"Omong kosong!" Ketika melihat pisau tersebut, Kevin langsung melemparkannya dan menegur, "Aku tahu seperti apa karakter Bianca. Dia nggak mungkin melakukan hal seperti ini! Pasti ada salah paham di balik semua ini!"Begitu mendengar putrinya dalam masalah, Kevin bergegas pulang. Tanpa diduga, dia malah melihat Bianca didesak sampai seperti ini. Menghukum sesuai aturan keluarga? Kepala keluarga saja belum bersuara, siapa yang berani memberi hukuman?"Paman, kita nggak mungkin bisa tahu apa yang dipikirkan seseorang." Ivan menggeleng sembari meneruskan, "Hanya kalian berdua yang punya kunci gudang harta karun. Kalau bukan Bianca yang melakukannya, jangan-jangan ... kamu?"Lancang sekali!" Kevin sontak memelotot sambil membentak, "Sebagai kepala keluarga, aku selalu bertindak dengan jujur. Mana mungkin aku melakukan sesuatu yang merugikan keluarga sendiri?""Aneh sekali. Kalau bukan kamu ataupun Bianca, masa ada setan di rumah ini?" timpal Ivan dengan nada misterius.Meskipun Kevin selal
Begitu melihat pria itu, Kevin dan Bianca sama-sama mengernyit. Mereka merasa sangat gelisah sekarang."Paman Kevin, seharusnya kamu kenal orang ini, 'kan?" Ivan berjalan mengitari pengurus itu, lalu meneruskan dengan nada sinis, "Orang ini ingin kabur dengan membawa harta karun keluarga kita. Untungnya, aku berhasil menangkapnya. Setelah diinterogasi, dia baru mau berbicara jujur dan mengakui kesalahannya. Kunci gudang ini adalah buktinya.""Hei, kenapa diam saja? Ini kesempatanmu untuk menebus semua dosamu!" teriak Zeona yang maju dan menendang pria itu."Bukan salahku, ini bukan salahku!" Pria itu buru-buru berlutut, lalu menunjuk Bianca dan berteriak, "Nona Bianca yang menyuruhku melakukan semua ini! Aku hanya menuruti perintahnya! Aku nggak tahu apa-apa, jangan bunuh aku!"Sambil berbicara, pria terus bersujud di lantai. Melihat ini, ekspresi Bianca seketika menjadi masam. Dia menegur, "Omong kosong apa yang kamu katakan? Sejak kapan aku menyuruhmu melakukan hal seperti itu?""Non
"Apa? Mengundurkan diri?" Begitu ucapan ini dilontarkan, semua orang sontak heboh. Sejak Kevin menjadi kepala keluarga, dia mengurus semuanya dengan sangat baik tanpa kenal lelah. Hampir semua orang tunduk kepadanya. Keputusan yang mendadak ini membuat mereka sulit untuk menerimanya."Ayah, masalah ini terjadi karenaku. Biar aku saja yang dihukum, kamu nggak perlu menggantikanku!" seru Bianca yang panik.Mundur dari jabatan kepala keluarga dan menyerahkan seluruh aset. Itu artinya, kerja keras ayahnya selama puluhan tahun ini akan hancur begitu saja. Mereka akan hidup miskin dan tidak berkesempatan untuk membalikkan situasi."Diam! Kamu nggak pantas bicara!" tegur Kevin yang menoleh. Baginya, tidak ada yang lebih penting dari putrinya."Kevin, kamu yakin dengan keputusanmu?" Tebersit kegembiraan pada tatapan Juno. Akan tetapi, dia segera menenangkan dirinya kembali."Kevin, mundur dari jabatan bukan hal sepele. Sebaiknya kamu pertimbangkan baik-baik dulu," ucap Billy yang mengelus dagu
"Mengingat Bianca baru pertama kali melakukan kesalahan dan langsung mengakui kesalahannya, hukumannya bisa diampuni untuk kali ini." Setelah mengatakan hal itu, Juno mengalihkan pembicaraan, "Tapi, karena kerugian yang dialami keluarga cukup besar, kamu harus mengganti rugi. Begini saja, asalkan kamu bisa menyerahkan resep Pil Dua Warna, masalah hari ini kita anggap nggak pernah terjadi.""Resep Pil Dua Warna?" Bianca mengerutkan alisnya dan menolak, "Nggak mungkin!"Bianca sendiri tidak merasa bersalah, dia hanya mengalah karena tidak ingin memperumit masalah. Tak disangka, orang ini malah semakin menjadi-jadi dan mengincar resep Pil Dua Warna miliknya. Benar-benar serakah!Perlu diketahui bahwa resep Pil Dua Warna ini adalah harta yang tak ternilai harganya. Selama masih ada resep ini, Bianca masih bisa tetap bangkit kembali meskipun harus menyerahkan seluruh hartanya."Bianca! Paman sedang memberimu kesempatan, jangan nggak tahu diri!" bentak Ivan. Pil Dua Warna adalah benda yang s
