Hanya sopir yang tahu mereka pergi ke rumah sakit mana.Roman sebenarnya punya sedikit kecurigaan terhadap sopirnya, tetapi dia masih mengingat sifat baik manusia.Sopir ini telah bekerja untuknya selama hampir sepuluh tahun. Biasanya Roman juga memperlakukannya dengan baik.Namun, fakta membuktikan bahwa hati manusia paling tidak bisa ditebak.Roman memanggil pengawal, lalu berbisik, "Tahan si sopir, jangan membuatnya waspada."Pengawal itu mengangguk, kemudian segera bertindak.Roman berjalan ke lantai atas. Sekarang hal terpenting adalah berbicara dengan istrinya.Dia membuka pintu, lalu masuk ke kamar tidur.Sherlly sedang menyeka wajahnya di depan meja rias.Roman berjalan ke belakang Sherlly, kemudian memandang istrinya itu melalui cermin. "Sayang, mari kita bicara."Sherlly memasang ekspresi dingin. Dia berdiri, lalu berjalan ke sofa untuk duduk, terlihat sedikit marah dan sedih.Roman menyusul, kemudian duduk di sampingnya. Dia memegang tangan Sherlly, mencoba menenangkan emosi
Alhasil, Edwin menghabiskan sepanjang harinya untuk menjaga seorang anak dewasa dan seorang anak kecil.Saat ini, beberapa motor tiba-tiba keluar dari perempatan.Leon segera mengerem, mobilnya berhenti tiba-tiba.Van hitam di belakang mereka melaju dengan cepat, menghalangi jalan mundur mereka.Sepeda motor pun berhenti, tetapi tidak mematikan mesin. Mereka tetap menginjak pedal gas. Terdengar bunyi berderung.Suara mendengung terdengar kencang pada malam ini.Camila terbangun. Dia membuka matanya dengan mengantuk, lalu menggaruk telinganya. "Paman, berisik sekali."Edwin tersenyum lembut sambil berkata, "Motor mereka rusak, kita tunggu mereka memperbaikinya."Camila sangat patuh. "Oke."Dia duduk, kemudian meregangkan lehernya untuk melihat motor apa yang rusak.Leon memastikan bahwa para pengendara sepeda motor itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan segera mengambil tindakan. Dia melirik Edwin melalui kaca spion, mereka bertukar pandang."Camila, mau bermain gim?" tanya Edwin dengan
Hati Briana dipenuhi kepanikan dan kemarahan.Ingin rasanya dia menghajar wanita itu.Dia tidak berani menunda lebih lama. Setelah mengemasi barang-barang penting, dia menarik kopernya dengan tangan gemetar."Selama aku lari ke luar negeri, Nathan nggak akan bisa menangkapku." Dia mencoba untuk menenangkan diri.Briana membuka pintu kamar tidur, dia tiba-tiba mendengar suara langkah kaki dari bawah.Hatinya tiba-tiba menegang, dia segera menutup pintu, kemudian menguncinya.Sudah datang, sudah datang. Bagaimana, bagaimana?Briana mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Luther. Luther tidak mengangkat panggilannya setelah Briana menelepon dua kali.Putus asa.Siapa lagi yang bisa membantunya?Dia menggertakkan gigi, kemudian menelepon Stella."Nyonya Stella, tolong, tolong minta Paman Hugo bantu aku." Suaranya menjadi makin panik."Briana, apa yang terjadi? Jangan cemas, aku akan pergi mencari Hugo." Stella terkejut, dia menghibur Briana dengan lembut.Hugo sedang mendengarkan Aurora ber
