Orang yang mematahkan cambuk itu tidak lain adalah Johan. Begitu mendengar bentakan Luther, Johan langsung berkelebat ke depan untuk meraih cambuk tersebut."Kurang ajar!""Lancang sekali!"Ketika melihat kedua orang yang menghalangi eksekusi, para murid Istana Hawa langsung memelotot dengan marah. Beberapa bahkan langsung menghunuskan pedang, bersiap-siap untuk menyerang.Luther tidak peduli pada mereka. Dia maju, lalu menatap Xena yang dipenuhi luka dan sekarat. Dalam sekejap, ekspresinya menjadi agak murung.Luther bisa mengabaikan sikap Claudia yang merebut kontribusi orang. Akan tetapi, wanita ini malah memfitnah dan menghukum Xena sekarang. Benar-benar keterlaluan!"Kalian dari sekte yang sama, kenapa bersikap begitu kejam?" tanya Luther yang memandang sekitar dengan tatapan tajam."Istana Hawa sedang menghukum pengkhianat. Orang yang nggak berkepentingan nggak perlu ikut campur!" ujar Jana untuk memperingatkan."Tempat ini wilayahku. Aku tentu harus turun tangan kalau ada masala
"Berani sekali kamu menghina ketua kami. Hari ini, aku akan mematahkan kedua kakimu!" teriak Jana dengan tatapan dingin. Kemudian, dia langsung berkelebat untuk menangkap Luther. Sebagai ahli bela diri tingkat sejati tahap lanjutan, kekuatannya hanya berada di bawah Ivory dan setara dengan para tetua."Cih, cari mati!" Ekspresi Johan tampak murung saat melihat Jana hendak menyerang Luther. Dia pun berkelebat ke depan dan melayangkan pukulan kepada Jana.Bam! Terdengar suara ledakan yang cukup keras. Johan terdorong dua langkah sebelum berdiri stabil, sedangkan Jana terpental sampai belasan meter dan menabrak pohon, bahkan memuntahkan darah.Para murid Istana Hawa sontak terkesiap melihatnya. Di seluruh Istana Hawa, kekuatan Jana berada di peringkat kelima, tidak ada murid yang bisa menandinginya.Namun, ahli bela diri seperti ini malah dipukul oleh seorang pria tua bertubuh kurus hingga muntah darah. Sungguh menyeramkan!Saat ini, Ivory mulai merasa gelisah. Dia tidak menduga akan ada
"Guru!" Ketika melihat Ivory yang jatuh pingsan, semua murid Istana Hawa pun terkesiap. Mereka segera menghampiri, lalu menyuapinya obat dan memijat tangannya. Namun, karena lukanya terlalu parah, berbagai cara ini sama sekali tidak ampuh."Cepat bawa Ketua ke rumah sakit!" seru Jana. Kemudian, dia menggendong Ivory sambil berlari ke luar."Dokter biasa nggak akan bisa mengobati cedera seperti itu. Tapi, asalkan kalian mengaku salah dan membayar 10 triliun, aku bisa mempertimbangkan untuk menolongnya," ujar Luther dengan datar."Omong kosong! Kenapa kamu nggak pergi merampok saja?" Jana memelotot sambil memaki, "Ketua kami sangat beruntung, nggak akan terjadi apa-apa padanya. Kalaupun situasinya benar-benar kritis, kami juga nggak akan memohon padamu!""Masa? Kalau begitu, semoga beruntung," ucap Luther sembari tersenyum tipis."Cepat, kita pergi dari sini!" Jana malas berbasa-basi sehingga langsung melambaikan tangannya dan membawa murid lainnya keluar."Guru!" Xena berniat untuk meng
Begitu menjawab panggilan tersebut, terdengar suara Belinda yang panik. "Luther, gawat! Kakakku dalam masalah!""Apa yang terjadi?" tanya Luther sembari mengernyit."Gudang harta karun keluarga kami dibobol orang, kakakku tersangka utamanya. Mereka mau menghukumnya sesuai aturan keluarga," jelas Belinda dengan gelisah."Ulur waktu sebisa mungkin, aku akan segera ke sana!" Begitu mengakhiri panggilan, Luther langsung berangkat ke kediaman Keluarga Caonata.....Saat ini, di aula leluhur Keluarga Caonata, terlihat Bianca yang didesak oleh sekelompok orang. Semua senior Keluarga Caonata terus menyalahkannya dengan galak."Bianca, besar sekali nyalimu! Beraninya kamu bersekongkol dengan orang luar untuk mencuri harta keluarga! Benar-benar lancang!""Sebagian besar fondasi Keluarga Caonata yang sudah berusia ratusan tahun hancur di tanganmu! Hukuman apa yang pantas kamu dapatkan?""Durhaka, benar-benar durhaka! Kenapa Keluarga Caonata bisa punya keturunan sepertimu!"Semua orang terus memak
