Nathan langsung menjadi diam.Mereka makan masing-masing."Ibu, Camila mau ke toilet." Camila dengan pintar memonyongkan bibirnya, lalu menyeka bibirnya dengan tisu.Dia ingin melompat dari kursi, tetapi kursinya terlalu tinggi, jadi dia hanya bisa menatap ayahnya."Ayah, gendong."Nathan menggendongnya."Terima kasih, Ayah."Putrinya sangat sopan.Nathan tersenyum.Elena awalnya ingin membawa Camila ke toilet, tetapi dia menerima panggilan telepon.Nathan berkata, "Biar aku yang membawa Camila pergi."Dia hanya perlu menunggu di luar toilet wanita.Elena mengangguk lalu mengangkat telepon....Nathan berdiri di luar toilet menunggu Camila keluar.Camila mencuci tangannya setelah buang air. Dia terlalu pendek sehingga tak bisa mengambil tisu untuk menyeka tangannya.Ketika Sherlly keluar dari toilet untuk mencuci tangan, dia melihat seorang gadis kecil mengulurkan tangan untuk mengambil tisu.Gadis kecil ini sangat imut.Sherlly menarik selembar tisu untuk memberikannya kepada Camila.
Briana melihat ke arah mobil yang melaju pergi, dia menunduk untuk menyembunyikan pikirannya yang melintas.Setelah mengantar si kembar kembali ke Kediaman Ransford, Briana kembali ke vila tempat dia tinggal. Setelah mandi, dia pergi ke kamar tidur, membuka laci, kemudian mengeluarkan sebuah kartu.Kartu ini adalah nomor ponsel yang diberikan oleh wanita sebelumnya.Wanita itu bilang, dia adalah orangnya Adris.Sekarang Adris telah meninggal, dia bahkan memberikan saham Grup Kallias kepada Elena.Mengingat masalah saham, Briana yang awalnya ingin menelepon wanita itu untuk menanyakan tentang anak Elena, seketika tidak berani menelepon.Bagaimana jika ini adalah jebakan untuknya?Briana melemparkan kartu itu ke dalam laci lagi.Jangan terburu-buru, jangan terburu-buru.Sekarang hal terpenting adalah mencari cara untuk mendapatkan rambut Elena....Tadi malam, Nathan kesulitan untuk mengendalikan dirinya.Dia tidak meninggalkan bekas apa pun pada tubuh Elena.Saat melakukan hal itu, dia
Bagaimana rasanya mengambil foto pernikahan dengan seseorang yang sangat kamu cintai?Elena rasa itu manis.Nathan juga merasa manis.Fotografer suka memotret Nathan dan Elena. Mereka yang berdiri bersama tampak seperti lukisan."Tuan Nathan, kamu bisa berlutut satu kaki, berpura-pura mengenakan sepatu istrimu.""Ya, itu dia."Fotografer mengambil beberapa gambar secara berurutan."Tuan Nathan, peluk istrimu dari belakang."Nathan memeluk pinggang ramping Elena dari belakang.Setelah mengambil foto di mana leher mereka saling menempel, Nathan mengisap leher Elena.Begitu menoleh, dia kebetulan melihat Camila sedang menatap mereka....Saat malam tiba, mereka akhirnya selesai mengambil foto.Manis sekaligus melelahkan.Elena masuk ke dalam mobil, kemudian dia langsung melepas sepatunya.Camila juga kelelahan hingga dia tertidur.Nathan membungkuk untuk mengangkat betis Elena, memastikan bahwa tumit Elena tidak merah.Dia membalikkan tubuh Elena, kemudian meletakkan kaki Elena di atas pa
Briana melihat Nathan.Dia melirik gadis kecil yang ada di samping Nathan, kemudian segera mengalihkan tatapannya.Aurora dan Aaron, yang sudah duduk di komidi putar, juga melihat Nathan.Aurora dengan gembira berteriak, "Ayah!"Ekspresi Nathan sangat buruk. Sembarang panggil.Dia menatap Briana dengan dingin.Briana merasakan ketidaksenangan Nathan. Dia menggigit bibir merahnya, ingin menjelaskan, tetapi Nathan tidak memberinya kesempatan untuk berbicara.Nathan membungkuk untuk menggendong Camila. "Camila, ayo kita naik kereta dulu."Camila memandang komidi putar dengan tak rela, lalu mengangguk. "Oke."Baik kereta maupun komidi putar, dia menyukainya.Aurora, yang sedang duduk di atas kuda kayu, melihat Nathan menggendong gadis kecil lain pergi. Dia langsung menangis dengan sedih.Komidi putar belum berhenti, jadi Briana hanya bisa menunggu komidi putar berhenti baru menurunkan Aurora untuk menghiburnya.Pengasuh menggendong Aaron turun.Aaron tidak menangis, tetapi Aurora menangis.