Dia berjalan ke ruang piano sambil tersenyum. "Aurora, latihan hari ini bagus sekali. Pergilah istirahat, oke?"Aurora tersenyum manis sembari menjawab, "Oke."Setelah Aurora dan pengasuhnya meninggalkan ruang piano.Stella menoleh ke arah Hugo dengan ekspresi khawatir sekaligus memohon. "Hugo, aku ingin ikut anak-anak ke luar negeri. Aku mau merawat Aurora dan Aaron. Mereka masih begitu kecil, aku nggak tenang kalau hanya membiarkan pengasuh yang merawat mereka."Hugo terkejut. "Stella, apakah kamu serius?"Stella mengangguk lalu menghela napas. "Aku sudah melihat mereka sejak bayi. Aurora dan Aaron sama-sama sangat pintar. Mereka membutuhkan orang yang akrab di sisi mereka setelah mereka pergi ke luar negeri."Setelah Hugo terdiam beberapa saat, dia akhirnya mengangguk. "Oke, aku akan meluangkan waktu untuk mengunjungi kalian setiap bulan."Stella tersenyum. "Ada aku, kedua anak itu akan merasa lebih aman."Hugo menghela napas. "Terima kasih. Kalau begitu, aku serahkan Aurora dan Aar
"Ah ... ah .... Tuan Nathan hebat sekali, ah .... Nyaman sekali .... Oh, oh, oh, lebih ke atas ... lebih kuat ...."Di atas sofa, seorang wanita berteriak sekeras-kerasnya.Wajah tampan Nathan seketika tampak tak bisa berkata-kata, dia mengangkat tangannya, lalu menampar bokong Elena."El-el, kalau kamu mendesah seperti itu lagi, aku akan menghabisimu sekarang juga."Nathan hanya memijatnya!Desahan Elena begitu heboh, Nathan tahu bahwa dia sengaja.Elena menoleh, dia menatap Nathan dengan tidak percaya. "Bagian mana yang kamu pukul?"Nathan menutupi Elena dengan gaun tidur sutra. Dia menutup minyak esensial, tangannya dipenuhi dengan aroma melati dari minyak esensial.Dia menarik selembar tisu untuk menyeka tangannya, lalu menatap Elena dengan tatapan lekat.Elena berbaring diam, dia menggeliat untuk mengenakan gaun tidurnya. Setelah itu, dia bangun dan menata rambutnya. "Cepat cuci tanganmu. Aku tidur dulu."Nathan mendengus, berdiri, kemudian berjalan ke kamar mandi untuk mencuci ta
Keesokan paginya.Sinar matahari masuk ke dalam kamar melalui tirai.Elena membuka matanya, kemudian menoleh ke arah Nathan yang sudah bangun."Selamat pagi, El-el," ujar Nathan dengan pelan, tatapannya penuh cinta."Selamat pagi, Tuan Nathan," balas Elena dengan senyuman.Hari ini adalah hari yang istimewa, mereka segera bangun.Ketika Elena pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi, sedangkan Nathan menelepon Edwin dulu. "Apakah kamu mau membawa Camila keluar hari ini?"Orang yang berhubungan dengan Briana kabur terlalu cepat sehingga tidak tertangkap.Gayanya dalam bertindak sangat mirip dengan orangnya Adris.Nathan mengerutkan kening.Edwin sedang melakukan rapat virtual. Ketika dia mendengar kata-kata Nathan, sudut mulutnya berkedut. Dia berkata dengan senyuman palsu. "Oke, aku akan menjemputnya sekarang."Setelah menutup telepon, Nathan terkekeh. Dia berjalan ke kamar mandi, lalu melihat Elena sedang mencuci wajahnya.Dia bersandar di kusen pintu, menatap Elena sambil tersenyum.
