dia menarik selembar tisu untuk menyeka tangannya, lalu menatap Elena dengan tatapan lekat.Elena berbaring diam, dia menggeliat untuk mengenakan gaun tidurnya. Setelah itu, dia bangun dan menata rambutnya. "Cepat cuci tanganmu. Aku tidur dulu."Nathan mendengus, berdiri, kemudian berjalan ke kamar mandi untuk mencuci ta
"Besok atur pengacara datang. Aku ingin mengubah surat wasiat," kata Hugo dengan dingin.Dia memutuskan untuk meninggalkan semua hartanya untuk Aaron dan Aurora.Pada saat ini, Stella membuka pintu ruang kerja sambil memegang segelas susu.Dia kebetulan mendengar ucapan Hugo, tangannya sedikit gemetar, hatinya sangat gembira.Dia mencoba untuk tetap tenang, kemudian berjalan mendekat. Begitu meletakkan susu, dia berkata dengan lembut. "Hugo, cepat tidur, sudah sangat larut."Hugo mengangkat tatapannya, menatap Stella sekilas. "Hm, kamu tidur dulu, aku sebentar lagi."Stella mengangguk, lalu kembali ke kamar dengan tatapan gembira.Keesokan harinya.Calvin membawa pengacara ke Kediaman Ransford.Hugo menjelaskan niatnya untuk mengubah surat wasiat, pengacara mencatatnya serta menyiapkan dokumen surat wasiat baru.Hugo menandatangani surat wasiat baru.Dia secara resmi menyerahkan hartanya kepada Aaron dan Aurora....Kediaman Bronwyn.Roman dan Sherlly juga sangat sibuk selama ini. Untu
Elena duduk di sofa, mendengarkan laporan Hardy."Pada hari pertama Emmett menjabat sebagai CEO, dia menggunakan rencanamu untuk menangani karam kapal dan penyelundupan Silicon Express. Saat ini, harga saham Grup Kallias sudah stabil," lapor Hardy.Elena mengangguk. Seperti yang diharapkan. "Apakah sumber barang selundupan itu sudah ditemukan?"Hardy menjawab, "Sudah ada petunjuk awal."Elena mengangguk. "Atur tim untuk meningkatkan penyelidikan. Sampaikan kepada wanitanya Emmett kalau aku bisa membantunya."Hardy mengangguk.Nathan tidak ada di rumah hari ini. Dia pergi mencari orang tua Evelyn dan yang lainnya.Hardy pergi setelah melaporkan pekerjaan.Janine menelepon Elena, lalu mengetahui bahwa Elena di rumah sendirian. Jadi, dia diam-diam keluar untuk mencari Elena saat Edwin mandi.Kedua wanita itu duduk di sofa, masing-masing memegang sepotong semangka, memakannya sambil menikmati waktu senggang yang langka."Hmm, enak sekali," kata Janine dengan puas."Hmm, aku juga merasa beg
Mereka tiba di area perkemahan. Edwin dan Janine sudah menyiapkan bahan untuk barbekyu.Bunyi bakar terdengar dari atas panggangan, aroma barbekyu memenuhi udara.Melihat mereka datang, Janine pun menyapa mereka. "Camila, sini, cicipi daging panggangan Tante."Nathan menurunkan Camila, membiarkannya menghampiri Janine. Dia menarik Elena untuk duduk.Ketika Edwin melihat Janine hendak menyuapi Camila beberapa tusuk daging panggang, dia segera menghentikannya, kemudian menyerahkan daging yang dia panggang. "Biar Camila makan daging yang aku panggang. Daging yang kamu panggang mungkin nggak enak."Janine memelototi Edwin, tetapi dia juga khawatir kalau daging yang dia panggang tidak enak. Akhirnya, dia menerima daging Edwin untuk menyuapi Camila.Sedangkan Edwin langsung mengambil daging yang Janine panggang, kemudian memakannya. Dia mengernyit. "Janine Sayang, bumbunya terlalu banyak. Untung Camila nggak makan, rasanya terlalu kuat."Janine mencibir, "Memangnya aku menyuruhmu untuk makan
"Kenapa? Kenapa kamu nggak menelepon? Kami semua menunggu." Evelyn melihat Elena menelepon, tetapi sepertinya panggilan teleponnya tidak diangkat. Tak lama kemudian, Elena menutup telepon, kemudian melihat sesuatu, tidak lanjut menelepon.Evelyn mencibir.Berpura-puralah.Angelo menyeka keringat di dahinya, lalu berkata, "Kalau kalian nggak mau pergi, aku pergi dulu."Evelyn memelototinya. "Pergi ke mana? Semuanya tinggal untuk tertawakan dia!"Tadi Elena membaca pesan dari Roman. Ayahnya mengatakan bahwa tanggal pernikahan telah ditentukan, yaitu Jumat depan.Dia membalas pesan ayahnya terlebih dahulu.Saat Elena ingin menghubungi Nathan lagi, Nathan sudah menelepon lebih dulu.Suara Nathan terdengar dari ujung telepon. "Apakah masih ada barang yang ingin diambil, El-el?"Elena berujar dengan tenang. "Ada yang menindas anak dan istrimu."Nathan mengerutkan kening, nada suaranya langsung berubah dingin. "Aku akan segera ke sana."Setelah menutup telepon, Elena memandang Evelyn dan yang
