"Tentu saja bisa. Aku percaya semua teman Tuan adalah pahlawan pemberani!" Seusai menyanjung, Nathan melambaikan tangannya untuk menginstruksi, "Lepaskan mereka."Dalam sekejap, rantai besi yang mengikat Johan dan lainnya dilepaskan. Ekspresi mereka pun dipenuhi ketidakpercayaan, seolah-olah semua ini hanya mimpi. Awalnya, mereka mengira tidak akan pernah terbebas dari Penjara Iblis untuk seumur hidup. Akan tetapi, mereka malah dilepaskan hari ini. Benar-benar kabar gembira!"Terima kasih banyak, Tuan Nathan!" seru Johan dan lainnya sambil berlutut kembali."Kalian seharusnya berterima kasih pada Tuan Luther," ujar Nathan yang memahami situasi."Terima kasih banyak, Tuan Luther!" Semua orang buru-buru bersujud sambil menangis terharu. Kini, Luther tidak ada bedanya dengan penyelamat mereka."Bagaimanapun, aku anggota Faksi Bengis, mana mungkin membiarkan kalian menderita. Ayo, sama-sama keluar," sahut Luther sambil tersenyum. Kemudian, dia segera meninggalkan penjara tersebut.Meskipun
Kedekatan Luther dan Hani sungguh mengejutkan mereka semua. Bukan hanya sekelompok orang yang baru keluar dari penjara, tetapi juga kedua wakil jenderal Hani.Gaia dan Kiera benar-benar tercengang. Sepengetahuan mereka, Hani selalu bersikap tegas dan kejam saat membunuh. Wanita ini juga selalu memasang ekspresi dingin dan angkuh. Ketika mengamuk, dia bahkan terlihat sangat mengerikan. Bisa dibilang, dia akan membunuh siapa pun yang menghalanginya.Biasanya, pria yang berani menyentuh Hani pasti akan mengalami patah tangan atau kaki. Akan tetapi, Hani justru tidak marah saat kepalanya dielus oleh pria ini. Sebaliknya, wajahnya tampak berseri-seri. Jika tidak melihat sendiri, mereka tidak akan percaya bahwa Hani memiliki sisi lembut seperti ini. Apa ini masih Dewi Perang Hani yang menakutkan itu?"Kak Gerald, apa kabarmu?" tanya Hani dengan perasaan campur aduk saat melihat wajah familier ini.Mereka sudah tidak bertemu selama 10 tahun. Kini, Putra Kirin yang dulunya dipenuhi semangat te
"Jangan begitu gugup, aku tahu masalah ini nggak ada kaitannya denganmu. Tapi, pasti ada kaitan dengan orang-orang di bawahmu," ujar Luther untuk memberi petunjuk."Baik, aku mengerti. Aku akan segera memeriksanya, tolong tunggu sebentar." Tanpa rasa ragu sedikit pun, Nathan bergegas melaksanakan tugasnya.Tidak berselang lama, Nathan kembali dengan membawa Denny yang wajahnya babak belur. Dia pun melemparkan Denny ke hadapan Luther, lalu berkata, "Tuan, dia pelakunya. Kamu boleh memukulnya sesuka hati. Jika khawatir tanganmu kotor, aku bisa membantumu.""Tuan, tolong jangan bunuh aku! Ini bukan kesalahanku, seseorang memberiku uang dan menyuruhku menangkapmu. Tolong ampuni aku!" mohon Denny yang benar-benar ketakutan. Dia bahkan bersujud sampai kepalanya berdarah."Siapa yang menyuruhmu menangkapku?" tanya Luther."Tu ... Tuan Muda Keluarga Japardy, Andrew!" jawab Denny."Sesuai dugaanku," gumam Luther sambil memicingkan mata. Dia hanya mencurigai Andrew sebelum ini, tetapi sekarang d
Di pintu masuk aula, terlihat Ariana yang mengenakan gaun pesta berwarna hitam perlahan-lahan berjalan masuk. Parasnya cantik, bodinya ramping, dan auranya tampak elegan.Begitu Ariana masuk, tatapan semua orang langsung tertuju padanya. Ada yang takjub, iri, kagum, dan bergairah."Kak, kalau tahu begini, aku nggak akan menemanimu. Aku susah payah berdandan, tapi semua orang hanya melihatmu," keluh Roselyn yang berjalan di samping dengan kesal.Roselyn tahu bahwa ini adalah acara Andrew. Lantaran akan bertemu para tokoh penting, dia sampai meluangkan waktu untuk berdandan. Gaun yang dikenakannya bahkan seharga ratusan juta, apalagi perhiasannya.Roselyn mengeluarkan modal besar untuk menghadiri pesta ini, tetapi tidak ada yang melihatnya. Ini bukan karena dirinya tidak cantik, tetapi Ariana sudah terlalu menawan. Wanita mana pun pasti kalah jika bersanding dengannya, kecuali Bianca."Nona Ariana, kamu sudah datang." Saat ini, kerumunan membuka jalan untuk Andrew. Malam ini, dia mengena