Janine mengambil sesendok es krim, kemudian menyuapi Camila. Camila pun melakukan hal yang sama.Mereka masing-masing membeli es krim dengan rasa yang berbeda agar bisa mencicipi es krim satu sama lain.Camila menyipitkan matanya, lalu menjilat es krim dengan senang. "Tante, es krim rasa stroberimu enak sekali. Lain kali Camila juga mau beli yang rasa stroberi."Janine tersenyum, kemudian mengambil sesendok es krim stroberi lagi untuk menyuapi Camila.Namun, sesendok es krim itu direbut oleh Edwin.Pria itu tersenyum polos. "Memang enak."Janine menatapnya dengan tercengang. "Edwin!"Apakah pria ini tak punya urat malu?Camila membuka matanya lebar-lebar, kemudian memprotes, "Paman Edwin, itu untuk Camila!"Sudah begitu besar masih rebutan es krim dengan anak kecil.Sungguh mengkhawatirkan.Edwin berkata dengan lembut. "Camila, Paman melakukannya demi kebaikanmu. Anak kecil nggak boleh makan terlalu banyak es, nanti bisa sakit perut."Camila adalah anak yang patuh, dia mengangguk. "Bai
Elena tidak ingin mengangkatnya, dia berpura-pura tidak melihatnya.Nathan tidak bertanya. "Giliran kita. Ayo siap-siap dulu."Elena hendak menyimpan ponselnya ketika Sherlly meneleponnya lagi.Dia mengerutkan kening, kemudian memilih untuk mengabaikannya untuk hari ini.Mereka memakai peralatan keselamatan, berdiri di atas papan, sementara staf melakukan pemeriksaan akhir."Siap?""Siap!"Elena memandang Nathan, mereka sangat memahami satu sama lain.Mereka melompat turun bersama, angin menderu-deru di telinga mereka.Rambut panjang Elena beterbangan di udara.Mata Nathan terus tertuju pada Elena....Saat ini, di Kediaman Bronwyn.Sherlly menelepon tiga kali berturut-turut, tetapi panggilannya tak diangkat. Dia pikir, Elena mungkin sedang sibuk.Dia pun mengirim pesan."El, setelah melihat pesan, teleponlah Ibu."Sampai keesokan harinya.Sherlly masih tidak menerima pesan balasan maupun panggilan telepon dari Elena. Ekspresinya agak muram.Sherlly membawa ponselnya ke lantai bawah, k
"Besok atur pengacara datang. Aku ingin mengubah surat wasiat," kata Hugo dengan dingin.Dia memutuskan untuk meninggalkan semua hartanya untuk Aaron dan Aurora.Pada saat ini, Stella membuka pintu ruang kerja sambil memegang segelas susu.Dia kebetulan mendengar ucapan Hugo, tangannya sedikit gemetar, hatinya sangat gembira.Dia mencoba untuk tetap tenang, kemudian berjalan mendekat. Begitu meletakkan susu, dia berkata dengan lembut. "Hugo, cepat tidur, sudah sangat larut."Hugo mengangkat tatapannya, menatap Stella sekilas. "Hm, kamu tidur dulu, aku sebentar lagi."Stella mengangguk, lalu kembali ke kamar dengan tatapan gembira.Keesokan harinya.Calvin membawa pengacara ke Kediaman Ransford.Hugo menjelaskan niatnya untuk mengubah surat wasiat, pengacara mencatatnya serta menyiapkan dokumen surat wasiat baru.Hugo menandatangani surat wasiat baru.Dia secara resmi menyerahkan hartanya kepada Aaron dan Aurora....Kediaman Bronwyn.Roman dan Sherlly juga sangat sibuk selama ini. Untu
Elena duduk di sofa, mendengarkan laporan Hardy."Pada hari pertama Emmett menjabat sebagai CEO, dia menggunakan rencanamu untuk menangani karam kapal dan penyelundupan Silicon Express. Saat ini, harga saham Grup Kallias sudah stabil," lapor Hardy.Elena mengangguk. Seperti yang diharapkan. "Apakah sumber barang selundupan itu sudah ditemukan?"Hardy menjawab, "Sudah ada petunjuk awal."Elena mengangguk. "Atur tim untuk meningkatkan penyelidikan. Sampaikan kepada wanitanya Emmett kalau aku bisa membantunya."Hardy mengangguk.Nathan tidak ada di rumah hari ini. Dia pergi mencari orang tua Evelyn dan yang lainnya.Hardy pergi setelah melaporkan pekerjaan.Janine menelepon Elena, lalu mengetahui bahwa Elena di rumah sendirian. Jadi, dia diam-diam keluar untuk mencari Elena saat Edwin mandi.Kedua wanita itu duduk di sofa, masing-masing memegang sepotong semangka, memakannya sambil menikmati waktu senggang yang langka."Hmm, enak sekali," kata Janine dengan puas."Hmm, aku juga merasa beg
