Briana meletakkan gelas jus lalu berkata, "Ibu, menurutku Ibu sangat cocok memakai batik, sangat menawan."Sherlly tersenyum. "Mulutmu memang manis, ayo kita pergi.""Aku mengatakan yang sebenarnya." Briana berkedip sambil tersenyum.Kali ini pertunjukan opera diadakan di museum seni.Setelah selesai menonton opera dan keluar dari teater opera, Briana mengobrak-abrik tasnya lalu berkata, "Ibu, tunggu sebentar, aku akan mengambil ponselku."Ketika Briana pergi untuk mengambil ponsel, dia memasukkan botol air bekas Sherlly ke dalam kantong plastik, memasukkannya ke dalam tas, kemudian membawanya pergi."Ponselnya sudah ketemu, ayo kita pergi."...Pukul lima sore, Elena hendak menemui Luther.Dia masuk ke dalam mobil, kemudian mengangkat alisnya ketika dia melihat Nathan.Nathan sedang menulis program. Dia telah melepas wig cokelatnya dan masih mengenakan kacamata berbingkai hitam. Jari-jarinya berhenti mengetik di keyboard, lalu dia bertanya, "El-el, malam mau makan apa?""Aku nggak bis
Setelah meninggalkan restoran Barat, Elena duduk di dalam mobil sambil memikirkan maksud Luther.Pria itu memberi tahu Elena bahwa Nathan memasukkan Briana ke rumah sakit jiwa karenanya.Apakah Luther ingin memperingatkan Elena?Sebelum Elena mengerti apa maksud Luther, mobil sudah tiba di depan rumah.Hardy keluar dari mobil untuk membuka pintu. Elena keluar dari mobil, kemudian dia langsung melihat Nathan yang berdiri di depan pintu.Elena berjalan mendekat, Nathan otomatis melingkarkan lengannya di pinggang Elena. Dia mengucapkan terima kasih kepada Hardy, lalu membawa Elena ke dalam rumah."Kenapa kamu menungguku di depan pintu?""Aku khawatir kamu mabuk, jadi aku menunggu di depan untuk menggendongmu dari mobil."Elena bergumam dalam hati. 'Aku nggak akan minum terlalu banyak di luar, kamu mana perlu menunggu di depan pintu?'Dia mengangkat tatapannya, lalu melihat tatapan Nathan yang penuh kasih sayang.Elena berhenti bergumam.Setelah masuk ke rumah, Elena mengganti sepatu, menc
Briana melihat hasil tes dengan ekspresi muram.Elena ternyata adalah putri Keluarga Bronwyn yang hilang.Dia pergi ke toko serba ada untuk membeli korek api. Karena dia tidak boleh membakar kertas sembarangan di kota besar, dia pun meminta sopir untuk mengantarnya ke kelenteng.Hasil tes dibakar dalam tong pembakar dupa, kebetulan bisa untuk para dewa lihat.Selama ada Briana, Elena tidak akan memiliki kesempatan untuk kembali ke Keluarga Bronwyn.Hanya Briana yang tahu tentang hal ini sekarang, Zahra saja tidak tahu siapa orang tua kandung Elena.Dia juga harus membuat rencana cadangan sebagai tindakan pencegahan.Saat ini, ponselnya berdering. Briana melihat ID penelepon. Dia menjawab telepon dengan ekspresi lembut. "Ibu ... aku ada waktu. Aku pergi sekarang."...Kota Swindon.Janine awalnya tidak tahu bahwa Elena telah kembali. Dia baru mengetahuinya ketika Bourne memberitahunya kemarin.Dia berencana untuk kembali ke ibu kota lusa.Bagaimanapun juga, dia harus meminta maaf kepada