Melihat Luther yang begitu kejam, hati Bianca merasa senang. Sorot matanya berkobar menatap Luther. Rasanya puas sekali dilindungi oleh pria yang dicintainya."Berengsek! Tampaknya kamu nggak akan tahu kehebatan Keluarga Caonata kalau nggak diberi pelajaran!" Zeona langsung murka karena merasa dipermalukan Luther. "Pengawal, tangkap bocah ini!"Begitu perintah itu dilontarkan, belasan pengawal Keluarga Caonata langsung menyerbu Luther dengan penuh niat membunuh."Lancang sekali kalian!" Sebelum Luther turun tangan sendiri, Johan telah berkelebat melewati semua orang, lalu melakukan salto di udara. Dia mendarat dengan indah, mengadang di hadapan semua pengawal Keluarga Caonata. Setelah itu, dia melayangkan sebuah pukulan ....Duar!Seiring dengan suara ledakan, energi sejati meluap dari pukulannya. Belasan pengawal itu terpelanting dan mendarat dengan keras di lantai. Gelombang pukulan yang dahsyat itu berubah menjadi deru angin dan membuat semua anggota Keluarga Caonata terhempas mun
Saat jarak mereka semakin dekat, Ivan membalikkan tubuhnya, lalu melayangkan tinju ke arah wajah Johan. Ketika tinju itu hampir mengenai dirinya, Johan tiba-tiba mengulurkan tangannya untuk menangkap tinju Ivan.Bum! Terdengar suara ledakan. Energi sejati pada tinju Ivan langsung dihancurkan hingga tak berdaya."Apa?" Ivan kaget melihat kejadian ini. Dia tidak menyangka tinju yang dikerahkannya dengan sekuat tenaga ini bisa dihancurkan oleh lawannya dengan mudah."Hanya begini saja?" tanya Johan dengan cuek. Setelah itu, dia meremas tangan Ivan hingga terdengar suara derakan tulang. Tangan Ivan langsung patah."Argh ...!" teriak Ivan dengan histeris. Namun di tengah teriakannya, Johan kembali menendang Ivan hingga terbang menabrak dinding dan memuntahkan darah. Situasi ini membuat semua anggota Keluarga Caonata terperangah.Perlu diketahui, kemampuan bela diri Ivan adalah yang terhebat di antara semua orang. Di Keluarga Caonata ini, tidak ada seorang pun yang bisa menandinginya. Hanya
Tengah malam, di dalam Vila Embun."Paman Kevin, lukamu sudah nggak berbahaya. Kamu hanya perlu beristirahat beberapa hari lagi." Setelah selesai membalut luka Kevin, Luther memberinya sebutir Pil Penambah Darah. Untungnya, ketiga tusukan ini tidak mengenai organ vital Kevin. Kalau tidak, luka ini pasti akan sangat sulit ditangani."Luther, terima kasih atas bantuanmu malam ini." Kevin tersenyum dengan wajah ramah. Entah sejak kapan, dia telah menganggap Luther sebagai calon menantu terbaiknya."Nggak usah sungkan, ini hanya masalah kecil." Luther tersenyum tipis, lalu menimpali, "Paman Kevin, aku penasaran. Padahal kamu jelas-jelas bisa menangani situasi, kenapa kamu memilih untuk menusuk dirimu sendiri tiga kali?"Para pengawal rahasia Keluarga Caonata masih dalam kendali Kevin, situasi tadi jelas-jelas masih bisa ditangani jika Kevin mengambil keputusan tegas. Kenapa sekarang malah jadinya Kevin kehilangan kekuasaan dan semua hartanya?"Jelas sekali ada yang berulah dalam masalah ha
Kesuksesan Keluarga Caonata saat ini adalah hasil dari akumulasi usaha mereka selama ratusan tahun. Memulai kembali semuanya dari awal bukanlah hal yang mudah."Ayah tenang saja, aku nggak pernah kalah dari siapa pun untuk masalah bisnis," pinta Bianca dengan percaya diri."Bagaimana rencanamu selanjutnya?" tanya Kevin."Prospek di sini nggak terlalu bagus, aku berencana untuk mengembangkan usaha di Midyar. Dengan Pil Dua Warna sebagai produk utama, aku ingin mengembangkan bisnisku sendiri," ujar Bianca dengan tekad kuat."Ke Midyar?" Kevin mengernyit, lalu melanjutkan, "Sepertinya Keluarga Caonata nggak punya koneksi di Midyar. Takutnya kamu akan sangat kesulitan kalau pergi ke sana.""Ayah, apa kamu sudah lupa bahwa Kakek bertugas di Midyar? Dengan perlindungannya, nggak akan ada yang berani menindasku di sana." Bianca tersenyum tipis."Sepertinya kamu sudah punya rencana." Kevin mengangguk dan menimpali, "Kalau begitu, semoga kamu beruntung."Dengan kemampuan putrinya dan dukungan d