Beberapa orang itu kebetulan mengingat situasi saat itu. Elena sepertinya adalah simpanan Nathan saat itu.Mengingat apa yang terjadi lima tahun lalu, tatapan mereka terhadap Elena pun berubah.Nasib yang tak terduga. Putri Keluarga Bronwyn pernah bercerai, kemudian menjadi simpanan orang, akhirnya dia masih bisa menikah dengan Adris, serta memperoleh saham Grup Kallias.Wanita ini sungguh hebat.Ada yang salah dengan cara mereka memandang Elena, ada campuran rasa takut dan mengejek.Kemarin, berita baru menyiarkan bahwa Elena dicopot dari jabatan CEO. Tak disangka Elena masih punya suasana hati untuk jalan-jalan.Aubrey berkata, "Ayo kita pergi."Elena sekarang adalah anggota Keluarga Bronwyn. Sedangkan Aubrey ingin menikah dengan Luther sehingga dia menengahi.Namun, sebelum mereka pergi jauh, Evelyn tiba-tiba teringat sesuatu, lalu dia berkata dengan terkejut. "Aku masih ingat Briana mengatakan sesuatu saat itu ...."Dia tidak meneruskan kata-katanya.Gadis lain menyambungkannya. Di
"Kami berencana mengajak Camila bermain di kebun buah," ujar Elena sambil tersenyum tipis.Mendengar hal itu, Sherlly tertegun sejenak, lalu tersenyum, "Begitu ya, baiklah. Udara di kebun buah bagus, baik untuk anak-anak. Kalau begitu selamat bersenang-senang. Kalau ada waktu, aku baru membawanya pergi menonton sirkus."Elena mengangguk. "Oke."Sherlly berpesan beberapa hal, dia menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri, jangan terlalu lelah, lalu mengembalikan ponsel kepada Roman.Roman juga dengan cemas menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri sebelum menutup telepon.Sherlly menghela napas dengan sedikit muram. "El masih belum memanggilku ibu sampai sekarang, padahal aku sudah berusaha untuk mendekatinya."Roman hanya bisa menghiburnya. "Tunggulah, mungkin sebentar lagi."Sherlly mengangguk, tetapi kesedihan di wajahnya tidak hilang. Dia dengan tak berdaya mengubah topik pembicaraan. "Nyonya Nora membahas Luther hari ini. Putrinya, Aubrey, tampak cukup cocok. Luther hanya tah
Pakaian berserakan di lantai.Elena meninju dada Nathan dengan berpura-pura marah, jadi tidak menggunakan tenaga, hanya dibuat-buat. "Kamu lupa, Janine dan Edwin masih menunggu kita di bawah.""Mereka bukan anak-anak," cibir Nathan. Dia membisikkan kata-kata ambigu di telinga Elena. "Bukankah kamu menginginkannya juga?"Mereka selalu sejalan dalam hal ini.Elena sangat sibuk selama ini sehingga mereka sudah lama tidak melakukan hal itu.Pipi Elena pun memerah.Nathan tersenyum.Elena melingkarkan lengannya di leher Nathan, kemudian memejamkan matanya.Kehangatan Nathan menyelimuti leher Elena, terus ke bawah. Elena mendesah beberapa kali sambil memasukkan jari-jarinya ke sela-sela rambut Nathan.Di lantai bawah.Janine melihat waktu, Elena dan Nathan telah berada di atas selama dua jam. Kenapa mereka belum turun juga? Dia mengambil remote TV untuk mengganti saluran TV. "Kenapa mereka naik begitu lama?"Edwin mengupas sebuah apel, kemudian menyodorkannya kepada Janine. Mendengar pertany
Janine berbalik tanpa melihat ke arah Edwin. "Aku mau pergi melihat Kak El."Ketika dia melihat berita tersebut, dia merasa marah memikirkan berbagai komentar sinis tentang Elena dalam video-video tersebut.Elena sama sekali tidak sudi menjadi CEO!Edwin menutup laptop, berjalan mendekat, lalu duduk di sebelah Janine. Dia mencondongkan tubuh ke dekat Janine. "Bangun, makan. Setelah makan baru pergi."Bibir Edwin mendarat di leher Janine.Napas hangat menerpa lehernya, Janine tidak tahan dengan Edwin yang mencium sembarangan.Dia berteriak dengan marah. "Apakah kamu saudaranya anjing?"Edwin menunjukkan senyuman sopan. "Guk, guk."Janine, "..."Edwin berdiri, kemudian bertanya, "Bangunlah, kamu mau makan apa?""Ikan gurame goreng, bebek panggang, kerang rebus dan ikan kakap asam manis. Itu saja." Janine bangun lalu menghela napas. "Jual diri untuk sekali makan, sangat nggak gampang."Edwin mengangkat alisnya, kemudian dia lanjut bekerja.Janine pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi.
Catherine mengangguk setuju. "Benar, meskipun horoskopnya cocok, akhirnya tetap tergantung apakah dua orang ini berjodoh."Mendengarkan kata-kata ini, Aubrey pun tersenyum malu-malu. Dia berbisik, "Ibu, jangan membahas ini lagi. Aku merasa canggung sekali."Nora tersenyum, kemudian menepuk tangan putrinya. "Oke, oke, nggak bahas lagi."Catherine tertawa lalu berkata, "Aubrey sangat bagus. Nyonya Sherlly bisa menjadi mak comblang, membiarkan mereka berdua coba kencan buta."Sherlly tersenyum sembari mengangguk. "Aku akan menanyakan pendapat Luther malam ini."Pada saat ini, seseorang di meja sebelah mereka sedang menonton berita, kebetulan beritanya tentang pemecatan Elena."Wanita bernama Elena ini sangat hebat. Dia menjadi CEO di usia yang sangat muda. Sayangnya dia nggak memiliki kemampuan.""Dia sangat cantik.""Cantik nggak ada hubungannya dengan kemampuan."Sherlly bingung saat mendengar nama Elena disebut.Aubrey menyerahkan ponsel kepada Sherlly. "Tante Sherlly."Sherlly melihat