Ketika melihat pria berpakaian hitam yang bahkan tidak sanggup menahan 3 serangan lawan, para anggota Aliansi Bela Diri Jiman pun menjadi murung.Benar-benar lemah! Dari awal hingga akhir pertarungan, pria berpakaian hitam ini tidak pernah sekali pun menahan serangan Zavier. Jangankan menguras energi sejati lawan, Zavier bahkan mungkin belum selesai meregangkan ototnya."Sialan, kenapa Aliansi Bela Diri Jiman mengutus orang selemah ini sih? Memalukan sekali!""Aku benar-benar merasa malu melihat mereka ditekan terus oleh Aliansi Bela Diri Jiberia!""Kalau tahu mereka selemah ini, aku nggak akan datang untuk menonton hari ini. Buat kesal saja!"Kerumunan mulai memaki. Kekalahan satu kali masih bisa dimaafkan. Namun, siapa yang bisa terima kalau kalah berturut-turut, bahkan terus ditekan oleh lawan?Harus diketahui bahwa tempat ini adalah wilayah Jiman. Kebanyakan penonton datang kemari untuk menyemangati pesilat Jiman. Itu sebabnya, mereka merasa geram melihat lawan mengalahkan pesilat
Ahli bela diri yang sesungguhnya telah tiba di arena. Semua orang berharap Levin bisa memulihkan reputasi Aliansi Bela Diri Jiman."Siapa kamu? Cepat sebutkan namamu!" tanya Zavier sembari mengarahkan tombaknya ke arah Levin dengan garang."Levin, ahli bela diri ke-12 Peringkat Langit," jawab Levin yang menatap Zavier dengan tajam dan lekat-lekat."Ternyata kamu." Zavier memicingkan matanya, ekspresinya menjadi lebih serius. Mereka sama-sama menduduki posisi puncak di Peringkat Langit, hanya selisih satu tempat.Dengan kata lain, kemampuan kedua belah pihak seharusnya hampir sama. Jika meremehkan lawan, mereka bisa kalah kapan saja."Aku pasti mengalahkanmu hari ini. Setelah menang, aku akan menduduki posisi 10 besar Peringkat Langit. Kamu hanya akan menjadi batu loncatanku," ujar Levin seraya menghunuskan goloknya."Masa? Kalau begitu, mari kita lihat kamu punya kemampuan seperti itu nggak!" sahut Zavier sambil terkekeh-kekeh sinis. Dia memegang tombak dengan kedua tangan dan bersiap-
"Gawat ... kita benar-benar kalah.""Kenapa bisa begini? Masa kita nggak menang sekali pun?""Kompetisi seni bela diri kali ini adalah penghinaan bagi pesilat Jiman!"Begitu Levin dikalahkan, Aliansi Bela Diri Jiman langsung berduka. Ada yang marah, sedih, kecewa, dan pasrah.Pada kompetisi sebelumnya, kedua belah pihak jelas-jelas sama kuat, bahkan pertarungannya sangat seru. Tidak peduli menang atau kalah, setidaknya tidak memalukan seperti ini.Namun, kompetisi seni bela diri kali ini malah begitu menyedihkan. Tiga ronde pertama hancur total, sama sekali tidak ada yang menarik. Sementara itu, ronde keempat memang seru, tetapi mereka tetap kalah. Kekalahan berturut-turut ini sungguh memalukan."Nggak, nggak mungkin! Kak Levin jelas-jelas tak tertandingi, mana mungkin dia kalah?""Jelas-jelas Kak Levin yang menusuk Zavier duluan, tapi malah dihempas ke bawah arena. Benar-benar disayangkan!"Para murid Sekte Ilmu Kegelapan yang menonton pertarungan ini sulit memercayai hasilnya. Kekuat
Luther melirik sekilas, lalu segera menarik tangannya. Sementara itu, senior kedua itu mendengus dingin dan mengejek, "Dia? Apa hebatnya dia? Mana mungkin dia bisa disetarakan dengan Kak Levin?""Ya! Kak Levin menempati posisi ke-12 di Peringkat Langit. Bocah ini bahkan nggak pantas mengangkat sepatu Kak Levin!" sahut si pria kekar dengan lantang."Kalau senior kalian memang begitu hebat, kenapa dia malah kalah tadi?" tanya Luther tiba-tiba.Hanya pertanyaan sederhana, tetapi membuat mereka semua tidak bisa berkata-kata. Levin bersuara, "Aku memang kalah, tapi kamu rasa dirimu bisa menang? Dengan kemampuanmu, kamu nggak akan bisa menahan 3 serangan Zavier.""Masa? Kita lihat saja nanti," timpal Luther sembari tersenyum tipis dan tidak berbicara lagi. Daripada berbasa-basi di sini, lebih baik dia membuktikan kemampuannya sendiri."Lihat! Zavier sudah turun dari arena, sekarang giliran pesilat Jiberia lain!" seru seseorang tiba-tiba.Semua pandangan seketika tertuju pada arena. Zavier ya
