Mendengar perkataan itu, ekspresi Luther berubah drastis dan langsung berdiri. "Kenapa bisa begitu?"Helen terus-menerus marah, "Berengsek! Kamu masih berani tanya? Semua ini gara-gara kamu! Setelah bertemu denganmu malam itu, putriku terlihat seperti kehilangan nyawanya. Dia nggak mau minum dan makan sama sekali. Dia juga menangis semalaman dan pagi ini dia melompat dari gedung untuk bunuh diri!"Bang!Mendengar perkataan itu, pikiran Luther menjadi kosong. Dia tidak menyangka Ariana akan bertindak gegabah dan langsung melompat dari gedung untuk bunuh diri tanpa ragu-ragu. Apa wanita ini sudah gila?"Bagaimana ... kondisinya sekarang?" Pada saat itu, nada suara Luther mulai terdengar gemetar."Putriku masih belum melewati masa kritis, situasinya sangat buruk dan nyawanya bisa dalam bahaya kapan saja. Semua ini gara-gara kamu! Bajingan sepertimu yang membuat putriku lompat dari gedung! Luther, kuperingatkan ya! Kalau terjadi sesuatu pada putriku, aku pasti akan membuatmu menanggung aki
"Siapa kamu? Apa aku mengenalmu?" Perkataan Ariana yang mendadak itu membuat Luther langsung bingung. Helen dan yang lainnya juga saling memandang dan tidak percaya dengan kejadian itu."Kamu ... nggak mengenalku?" kata Luther dengan terkejut."Aku harusnya mengenalmu ya?" kata Ariana dengan dingin seolah-olah melihat orang asing dan ekspresinya penuh dengan penolakan."Apa ada masalah di bagian lainnya? Biar kuperiksa lagi." Luther bersiap untuk memeriksa denyut nadi Ariana lagi. Namun begitu Luther hendak menyentuhnya, Ariana langsung menarik tangannya kembali."Apa yang kamu lakukan?" kata Ariana dengan ekspresi dingin dan tatapan yang waspada. Sikapnya yang seperti orang asing malah membuat Luther merasa tidak terbiasa dan berpikir jangan-jangan Ariana sudah kehilangan ingatannya.Helen menjadi panik dan mendekati Ariana dengan ekspresi yang sedih. "Putriku, ada apa denganmu? Jangan takuti Ibu! Apa kamu sudah kehilangan semua ingatanmu? Jangan-jangan, kamu juga sudah lupa siapa aku
"Jaga dirimu baik-baik, jangan lakukan hal bodoh lagi. Sampai jumpa lagi." Setelah berpamitan, Luther akhirnya berbalik dan pergi. Sepertinya, takdir keduanya sudah benar-benar berakhir."Ibu, orang tadi aneh sekali. Aku dulu pernah bertemu dengannya?" Melihat punggung Luther yang pergi, Ariana mengernyitkan alisnya. Dia merasa familier dengan Luther, tetapi sama sekali tidak ada kesan apa pun di pikirannya."Nggak pernah bertemu, dia hanya agen asuransi saja. Nggak usah pedulikan dia. Dengar kataku, beristirahatlah dengan baik," kata Helen dengan ekspresi gembira."Benar, Kak. Kamu baru saja kecelakaan mobil dan berhasil selamat, jangan berpikir sembarangan," timpal Roselyn.Menurut mereka, Ariana bisa melupakan Luther adalah kabar yang benar-benar menggembirakan."Oh." Ariana menganggukkan kepalanya. Dia merasa aneh, tetapi dia juga tidak berpikir terlalu banyak.....Di perjalanan pulang, suasana hati Luther menjadi rumit. Bagi keduanya, akhir ini bisa dianggap memuaskan. Namun enta
"Eh?"Setelah melihat Claudia, Luther mengernyitkan alisnya. "Kenapa kamu ada di sini? Bukankah kamu sudah diusir keluar?""Kalau Xena bisa kembali, aku tentu saja juga bisa. Bagaimana? Terkejut?" Claudia melipat kedua lengannya dengan ekspresi sinis. Meskipun lawannya memiliki berbagai cara, tetap saja tidak bisa melawan perkataan gurunya."Aku nggak butuh penjelasan yang masuk akal," kata Luther sambil mengalihkan pandangannya ke arah Jana."Anak muda, aku akui kamu sudah menyembuhkan luka Ketua. Tapi kami juga sudah membayar 10 triliun sebagai upah. Kami sudah bermurah hati, kamu harusnya bersyukur," kata Jana dengan tenang. Ekspresinya terlihat sama sekali tidak merasa bersalah."Uang adalah uang, janji adalah janji. Kalian sudah menyetujui persyaratanku, jadi harusnya memenuhi janji kalian. Istana Hawa adalah perguruan terkenal, apa kalian ingin mengingkari janji kalian?" kata Luther dengan nada dingin."Mengingkari janji? Urusan Istana Hawa nggak ada hubungannya denganmu!" Claudi