Pada hari jadi pernikahannya, Elena Wimbrow pergi ke dokter kandungan sendiri.Di rumah sakit, dia melihat suaminya memeluk wanita lain.Wanita itu bersandar di dalam pelukan suaminya sembari berkata, "Kaedyn, terima kasih sudah menemaniku ke rumah sakit."Kaedyn menyayangi wanita itu, dia menyuruh Elena pergi membeli cokelat.Elena tiba-tiba tersenyum, lalu memindahkan tangannya dari perutnya.Kebetulan dia ingin melakukan aborsi di rumah sakit lain....Kali ini Elena datang ke rumah sakit untuk melakukan aborsi.Dia mengambil nomor antrean, kemudian mengantre.Ada beberapa pasang suami istri di sekeliling. Semua ibu hamil ditemani oleh suami mereka.Hanya Elena yang datang untuk melakukan aborsi, itu agak menyedihkan.Dua bulan yang lalu, Elena menemani Kaedyn pergi dinas.Mereka menghadiri sebuah perjamuan.Elena mabuk. Begitu dia bangun di pagi hari, hanya ada dia sendiri di dalam kamar hotel.Kamar hotel itu penuh dengan aroma percintaan.Pakaian berserakan di lantai.Ada pakaian
Elena menghentikan mobil di pinggir jalan. Dengan tenang, dia menyangkal pertanyaan hamil dari Kaedyn. "Aku nggak hamil, hanya sedikit nggak enak lambung beberapa hari terakhir."Kaedyn bersandar di lemari pakaian, lalu dia mencibir dengan tatapan datar. "Sebaiknya kamu nggak membohongiku, Elena. Sekarang nggak zaman menjadi istri orang kaya dengan cara hamil."Jantung Elena seperti tercubit. Bisa-bisanya Kaedyn berpikir serendah itu tentang dirinya.Elena menyentuh perut datarnya sambil berujar dengan nada datar, "Bagaimana mungkin aku hamil, Pak Presdir? Malam itu kita menggunakan kondom, seharusnya kualitasnya bagus, nggak bocor."Kaedyn mengangkat kelopak matanya.Dia mengadakan rapat sepanjang pagi.Begitu siang, Elena membawa secangkir kopi ke kantor Kaedyn.Elena juga meletakkan dokumen tentang Evaristo Entertainment yang Kaedyn minta beberapa hari lalu di atas meja pria itu.Pandangan Elena melintas dari dokumen tentang Evaristo Entertainment itu.Dari dulu hingga sekarang indu
Kaedyn berdiri bersama mantan pacarnya, wanita itu memeluk lengannya.Dia hanya melihat Elena diganggu oleh pria lain.Ada yang bilang kalau seorang pria benar-benar mencintaimu, dia akan posesif terhadapmu.Di bawah cahaya kuning yang hangat, Elena merasa hatinya seperti terkoyak.Nicholas mengira Elena berbohong padanya, jadi dia pun melontarkan ejekannya. "Pak Kaedyn sedang menemani wanita cantik itu. Jangan mencoba berbohong padaku. Sekretaris Elena, bagaimana kalau kita mengobrol di tempat lain?"Elena memandang Kaedyn lalu dia bertanya dengan nada tenang, "Pak Kaedyn, Tuan Nicholas bertanya apakah Bapak sudah bosan dengan saya?Elena menatap Kaedyn dengan tenang.Dia menunggu jawaban pria itu.Kaedyn menggandeng tangan Doreen, kemudian berjalan melewati Elena.Pada saat itu, Elena mengerti bahwa jawaban Kaedyn tidak lagi penting.Doreen berbalik lalu menjelaskan dengan senyum cerah, "Kak Nicholas, hubungan antara Kae dan Sekretaris Elena hanyalah atasan dan bawahan. Jangan bicara
Kaedyn meminta Martin untuk mengantar Elena kembali ke Perumahan Sorenson dulu.Elena duduk di dalam mobil sambil melihat dua orang yang berpelukan di luar cafe itu melalui jendela.Sepertinya Kaedyn sedang menghibur Doreen.Sudut bibir Elena terangkat. Dia merasa sedih sekaligus lega.Saat Elena meminta Glenna untuk membuat janji temu dengan Doreen tadi malam.Dia sudah menduga bahwa Glenna pasti akan memberi tahu Kaedyn tentang pertemuannya dengan Doreen di Kafe Holen.Sesuai dugaan Elena.Semua itu ada di dalam rencananya.Martin mengendarai mobil. Ketika mereka berhenti di lampu merah, dia menoleh ke arah Elena lalu bertanya, "Sekretaris Elena, kamu begitu pintar, untuk apa kamu membuat Bos marah?"Mereka telah kerja bersama selama lima tahun.Martin menyaksikan betapa Elena merawat Kaedyn dengan sepenuh hati.Demi menjaga perut Kaedyn dengan baik, Elena belajar memasak setiap malam setelah pulang kerja.Elena telah mengembangkan keterampilan memasaknya hingga sebanding dengan koki