Mereka tiba di area perkemahan. Edwin dan Janine sudah menyiapkan bahan untuk barbekyu.Bunyi bakar terdengar dari atas panggangan, aroma barbekyu memenuhi udara.Melihat mereka datang, Janine pun menyapa mereka. "Camila, sini, cicipi daging panggangan Tante."Nathan menurunkan Camila, membiarkannya menghampiri Janine. Dia menarik Elena untuk duduk.Ketika Edwin melihat Janine hendak menyuapi Camila beberapa tusuk daging panggang, dia segera menghentikannya, kemudian menyerahkan daging yang dia panggang. "Biar Camila makan daging yang aku panggang. Daging yang kamu panggang mungkin nggak enak."Janine memelototi Edwin, tetapi dia juga khawatir kalau daging yang dia panggang tidak enak. Akhirnya, dia menerima daging Edwin untuk menyuapi Camila.Sedangkan Edwin langsung mengambil daging yang Janine panggang, kemudian memakannya. Dia mengernyit. "Janine Sayang, bumbunya terlalu banyak. Untung Camila nggak makan, rasanya terlalu kuat."Janine mencibir, "Memangnya aku menyuruhmu untuk makan
"Kenapa? Kenapa kamu nggak menelepon? Kami semua menunggu." Evelyn melihat Elena menelepon, tetapi sepertinya panggilan teleponnya tidak diangkat. Tak lama kemudian, Elena menutup telepon, kemudian melihat sesuatu, tidak lanjut menelepon.Evelyn mencibir.Berpura-puralah.Angelo menyeka keringat di dahinya, lalu berkata, "Kalau kalian nggak mau pergi, aku pergi dulu."Evelyn memelototinya. "Pergi ke mana? Semuanya tinggal untuk tertawakan dia!"Tadi Elena membaca pesan dari Roman. Ayahnya mengatakan bahwa tanggal pernikahan telah ditentukan, yaitu Jumat depan.Dia membalas pesan ayahnya terlebih dahulu.Saat Elena ingin menghubungi Nathan lagi, Nathan sudah menelepon lebih dulu.Suara Nathan terdengar dari ujung telepon. "Apakah masih ada barang yang ingin diambil, El-el?"Elena berujar dengan tenang. "Ada yang menindas anak dan istrimu."Nathan mengerutkan kening, nada suaranya langsung berubah dingin. "Aku akan segera ke sana."Setelah menutup telepon, Elena memandang Evelyn dan yang
Beberapa orang itu kebetulan mengingat situasi saat itu. Elena sepertinya adalah simpanan Nathan saat itu.Mengingat apa yang terjadi lima tahun lalu, tatapan mereka terhadap Elena pun berubah.Nasib yang tak terduga. Putri Keluarga Bronwyn pernah bercerai, kemudian menjadi simpanan orang, akhirnya dia masih bisa menikah dengan Adris, serta memperoleh saham Grup Kallias.Wanita ini sungguh hebat.Ada yang salah dengan cara mereka memandang Elena, ada campuran rasa takut dan mengejek.Kemarin, berita baru menyiarkan bahwa Elena dicopot dari jabatan CEO. Tak disangka Elena masih punya suasana hati untuk jalan-jalan.Aubrey berkata, "Ayo kita pergi."Elena sekarang adalah anggota Keluarga Bronwyn. Sedangkan Aubrey ingin menikah dengan Luther sehingga dia menengahi.Namun, sebelum mereka pergi jauh, Evelyn tiba-tiba teringat sesuatu, lalu dia berkata dengan terkejut. "Aku masih ingat Briana mengatakan sesuatu saat itu ...."Dia tidak meneruskan kata-katanya.Gadis lain menyambungkannya. Di