"Tunggu!"Pada saat itu, Xena tiba-tiba keluar dan menghalang di antara Luther dan Ivory. "Kalau ada kesalahpahaman, kita bisa bicarakan baik-baik. Jangan berkelahi.""Minggir! Nggak ada hubungannya denganmu!" kata Ivory dengan tatapan yang tajam."Guru, hari ini Luther sudah menyelamatkan nyawa Anda, Anda nggak boleh membalas budinya dengan dendam!" Xena menjadi panik."Diam! Kamu nggak berhak bicara di sini!" Ivory menjadi marah karena malu. Dia merasa dipermalukan karena diperingatkan muridnya di depan publik.Luther berkata dengan ekspresi tenang, "Ketua Ivory, aku memberimu kesempatan sekali lagi karena menghargai Xena. Kalau kamu mematahkan satu kaki Claudia, aku akan menganggap nggak terjadi apa pun hari ini.""Omong kosong! Apa kamu kira kami akan mengikuti perintahmu? Kamu kira kamu siapa?" kata Claudia dengan mata yang memelotot."Anak muda, apa kamu salah makan obat? Kenapa aku harus menuruti perintahmu?" kata Ivory dengan ekspresi yang meremehkan.Luther maju dan berkata de
Kini, tatapan semua orang tertuju pada Claudia. Kitab Hawa sangatlah penting bagi Istana Hawa. Sementara itu, syarat yang diajukan oleh Luther jelas adalah pembalasan dendam. Dia ingin mematahkan kaki Claudia, bahkan menyuruh Ivory yang turun tangan."Lu ...." Xena ingin membantu mereka, tetapi Luther mengangkat tangan untuk menyela. Pria ini pun menatap Ivory lekat-lekat sambil bertanya, "Gimana, Ketua Ivory?""Claudia adalah murid utamaku. Sebagai gurunya, aku tentu nggak boleh menyakitinya," jawab Ivory dengan penuh keyakinan."Jadi, kamu nggak tertarik dengan Kitab Hawa, ya?" tanya Luther lagi sembari mengangkat alisnya."Tentu saja tertarik, tapi aku nggak akan menuruti ucapanmu." Ivory mengangkat dagu dan berkata dengan lantang, "Aku mau Kitab Hawa, tapi nggak akan menyakiti muridku. Jadi, kuperintahkan kamu untuk segera menyerahkan kitab itu. Dengan begitu, aku baru akan memaafkan kelancanganmu."Mendengar ini, Luther pun tertawa saking kesalnya. Barusan wanita ini sudah berjanj
Xena buru-buru maju untuk menasihati, "Guru, cederamu belum pulih! Jangan bertarung lagi!""Dasar pengkhianat!" Ivory sangat murka melihat Xena. Dia langsung menamparnya dan membentak, "Kalau bukan karena kamu memberiku kitab palsu, mana mungkin aku terluka seperti ini!""Aku ... bukan aku yang melakukannya ...," sahut Xena sambil menggeleng tanpa henti."Masih nggak mau ngaku!" Ivory menghardik, "Biar kutanya, gimana bajingan itu bisa mendapat Kitab Hawa? Pasti kamu yang diam-diam memberikannya padanya, 'kan? Kurang ajar sekali!""Aku nggak melakukan hal seperti itu ...." Xena terus berusaha untuk membantah."Xena, hebat sekali kamu! Kamu memberi Guru kitab palsu, tapi malah memberi bajingan itu yang asli. Dasar rendahan!""Aku kira kamu sangat setia selama ini, tapi ternyata begitu rendahan! Beraninya kamu mengkhianati sekte!""Jangan berpura-pura lagi! Kami semua jijik melihat tingkahmu yang munafik!" Para murid Istana Hawa mulai memaki. Menurut mereka, Xena memang bersekongkol deng
"Bocah, aku tahu kalian bersekongkol. Kalau kamu ingin dia selamat, cepat lepaskan muridku!" seru Ivory sambil mengangkat pedangnya. Jika tidak terluka, dia tidak akan menyandera Xena seperti ini."Kenapa? Kenapa begini?" gumam Xena yang wajahnya dibasahi air mata. Tatapannya tampak hampa, seolah-olah jiwanya telah melayang.Melihat situasi ini, Luther pun mengernyit. Dia terpaksa mengangguk dan mengiakan, "Oke, lepaskan Xena, maka aku akan mengampuni muridmu ini."Selesai berbicara, Luther melambaikan tangan sebagai isyarat agar Johan mundur. Sesudah itu, Ivory memberi memerintahkan, "Cepat bawa senior kalian pergi!"Para murid Istana Hawa sontak tersadar dari keterkejutan mereka. Mereka pun maju dan mengangkat Claudia yang tidak bisa berjalan karena kakinya patah. Sementara itu, Jana terus mengawasi Johan dari samping karena khawatir terjadi sesuatu di luar dugaan."Bocah, sekarang kuperintahkan kamu untuk menyerahkan Kitab Hawa padaku!" Sesudah semuanya pergi, Ivory masih tidak menu