"Apakah kamu yakin? Apakah kalian sudah periksa di rumah sakit?" Neneknya Kaedyn masih tidak menyerah.Elena keluar dari toilet. Hanya dia yang tahu betapa gugup dan gelisahnya dia saat ini."El, apakah kamu hamil?"Neneknya Kaedyn melihat perut Elena sambil bertanya dengan gembira.Elena menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Nenek, aku sudah periksa di rumah sakit. Lambungku hanya sedikit bermasalah."Neneknya Kaedyn sedikit kecewa, tetapi dia tahu bahwa dia tidak bisa memaksakan hal ini. "Kamu harus menjaga tubuhmu dengan baik dan memperhatikan kebiasaan makanmu."Elena mengangguk. Saat dia menyuapi neneknya Kaedyn makan buah, Kaedyn keluar untuk mengangkat telepon.Setelah Elena membujuk neneknya Kaedyn untuk menghabiskan buahnya dan mengobrol sebentar dengan sang nenek, dia pun membawa mangkok kosong itu keluar.Ketika Elena melewati ruang tunggu, dia kebetulan mendengar Glenna yang menertawakannya."Kak, di luar bangsal tadi aku mendengar Nenek mendesak kalian untuk punya ana
Briana melihat hasil tes dengan ekspresi muram.Elena ternyata adalah putri Keluarga Bronwyn yang hilang.Dia pergi ke toko serba ada untuk membeli korek api. Karena dia tidak boleh membakar kertas sembarangan di kota besar, dia pun meminta sopir untuk mengantarnya ke kelenteng.Hasil tes dibakar dalam tong pembakar dupa, kebetulan bisa untuk para dewa lihat.Selama ada Briana, Elena tidak akan memiliki kesempatan untuk kembali ke Keluarga Bronwyn.Hanya Briana yang tahu tentang hal ini sekarang, Zahra saja tidak tahu siapa orang tua kandung Elena.Dia juga harus membuat rencana cadangan sebagai tindakan pencegahan.Saat ini, ponselnya berdering. Briana melihat ID penelepon. Dia menjawab telepon dengan ekspresi lembut. "Ibu ... aku ada waktu. Aku pergi sekarang."...Kota Swindon.Janine awalnya tidak tahu bahwa Elena telah kembali. Dia baru mengetahuinya ketika Bourne memberitahunya kemarin.Dia berencana untuk kembali ke ibu kota lusa.Bagaimanapun juga, dia harus meminta maaf kepada
Setelah meninggalkan restoran Barat, Elena duduk di dalam mobil sambil memikirkan maksud Luther.Pria itu memberi tahu Elena bahwa Nathan memasukkan Briana ke rumah sakit jiwa karenanya.Apakah Luther ingin memperingatkan Elena?Sebelum Elena mengerti apa maksud Luther, mobil sudah tiba di depan rumah.Hardy keluar dari mobil untuk membuka pintu. Elena keluar dari mobil, kemudian dia langsung melihat Nathan yang berdiri di depan pintu.Elena berjalan mendekat, Nathan otomatis melingkarkan lengannya di pinggang Elena. Dia mengucapkan terima kasih kepada Hardy, lalu membawa Elena ke dalam rumah."Kenapa kamu menungguku di depan pintu?""Aku khawatir kamu mabuk, jadi aku menunggu di depan untuk menggendongmu dari mobil."Elena bergumam dalam hati. 'Aku nggak akan minum terlalu banyak di luar, kamu mana perlu menunggu di depan pintu?'Dia mengangkat tatapannya, lalu melihat tatapan Nathan yang penuh kasih sayang.Elena berhenti bergumam.Setelah masuk ke rumah, Elena mengganti sepatu, menc
