Semenit kemudian, pintu mesin tekanan itu terbuka, Luther berjalan keluar dengan tenang. Penampilannya terlihat sangat santai, seakan-akan yang dirasakannya tadi bukan beban 100 kali lipat, melainkan hanya terpaan angin."Pengawas, aku seharusnya sudah lulus, 'kan?" tanya Luther dengan tenang."Ten ... tentu saja!" Setelah tercengang seketika, petugas Aliansi Bela Diri langsung mengangguk. Setelah ditekan dengan beban 100 kali lipat, orang ini masih bisa bertahan selama 1 menit? Apakah tubuhnya terbuat dari besi? Bukankah ini terlalu berlebihan?"Sialan! Dasar monster!" celetuk Gaia yang juga ikut terkejut.Keempat tes yang melibatkan kekuatan, kecepatan, energi internal, dan pertahanan, bisa dibilang semuanya lolos dengan sempurna. Umumnya, orang lain bahkan kesulitan melewati satu tes saja. Namun Luther malah bisa melewati semuanya, bahkan dengan standar yang melebihi kapasitas. Dirinya tidak punya kelemahan sama sekali. Apa lagi namanya kalau bukan monster?"Kak Luther memang hebat,
Kedua pengawas itu saling memandang, lalu menggelengkan kepala. "Kamu nggak usah tes lagi, langsung lulus saja.""Lulus?" Luther terkejut dan merasa agak kaget."Kami sudah melihat penampilanmu tadi dengan jelas. Harus diakui bahwa kami bukan lawanmu. Jadi, kamu bisa langsung lulus saja," kata salah satu pengawas sambil tersenyum getir."Generasi muda memang hebat. Aku percaya, kamu pasti akan menjadi kuda hitam di kompetisi seni bela diri kali ini," timpal pengawas lainnya memuji Luther. Luther telah berhasil memecahkan rekor di keempat tes sebelumnya. Mereka sadar tidak akan sanggup melawan orang sehebat Luther."Terima kasih," ucap Luther sambil memberi hormat lagi, lalu berjalan turun dari arena. Jelas sekali kedua pengawas itu adalah orang yang pandai menilai situasi. Dengan begitu, mereka juga tidak perlu menderita karena dihajar Luther."Sialan! Orang itu bahkan bisa lulus langsung tanpa tes! Bukankah itu terlalu nggak adil?""Apa boleh buat, dia terlalu kuat. Bahkan pengawas sa
Setelah lulus tes, Luther dan beberapa orang lainnya pun meninggalkan cabang Aliansi Bela Diri. Dalam perjalanannya pulang, Hani tiba-tiba menerima sebuah panggilan. Ekspresinya sontak berubah menjadi dingin."Baik, aku mengerti. Aku akan segera pulang." Setelah menjawab panggilan itu dengan singkat, Hani langsung mengakhiri panggilan."Hani, ada apa?" tanya Luther dengan penasaran."Telepon dari Midyar, katanya ada yang menuntutku menggerakkan pasukan sesuka hati dan berniat untuk memberontak. Mereka memintaku kembali untuk memberikan penjelasan," kata Hani dengan tenang."Memberontak? Omong kosong!" Mendengar hal itu, Gaia langsung murka. "Jenderal melindungi negara di perbatasan daan berjuang hingga titik darah penghabisan. Entah berapa banyak penderitaan yang telah dialami Jenderal. Sekelompok sampah di Midyar itu nggak melakukan apa pun, tapi malah mau memfitnah Jenderal. Keterlaluan!""Pejabat rendahan seperti itu pantas mati" Kiera yang tidak banyak bicara, akhirnya tidak kuasa
"Faksi Kirin kebetulan kurang ahli yang berbakat. Biarkan saja kalau mereka mau tinggal. Bentuk sebuah tim baru dengan Johan sebagai pemimpinnya," kata Luther memberi solusi."Baik," jawab Ronald mengangguk."Oh ya, ekspansi Faksi Kirin yang terlalu cepat bukanlah sebuah hal baik. Kita harus memperlambat langkah. Utamakan kualitas daripada kuantitas. Karena jumlah kita semakin bertambah, kita harus mengganti tempat yang lebih luas untuk dijadikan markas. Kuserahkan masalah ini padamu," kata Luther berpesan."Tuan Luther, masalah markas sudah kupertimbangkan sebelumnya. Aku juga sudah mencari beberapa tempat, hanya saja aku nggak tahu apakah Anda akan menyukainya atau tidak," kata Ronald."Oh ya? Di mana?" tanya Luther mengangkat alisnya."Vila Embun di pinggiran kota."Melihat Luther tidak bereaksi, Ronald buru-buru menjelaskan, "Tempat ini dulunya adalah kediaman adipati. Bukan hanya luas, tempat ini juga letaknya sangat bagus. Dekat dengan pegunungan, pemandangannya indah, transporta