"Kami berencana mengajak Camila bermain di kebun buah," ujar Elena sambil tersenyum tipis.Mendengar hal itu, Sherlly tertegun sejenak, lalu tersenyum, "Begitu ya, baiklah. Udara di kebun buah bagus, baik untuk anak-anak. Kalau begitu selamat bersenang-senang. Kalau ada waktu, aku baru membawanya pergi menonton sirkus."Elena mengangguk. "Oke."Sherlly berpesan beberapa hal, dia menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri, jangan terlalu lelah, lalu mengembalikan ponsel kepada Roman.Roman juga dengan cemas menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri sebelum menutup telepon.Sherlly menghela napas dengan sedikit muram. "El masih belum memanggilku ibu sampai sekarang, padahal aku sudah berusaha untuk mendekatinya."Roman hanya bisa menghiburnya. "Tunggulah, mungkin sebentar lagi."Sherlly mengangguk, tetapi kesedihan di wajahnya tidak hilang. Dia dengan tak berdaya mengubah topik pembicaraan. "Nyonya Nora membahas Luther hari ini. Putrinya, Aubrey, tampak cukup cocok. Luther hanya tah
Pakaian berserakan di lantai.Elena meninju dada Nathan dengan berpura-pura marah, jadi tidak menggunakan tenaga, hanya dibuat-buat. "Kamu lupa, Janine dan Edwin masih menunggu kita di bawah.""Mereka bukan anak-anak," cibir Nathan. Dia membisikkan kata-kata ambigu di telinga Elena. "Bukankah kamu menginginkannya juga?"Mereka selalu sejalan dalam hal ini.Elena sangat sibuk selama ini sehingga mereka sudah lama tidak melakukan hal itu.Pipi Elena pun memerah.Nathan tersenyum.Elena melingkarkan lengannya di leher Nathan, kemudian memejamkan matanya.Kehangatan Nathan menyelimuti leher Elena, terus ke bawah. Elena mendesah beberapa kali sambil memasukkan jari-jarinya ke sela-sela rambut Nathan.Di lantai bawah.Janine melihat waktu, Elena dan Nathan telah berada di atas selama dua jam. Kenapa mereka belum turun juga? Dia mengambil remote TV untuk mengganti saluran TV. "Kenapa mereka naik begitu lama?"Edwin mengupas sebuah apel, kemudian menyodorkannya kepada Janine. Mendengar pertany
Janine berbalik tanpa melihat ke arah Edwin. "Aku mau pergi melihat Kak El."Ketika dia melihat berita tersebut, dia merasa marah memikirkan berbagai komentar sinis tentang Elena dalam video-video tersebut.Elena sama sekali tidak sudi menjadi CEO!Edwin menutup laptop, berjalan mendekat, lalu duduk di sebelah Janine. Dia mencondongkan tubuh ke dekat Janine. "Bangun, makan. Setelah makan baru pergi."Bibir Edwin mendarat di leher Janine.Napas hangat menerpa lehernya, Janine tidak tahan dengan Edwin yang mencium sembarangan.Dia berteriak dengan marah. "Apakah kamu saudaranya anjing?"Edwin menunjukkan senyuman sopan. "Guk, guk."Janine, "..."Edwin berdiri, kemudian bertanya, "Bangunlah, kamu mau makan apa?""Ikan gurame goreng, bebek panggang, kerang rebus dan ikan kakap asam manis. Itu saja." Janine bangun lalu menghela napas. "Jual diri untuk sekali makan, sangat nggak gampang."Edwin mengangkat alisnya, kemudian dia lanjut bekerja.Janine pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi.
Catherine mengangguk setuju. "Benar, meskipun horoskopnya cocok, akhirnya tetap tergantung apakah dua orang ini berjodoh."Mendengarkan kata-kata ini, Aubrey pun tersenyum malu-malu. Dia berbisik, "Ibu, jangan membahas ini lagi. Aku merasa canggung sekali."Nora tersenyum, kemudian menepuk tangan putrinya. "Oke, oke, nggak bahas lagi."Catherine tertawa lalu berkata, "Aubrey sangat bagus. Nyonya Sherlly bisa menjadi mak comblang, membiarkan mereka berdua coba kencan buta."Sherlly tersenyum sembari mengangguk. "Aku akan menanyakan pendapat Luther malam ini."Pada saat ini, seseorang di meja sebelah mereka sedang menonton berita, kebetulan beritanya tentang pemecatan Elena."Wanita bernama Elena ini sangat hebat. Dia menjadi CEO di usia yang sangat muda. Sayangnya dia nggak memiliki kemampuan.""Dia sangat cantik.""Cantik nggak ada hubungannya dengan kemampuan."Sherlly bingung saat mendengar nama Elena disebut.Aubrey menyerahkan ponsel kepada Sherlly. "Tante Sherlly."Sherlly melihat