"Omong kosong!" Ketika melihat pisau tersebut, Kevin langsung melemparkannya dan menegur, "Aku tahu seperti apa karakter Bianca. Dia nggak mungkin melakukan hal seperti ini! Pasti ada salah paham di balik semua ini!"Begitu mendengar putrinya dalam masalah, Kevin bergegas pulang. Tanpa diduga, dia malah melihat Bianca didesak sampai seperti ini. Menghukum sesuai aturan keluarga? Kepala keluarga saja belum bersuara, siapa yang berani memberi hukuman?"Paman, kita nggak mungkin bisa tahu apa yang dipikirkan seseorang." Ivan menggeleng sembari meneruskan, "Hanya kalian berdua yang punya kunci gudang harta karun. Kalau bukan Bianca yang melakukannya, jangan-jangan ... kamu?"Lancang sekali!" Kevin sontak memelotot sambil membentak, "Sebagai kepala keluarga, aku selalu bertindak dengan jujur. Mana mungkin aku melakukan sesuatu yang merugikan keluarga sendiri?""Aneh sekali. Kalau bukan kamu ataupun Bianca, masa ada setan di rumah ini?" timpal Ivan dengan nada misterius.Meskipun Kevin selal
Begitu melihat pria itu, Kevin dan Bianca sama-sama mengernyit. Mereka merasa sangat gelisah sekarang."Paman Kevin, seharusnya kamu kenal orang ini, 'kan?" Ivan berjalan mengitari pengurus itu, lalu meneruskan dengan nada sinis, "Orang ini ingin kabur dengan membawa harta karun keluarga kita. Untungnya, aku berhasil menangkapnya. Setelah diinterogasi, dia baru mau berbicara jujur dan mengakui kesalahannya. Kunci gudang ini adalah buktinya.""Hei, kenapa diam saja? Ini kesempatanmu untuk menebus semua dosamu!" teriak Zeona yang maju dan menendang pria itu."Bukan salahku, ini bukan salahku!" Pria itu buru-buru berlutut, lalu menunjuk Bianca dan berteriak, "Nona Bianca yang menyuruhku melakukan semua ini! Aku hanya menuruti perintahnya! Aku nggak tahu apa-apa, jangan bunuh aku!"Sambil berbicara, pria terus bersujud di lantai. Melihat ini, ekspresi Bianca seketika menjadi masam. Dia menegur, "Omong kosong apa yang kamu katakan? Sejak kapan aku menyuruhmu melakukan hal seperti itu?""Non
"Apa? Mengundurkan diri?" Begitu ucapan ini dilontarkan, semua orang sontak heboh. Sejak Kevin menjadi kepala keluarga, dia mengurus semuanya dengan sangat baik tanpa kenal lelah. Hampir semua orang tunduk kepadanya. Keputusan yang mendadak ini membuat mereka sulit untuk menerimanya."Ayah, masalah ini terjadi karenaku. Biar aku saja yang dihukum, kamu nggak perlu menggantikanku!" seru Bianca yang panik.Mundur dari jabatan kepala keluarga dan menyerahkan seluruh aset. Itu artinya, kerja keras ayahnya selama puluhan tahun ini akan hancur begitu saja. Mereka akan hidup miskin dan tidak berkesempatan untuk membalikkan situasi."Diam! Kamu nggak pantas bicara!" tegur Kevin yang menoleh. Baginya, tidak ada yang lebih penting dari putrinya."Kevin, kamu yakin dengan keputusanmu?" Tebersit kegembiraan pada tatapan Juno. Akan tetapi, dia segera menenangkan dirinya kembali."Kevin, mundur dari jabatan bukan hal sepele. Sebaiknya kamu pertimbangkan baik-baik dulu," ucap Billy yang mengelus dagu
"Mengingat Bianca baru pertama kali melakukan kesalahan dan langsung mengakui kesalahannya, hukumannya bisa diampuni untuk kali ini." Setelah mengatakan hal itu, Juno mengalihkan pembicaraan, "Tapi, karena kerugian yang dialami keluarga cukup besar, kamu harus mengganti rugi. Begini saja, asalkan kamu bisa menyerahkan resep Pil Dua Warna, masalah hari ini kita anggap nggak pernah terjadi.""Resep Pil Dua Warna?" Bianca mengerutkan alisnya dan menolak, "Nggak mungkin!"Bianca sendiri tidak merasa bersalah, dia hanya mengalah karena tidak ingin memperumit masalah. Tak disangka, orang ini malah semakin menjadi-jadi dan mengincar resep Pil Dua Warna miliknya. Benar-benar serakah!Perlu diketahui bahwa resep Pil Dua Warna ini adalah harta yang tak ternilai harganya. Selama masih ada resep ini, Bianca masih bisa tetap bangkit kembali meskipun harus menyerahkan seluruh hartanya."Bianca! Paman sedang memberimu kesempatan, jangan nggak tahu diri!" bentak Ivan. Pil Dua Warna adalah benda yang s