"Maple?" Ucapan Luther semakin membuat Charlotte bingung. Pasalnya, kakak cantik ini menyebut dirinya Mawar."Kenapa? Kamu nggak mau mengaku? Apa perlu kubuka topengmu?" tanya Luther dengan datar."Hehe .... Dokter Muda, kamu makin jeli saja. Padahal aku sudah lama berdandan seperti ini, tapi tetap saja nggak bisa membohongimu." Maple tersenyum dengan tatapan yang menggoda."Kakak Cantik, nama aslimu Maple?" tanya Charlotte seraya mengerutkan keningnya. Dia merasa dibohongi."Mawar dan Maple sama-sama adalah namaku, aku nggak bohong padamu," ucap Maple menjelaskan."Untuk apa kamu ke sini? Tanya Luther. Dia selalu waspada menghadapi wanita yang mengerikan ini. Seseorang yang bahkan sanggup membunuh gurunya sendiri dan menyerahkannya kepada Keluarga Caonata, membuat Luther sulit untuk memercayainya sepenuhnya."Dokter Muda, kita sudah lama kenal, seharusnya sudah termasuk teman, 'kan? Bisa nggak jangan tunjukkan wajah dinginmu seperti itu padaku?" Maple mengelilingi Luther dengan tatapa
"Hm?" Luther mengernyit sedikit mendengarnya. Kemudian, dia mundur selangkah untuk menjaga jarak dan berkata, "Aku nggak akan membongkar identitasmu, tapi kamu harus bersikap lebih patuh. Aku akan terus mengawasimu.""Mengawasiku?" Yadira menggigit bibir ranumnya yang seksi sebelum bertanya, "Aku akan mandi nanti, kamu mau mengawasiku juga?""Dasar gila!" Luther malas meladeninya lagi. Dia langsung melewatinya dan pergi ke lantai atas untuk beristirahat.Untuk sekarang, bisa dipastikan bahwa Yadira tidak memiliki niat jahat padanya. Akan tetapi, lebih baik menjaga jarak dengan wanita seperti ini.Malam berlalu dengan tenang. Keesokan pagi, ketika Luther membawa Charlotte berolahraga, sebuah mobil van hitam tiba-tiba berhenti di depan pintu.Begitu pintu dibuka, terlihat Joshua yang berjalan masuk dengan ekspresi girang. "Kak Luther, selamat untukmu!"Joshua langsung menangkupkan tangannya, lalu tersenyum sembari meneruskan, "Hasil tes kemarin sudah keluar, kamu lolos. Hari ini, kamu da
Tuduhan mendadak seperti ini membuat Luther keheranan untuk sesaat. "Kenapa? Senior keempat kalian sudah mati?""Ya, semua gara-gara kamu! Kamu pembunuhnya!" sahut gadis gemuk itu dengan raut wajah murka."Hei, hei, yang benar sedikit kalau bicara. Apa hubungannya denganku? Jangan memfitnahku," timpal Luther dengan tidak acuh."Huh! Masih mau berdalih? Kalau bukan karena kamu menjebaknya, mana mungkin dia mati!" bentak gadis gemuk itu."Bocah, setelah tes tekanan kemarin, kamu sengaja nggak menurunkan tuasnya dan menipu seniorku untuk masuk. Begitu pintu ditutup, tubuhnya langsung meledak karena ditindih beban berat!" jelas si pria kekar.Mendengar penjelasan ini, Luther seketika tidak bisa berkata-kata. Sesudah lolos ujian, dia hanya tidak memulihkan mesin tersebut. Siapa sangka akan ada orang idiot yang langsung memulai tanpa melihat dulu? Bukankah ini sama saja dengan mencari mati?Luther tidak pernah melihat orang sebodoh ini! Parahnya, malah dia yang disalahkan setelah orang itu m
Ketika melihat racun yang menyebar dengan cepat, si gadis gemuk ketakutan hingga menangis. Dia tidak lagi bersikap sombong seperti sebelumnya.Whoosh! Tanpa mengatakan apa pun, Levin sontak memotong lengan si gadis gemuk. Gadis itu tentu tertegun sesaat. Sesudah menatap lengan di tanah dan darah yang menyembur, dia baru bereaksi dan berteriak histeris. Saat berikutnya, kepalanya miring karena jatuh pingsan."Setelah kompetisi seni bela diri ini berakhir, aku akan membuat kalian menanggung konsekuensinya," ujar Levin, lalu langsung pergi dengan galak."Kak Luther, Levin ini sangat berbahaya. Sebaiknya kalian hati-hati," ucap Joshua untuk mengingatkan."Justru dia yang harus hati-hati, bukan aku," balas Luther dengan tidak acuh. Jika bukan karena Joshua, Luther mungkin sudah melumpuhkan Levin."Waktu kita terbatas, kita temui Tuan Larry dulu." Joshua memberi isyarat tangan mempersilakan, lalu membawa Luther dan lainnya memasuki sebuah vila mewah di pinggir danau.Vila ini didekorasi deng