Ariana mengerutkan alisnya dan berkata dengan wajah cemas, "Nggak bisa, aku harus pergi menolongnya!" Usai bicara, dia pun hendak keluar."Kak Ariana!" teriak Roselyn sambil menahannya. Setelah itu dia berkata, "Apa gunanya kamu pergi sekarang? Orang yang masuk ke Penjara Iblis nggak akan bisa keluar lagi, ini adalah sesuatu yang sudah pasti. Kalau kamu sembarangan, nanti pasti akan terkena masalah juga!""Lalu harus bagaimana? Nggak mungkin aku diam saja melihat dia menderita, 'kan?" kata Ariana panik. Dia tahu bahwa Penjara Iblis adalah tempat yang berbahaya. Semakin lama di sana, penderitaannya juga akan semakin besar."Kak Ariana, tenang dulu. Bukankah masih ada Andrew?" Roselyn melihat ke arah Andrew, lalu berkata, "Jenderal Andrew sangat berkuasa dan posisinya juga sangat tinggi. Seharusnya nggak susah untuk menolong seseorang dari Penjara Iblis, 'kan?""Jenderal Andrew?" gumam Ariana seraya melihat ke arah Andrew dengan penuh penantian."Penjara Iblis termasuk dalam daerah yang
"Apa? Orang ini sudah dibebaskan secepat itu?" Melihat Luther masuk, Venick tampak terkesiap. Dia mengira Andrew hanya berpura-pura, tak disangka dia benar-benar menyuruh bawahannya untuk menyelamatkan Luther.Masalahnya adalah, Luther ditangkap karena Andrew menggunakan koneksinya untuk melakukan haal itu. Kini tiba-tiba dilepaskan begitu saja, apa maksudnya semua ini? Bukankah itu hanya pekerjaan yang sia-sia? Kalaupun ingin memenangkan hati seorang wanita, tidak perlu sampai serumit itu, 'kan?"Aneh sekali, kenapa dia bisa keluar?" gumam Andrew yang sama kagetnya. Orang lain mungkin tidak tahu, tetapi dirinya sangat jelas. Dia sama sekali tidak menyuruh bawahannya untuk menghubungi kepala sipir. Apalagi, waktunya sekarang juga sudah tidak sempat lagi.Dengan kata lain, Luther pasti sudah dilepaskan jauh sebelumnya. Hal yang paling penting lagi adalah, tidak ada seorang pun yang bisa keluar dari Penjara Iblis. Tokoh tak penting sepertinya mana mungkin bisa keluar begitu saja? Jangan-
Perlu diketahui, Andrew adalah tuan muda Keluarga Japardy di Midyar, seorang jenderal muda di kemiliteran. Hanya dengan satu perintah darinya, Andrew bisa mengguncang seluruh provinsi ini. Apa Luther sudah tidak sayang nyawa berani memukul orang seperti ini?"Luther! Kamu benar-benar nggak tahu terima kasih! Kalau tahu begini jadinya, Jenderal Andrew seharusnya nggak usah menolongmu. Biarkan saja kamu mati di Penjara Iblis!" teriak Roselyn dengan marah. Padahal Andrew sudah berbaik hati menolongnya, bukankah tindakan Luther ini sama dengan air susu dibalas air tuba?"Berani sekali kamu memukulku? Apa kamu tahu akibatnya?" Andrew meraba pipinya yang terasa panas. Seketika, suasana hatinya menjadi muram. Sejak kecil hingga dewasa, tidak pernah ada yang berani menamparnya."Memangnya kenapa kalau aku memukulmu? Kamu membuatku dipenjara, apa nggak seharusnya aku memukulmu?" tanya Luther dengan dingin."Luther, kamu bicara sembarangan apa lagi? Jelas-jelas Andrew yang menolongmu!" kata Aria
"Hm?" Luther memegang pipinya yang terasa panas. Kemudian, dia menoleh pada Ariana dengan tatapan tak percaya. Dia tidak menyangka Ariana akan menamparnya hanya demi seorang pria yang baru dikenalnya. Dia merasa seperti jantungnya ditusuk oleh Ariana."Aku ...." Ariana melihat tangannya sendiri, lalu terdiam. Dia baru merasa menyesal setelah memukul Luther. Dia hanya ceroboh sesaat karena terlalu panik tadi. Jika tidak menghentikan Luther, akibatnya akan sangat fatal. Andrew adalah seorang jenderal militer yang memiliki kekuasaan besar, Luther akan dijatuhi hukuman mati jika melukai Andrew."Kamu memukulku?" Luther tampak kaget. "Demi orang yang baru dikenal ini, kamu memukulku?""Luther, tenangkan dirimu. Aku melakukan ini demi kebaikanmu," ujar Ariana menjelaskan."Tenangkan diri?" Luther tertawa sinis, tatapannya terlihat sangat kecewa. "Ariana, mau bagaimana aku menenangkan diri? Tadi sudah kubilang dengan jelas, Andrew yang membuat perangkap untuk menjebakku. Dia hanya berlagak or