Begitu melihat Luther, Thomas benar-benar kabur tanpa mengucapkan apa pun. Kedua tangan dan kakinya bergerak secara gila-gilaan, membuatnya terlihat seperti ikan yang berjuang mati-matian agar tidak ditangkap."Eee ...." Levin sungguh terkesiap melihat situasi ini, begitu juga dengan si pria kekar, murid Sekte Ilmu Kegelapan, beserta anggota Aliansi Bela Diri Jiman dan Jiberia.Semuanya tercengang dan tidak percaya. Tidak ada yang menyangka bahwa murid utama Sekte Ilmu Kegelapan sekaligus ahli bela diri ke-10 Peringkat Langit akan melarikan diri dengan begitu panik.Tingkah Thomas ini persis dengan orang yang bertemu setan. Kalau tidak melihatnya secara langsung, mereka tidak akan percaya dengan adegan ini."Si ... situasi macam apa ini? Kenapa dia malah kabur?""Sialan, apa-apaan ini? Dia belum bertarung, tapi sudah menyerah?""Apa Thomas itu sudah gila? Dilihat dari penampilannya, dia seperti kerasukan."Sesudah hening sejenak, semua orang sontak menjadi heboh. Baik Aliansi Bela Diri
Titus mengernyitkan alisnya. Franky dan beberapa orang lainnya juga ikut merasa takut. "Guru! Sebaiknya kita pulang saja. Aku nggak mau ikut kompetisi seni bela diri lagi!" kata Thomas hampir menangis.Kejadian yang dialaminya dua hari lalu adalah mimpi buruk baginya. Thomas selalu menganggap dirinya berbakat dan memiliki kemampuan yang mencengangkan. Sejak reputasinya terkenal, dia belum pernah kalah sekali pun. Tak disangka, malam itu dia malah bertemu dengan dua orang monster.Pertama dia dipukul hingga memuntahkan darah oleh seorang wanita dengan gelas. Pria yang muncul selanjutnya bahkan lebih mengerikan lagi. Dia hampir saja membunuh Thomas hanya dengan guncangan dari tubuhnya!Sejak malam itu, harga diri Thomas telah diinjak-injak sepenuhnya. Dalam lubuk hati terdalamnya telah diliputi trauma. Jadi, saat melihat Luther, dia ketakutan hingga ingin melarikan diri. Thomas sama sekali tidak peduli lagi dengan harga dirinya."Thomas, jangan gugup. Malam itu hanya sebuah kecelakaan, m
"Hm?" Suara yang tiba-tiba terdengar ini membuat ketiga orang itu terpelongo. Mereka menoleh ke arah sumber suara bersama-sama. Mereka melihat Luther sedang berdiri dengan kedua tangan di belakang punggungnya di tengah arena. Wajahnya tampak tenang dan dingin."Apa katamu tadi, Nak? Aku kurang jelas mendengarnya." Pria bergolok memicingkan matanya dengan ekspresi marah."Kubilang, kalian bertiga maju sama-sama saja. Dengan begitu, kita bisa hemat waktu dan kalian nggak perlu berebutan lagi, bukankah itu lebih bagus?" tanya Luther dengan tenang. Begitu ucapan itu dilontarkan, semua orang langsung gempar."Sialan! Orang ini sudah gila ya? Dia nggak mau hidup lagi?""Huh! Nggak tahu diri!"Semua orang menunjuk dan membicarakan hal ini dengan riuh. Mereka menatap Luther seakan-akan sedang melihat orang bodoh."Kak, menurutmu orang ini bodoh ya? Satu lawan satu saja dia nggak bisa menang, apalagi tiga lawan satu? Konyol sekali!" kata pria bergolok sambil tertawa sinis."Orang itu cuma cari
"Huh! Sombong sekali! Aku mau lihat seberapa hebat kemampuanmu!" Pria bergolok akhirnya tidak tahan lagi. Dia langsung menerjang sambil mengangkat goloknya, lalu menebaskannya ke arah Luther. Tebasan ini sangat kuat, bahkan mungkin bisa membelah gunung. Air danau di sekitarnya juga mulai bergejolak."Tebasan yang dahsyat!" puji semua orang dengan wajah kaget. Wajar saja orang ini bisa masuk dalam Peringkat Langit. Satu tebasannya saja bisa menimbulkan dampak yang begitu besar. Luther menggelengkan kepalanya. Bukannya mundur, dia justru maju untuk menyambut tebasan itu. Tiba-tiba, Luther melayangkan sebuah tinju yang dahsyat."Cepat sekali!" Pria bergolok itu terkejut seketika, dia menangkis tinju Luther dengan goloknya secara refleks.Bruk!Tinju Luther mendarat di pegangan golok. Seketika, pria bergolok itu terlempar sejauh belasan meter bersama goloknya. Setelah mendarat, pria bergolok bahkan terhuyung mundur beberapa langkah hingga akhirnya bisa berdiri dengan stabil."Mana mungkin?