Briana meletakkan gelas jus lalu berkata, "Ibu, menurutku Ibu sangat cocok memakai batik, sangat menawan."Sherlly tersenyum. "Mulutmu memang manis, ayo kita pergi.""Aku mengatakan yang sebenarnya." Briana berkedip sambil tersenyum.Kali ini pertunjukan opera diadakan di museum seni.Setelah selesai menonton opera dan keluar dari teater opera, Briana mengobrak-abrik tasnya lalu berkata, "Ibu, tunggu sebentar, aku akan mengambil ponselku."Ketika Briana pergi untuk mengambil ponsel, dia memasukkan botol air bekas Sherlly ke dalam kantong plastik, memasukkannya ke dalam tas, kemudian membawanya pergi."Ponselnya sudah ketemu, ayo kita pergi."...Pukul lima sore, Elena hendak menemui Luther.Dia masuk ke dalam mobil, kemudian mengangkat alisnya ketika dia melihat Nathan.Nathan sedang menulis program. Dia telah melepas wig cokelatnya dan masih mengenakan kacamata berbingkai hitam. Jari-jarinya berhenti mengetik di keyboard, lalu dia bertanya, "El-el, malam mau makan apa?""Aku nggak bis
Hardy mengetuk pintu, lalu masuk ke kantor dengan ekspresi yang aneh. "Bu Elena, insinyurnya sudah datang."Elena terus menatap layar komputer sehingga dia tidak menyadari ekspresi aneh Hardy.Elena berkata, "Hm, undang saja dia ke ruang rapat, lalu beri tahu supervisor departemen teknologi, produk, desain, penjualan, operasi, serta data untuk ikut rapat ini."Dia diam-diam memuji Nathan mengirim seseorang kepadanya begitu cepat."Baik."Hardy keluar untuk memberi tahu supervisor berbagai departemen. Setelah menerima pemberitahuan tersebut, mereka segera pergi ke ruang rapat.Elena masuk ke ruang rapat, kemudian melihat insinyur yang dikirim oleh Nathan.Pria tersebut mengenakan wig keriting berwarna coklat, kacamata berbingkai hitam dan masker. Dia mengulurkan tangan, lalu berjabat tangan dengan Elena. "Halo, Bu Elena.""Halo," balas Elena."Aku sedang flu, jadi aku memakai masker untuk melindungi semua orang.""Hm."Suka-suka dirimu.Tangan mereka masih berpegangan.Elena ingin melep
"Katakan! Bagian mana dariku yang kalah darinya? Apakah dadanya lebih besar dariku? Aku bisa melakukan implan!"Luther memejamkan matanya, ekspresinya menjadi gelap.Briana tiba-tiba melepas pakaiannya sehingga Luther tidak punya waktu untuk bereaksi.Dia mengerahkan kekuatan untuk duduk, tetapi Briana terjatuh.Luther hanya bisa membuka matanya untuk menahan pinggang Briana agar dia tidak jatuh.Dia segera mengenakan kembali pakaian Briana.Keduanya saling menarik pakaian.Luther ingin memakaikan, Briana ingin melepaskan. Mereka sibuk sekali.Luther tidak pernah menyangka bahwa orang mabuk akan begitu sulit untuk dihadapi."Aku mau mandi," ujar Briana dengan kesal."Pergi! Pergi! Pergi!"Luther sudah kehilangan kesabaran.Dia memapah Briana ke sofa di kamar tidur, kemudian berjalan ke kamar mandi untuk mengisi bak mandi. Ketika air sudah penuh, dia baru keluar untuk membawa pemabuk itu ke kamar mandi.Luther tidak membantu Briana menanggalkan pakaian, dia menggendong Briana, lalu lang
Elena duduk di dalam mobil. Melihat putrinya memeluk kuda kayu, tatapannya tampak lembut.Hardy menoleh untuk mengingatkan, "Bu Elena, sudah sampai.""Hm." Elena menyimpan ponselnya.Elena dan Hardy berjalan ke lapangan golf.Lucy melihat Elena. "Nyonya Elena.Adris baru saja meninggal, bisa-bisanya Elena datang ke tempat ini."Bu Lucy," sapa Elena.Luther juga ada di tempat. Dia menilai Elena dengan cepat. Meskipun dia memiliki kesan buruk terhadap Elena, dia tetap menyapa Elena layaknya seorang pria sejati. "Bu Elena."Masih beberapa orang yang datang bermain golf hari ini.Elena datang untuk mencari seorang paman dari perjamuan sebelumnya.Dia menemani bapak tersebut bermain golf sejenak, kemudian mereka membahas kerja sama.Setelah selesai membahas, Elena hendak pergi lebih duluKetika dia melewati Luther, dia berhenti untuk bertanya, "Pak Luther, apakah ada kemungkinan Grup Kallias kerja sama dengan Grup Bronwyn?"Luther mengangkat alisnya. "Kerja sama apa?"Elena tersenyum. "Prod