Elena duduk di dalam mobil. Melihat putrinya memeluk kuda kayu, tatapannya tampak lembut.Hardy menoleh untuk mengingatkan, "Bu Elena, sudah sampai.""Hm." Elena menyimpan ponselnya.Elena dan Hardy berjalan ke lapangan golf.Lucy melihat Elena. "Nyonya Elena.Adris baru saja meninggal, bisa-bisanya Elena datang ke tempat ini."Bu Lucy," sapa Elena.Luther juga ada di tempat. Dia menilai Elena dengan cepat. Meskipun dia memiliki kesan buruk terhadap Elena, dia tetap menyapa Elena layaknya seorang pria sejati. "Bu Elena."Masih beberapa orang yang datang bermain golf hari ini.Elena datang untuk mencari seorang paman dari perjamuan sebelumnya.Dia menemani bapak tersebut bermain golf sejenak, kemudian mereka membahas kerja sama.Setelah selesai membahas, Elena hendak pergi lebih duluKetika dia melewati Luther, dia berhenti untuk bertanya, "Pak Luther, apakah ada kemungkinan Grup Kallias kerja sama dengan Grup Bronwyn?"Luther mengangkat alisnya. "Kerja sama apa?"Elena tersenyum. "Prod
"Katakan! Bagian mana dariku yang kalah darinya? Apakah dadanya lebih besar dariku? Aku bisa melakukan implan!"Luther memejamkan matanya, ekspresinya menjadi gelap.Briana tiba-tiba melepas pakaiannya sehingga Luther tidak punya waktu untuk bereaksi.Dia mengerahkan kekuatan untuk duduk, tetapi Briana terjatuh.Luther hanya bisa membuka matanya untuk menahan pinggang Briana agar dia tidak jatuh.Dia segera mengenakan kembali pakaian Briana.Keduanya saling menarik pakaian.Luther ingin memakaikan, Briana ingin melepaskan. Mereka sibuk sekali.Luther tidak pernah menyangka bahwa orang mabuk akan begitu sulit untuk dihadapi."Aku mau mandi," ujar Briana dengan kesal."Pergi! Pergi! Pergi!"Luther sudah kehilangan kesabaran.Dia memapah Briana ke sofa di kamar tidur, kemudian berjalan ke kamar mandi untuk mengisi bak mandi. Ketika air sudah penuh, dia baru keluar untuk membawa pemabuk itu ke kamar mandi.Luther tidak membantu Briana menanggalkan pakaian, dia menggendong Briana, lalu lang
Pada hari jadi pernikahannya, Elena Wimbrow pergi ke dokter kandungan sendiri.Di rumah sakit, dia melihat suaminya memeluk wanita lain.Wanita itu bersandar di dalam pelukan suaminya sembari berkata, "Kaedyn, terima kasih sudah menemaniku ke rumah sakit."Kaedyn menyayangi wanita itu, dia menyuruh Elena pergi membeli cokelat.Elena tiba-tiba tersenyum, lalu memindahkan tangannya dari perutnya.Kebetulan dia ingin melakukan aborsi di rumah sakit lain....Kali ini Elena datang ke rumah sakit untuk melakukan aborsi.Dia mengambil nomor antrean, kemudian mengantre.Ada beberapa pasang suami istri di sekeliling. Semua ibu hamil ditemani oleh suami mereka.Hanya Elena yang datang untuk melakukan aborsi, itu agak menyedihkan.Dua bulan yang lalu, Elena menemani Kaedyn pergi dinas.Mereka menghadiri sebuah perjamuan.Elena mabuk. Begitu dia bangun di pagi hari, hanya ada dia sendiri di dalam kamar hotel.Kamar hotel itu penuh dengan aroma percintaan.Pakaian berserakan di lantai.Ada pakaian
Elena menghentikan mobil di pinggir jalan. Dengan tenang, dia menyangkal pertanyaan hamil dari Kaedyn. "Aku nggak hamil, hanya sedikit nggak enak lambung beberapa hari terakhir."Kaedyn bersandar di lemari pakaian, lalu dia mencibir dengan tatapan datar. "Sebaiknya kamu nggak membohongiku, Elena. Sekarang nggak zaman menjadi istri orang kaya dengan cara hamil."Jantung Elena seperti tercubit. Bisa-bisanya Kaedyn berpikir serendah itu tentang dirinya.Elena menyentuh perut datarnya sambil berujar dengan nada datar, "Bagaimana mungkin aku hamil, Pak Presdir? Malam itu kita menggunakan kondom, seharusnya kualitasnya bagus, nggak bocor."Kaedyn mengangkat kelopak matanya.Dia mengadakan rapat sepanjang pagi.Begitu siang, Elena membawa secangkir kopi ke kantor Kaedyn.Elena juga meletakkan dokumen tentang Evaristo Entertainment yang Kaedyn minta beberapa hari lalu di atas meja pria itu.Pandangan Elena melintas dari dokumen tentang Evaristo Entertainment itu.Dari dulu hingga sekarang indu