Briana melihat Nathan.Dia melirik gadis kecil yang ada di samping Nathan, kemudian segera mengalihkan tatapannya.Aurora dan Aaron, yang sudah duduk di komidi putar, juga melihat Nathan.Aurora dengan gembira berteriak, "Ayah!"Ekspresi Nathan sangat buruk. Sembarang panggil.Dia menatap Briana dengan dingin.Briana merasakan ketidaksenangan Nathan. Dia menggigit bibir merahnya, ingin menjelaskan, tetapi Nathan tidak memberinya kesempatan untuk berbicara.Nathan membungkuk untuk menggendong Camila. "Camila, ayo kita naik kereta dulu."Camila memandang komidi putar dengan tak rela, lalu mengangguk. "Oke."Baik kereta maupun komidi putar, dia menyukainya.Aurora, yang sedang duduk di atas kuda kayu, melihat Nathan menggendong gadis kecil lain pergi. Dia langsung menangis dengan sedih.Komidi putar belum berhenti, jadi Briana hanya bisa menunggu komidi putar berhenti baru menurunkan Aurora untuk menghiburnya.Pengasuh menggendong Aaron turun.Aaron tidak menangis, tetapi Aurora menangis.
Bagaimana rasanya mengambil foto pernikahan dengan seseorang yang sangat kamu cintai?Elena rasa itu manis.Nathan juga merasa manis.Fotografer suka memotret Nathan dan Elena. Mereka yang berdiri bersama tampak seperti lukisan."Tuan Nathan, kamu bisa berlutut satu kaki, berpura-pura mengenakan sepatu istrimu.""Ya, itu dia."Fotografer mengambil beberapa gambar secara berurutan."Tuan Nathan, peluk istrimu dari belakang."Nathan memeluk pinggang ramping Elena dari belakang.Setelah mengambil foto di mana leher mereka saling menempel, Nathan mengisap leher Elena.Begitu menoleh, dia kebetulan melihat Camila sedang menatap mereka....Saat malam tiba, mereka akhirnya selesai mengambil foto.Manis sekaligus melelahkan.Elena masuk ke dalam mobil, kemudian dia langsung melepas sepatunya.Camila juga kelelahan hingga dia tertidur.Nathan membungkuk untuk mengangkat betis Elena, memastikan bahwa tumit Elena tidak merah.Dia membalikkan tubuh Elena, kemudian meletakkan kaki Elena di atas pa
Briana melihat ke arah mobil yang melaju pergi, dia menunduk untuk menyembunyikan pikirannya yang melintas.Setelah mengantar si kembar kembali ke Kediaman Ransford, Briana kembali ke vila tempat dia tinggal. Setelah mandi, dia pergi ke kamar tidur, membuka laci, kemudian mengeluarkan sebuah kartu.Kartu ini adalah nomor ponsel yang diberikan oleh wanita sebelumnya.Wanita itu bilang, dia adalah orangnya Adris.Sekarang Adris telah meninggal, dia bahkan memberikan saham Grup Kallias kepada Elena.Mengingat masalah saham, Briana yang awalnya ingin menelepon wanita itu untuk menanyakan tentang anak Elena, seketika tidak berani menelepon.Bagaimana jika ini adalah jebakan untuknya?Briana melemparkan kartu itu ke dalam laci lagi.Jangan terburu-buru, jangan terburu-buru.Sekarang hal terpenting adalah mencari cara untuk mendapatkan rambut Elena....Tadi malam, Nathan kesulitan untuk mengendalikan dirinya.Dia tidak meninggalkan bekas apa pun pada tubuh Elena.Saat melakukan hal itu, dia