Pada saat ini, banyak orang mulai mengalami reaksi keracunan. Ada yang pusing, perutnya sakit, tangan dan kakinya kejang. Gejalanya berbeda-beda, tetapi semua itu berdampak besar pada proses meracik pil. Sayangnya, mereka tidak bisa mundur lagi sekarang. Jalan satu-satunya adalah tetap bertahan untuk melanjutkan meracik pil.Saat itu, seorang tetua berjenggot putih tiba-tiba bertanya, "Ketua, menurut Anda, siapa yang akan menjadi peringkat pertama hari ini?""Declan dan Vania cukup bagus. Mereka punya bakat yang mencolok dalam bidang medis, tapi aku lebih tertarik dengan pemuda itu," kata Paulo sambil mengalihkan pandangannya ke Luther."Dia?"Tetua berjenggot putih melirik ke arah Luther dan merasa aneh. "Ketua, pemuda itu hanya orang yang nggak terkenal, tadi dia hanya beruntung bisa menebaknya. Dibandingkan dengan genius seperti Declan dan Vania, dia masih kalah jauh."Baik dari latar belakang keluarga, bakat alami, atau keahlian medis, kedua belah pihak berada pada tingkat yang ber
Duar!Saat tungku pemurnian pil Luther meledak, semua orang secara refleks menoleh ke arahnya. Ada yang terkejut, bingung, dan bahkan ada yang merasa senang melihatnya. Terutama Declan dan Vania yang tertawa terbahak-bahak."Hahaha .... Tungku pemurnianmu meledak, ya? Aku pikir kamu sehebat apa, ternyata hanya begini saja?" sindir Declan.Saat melihat penampilan Luther yang mengesankan sebelumnya, Declan menganggap Luther sebagai saingannya, sehingga dia meracik pil tadi dengan seluruh kemampuannya. Namun sekarang, Declan merasa dirinya terlalu berlebihan. Orang yang tungku pemurniannya meledak tidak pantas menjadi saingannya."Ternyata, sampah tetap sampah. Keberuntungan sesaat tidak akan mengubah apa pun. Menerima sedikit tekanan saja, dia sudah kembali ke bentuk aslinya," kata Vania dengan cuek.Vania berpikir bagaimana seorang dokter desa rendahan seperti ini bisa dibandingkan dengan genius dari Sekte Dokter Sakti sepertinya?"Ketua, selama ini Anda pandai menilai orang, tapi hari
Warna, aroma, dan ukuran pil ini semuanya telah berubah. "Huh! Memangnya kenapa kalau berhasil meracik pil? Kualitasnya terlihat jelek!" kata Vania sambil melipat tangannya dan sikapnya terlihat angkuh."Benar! Penilaian dalam ujian kedua adalah kualitas pil dan hasil pil dari tungku meledak ini jelas barang sampah, sama sekali nggak pantas dibahas!" kata Declan dengan percaya diri lagi.Pil yang dihasilkan Declan adalah pil kelas atas, sedangkan milik Luther mungkin hanya pil kelas rendah. Mereka benar-benar berada dalam kategori yang berbeda."Aneh ...."Setelah memeriksa pil itu sejenak, pengawas berbaju hitam tidak berani mengambil keputusan sendiri. Dia hanya membawa pil penawar racun itu ke depan Paulo dan para tetua, lalu berbisik, "Ketua, para tetua, sepertinya ada masalah dengan pil ini. Aku merasa ragu.""Oh, ya? Coba aku lihat dulu." Tetua berjenggot putih menerima pil itu dan memeriksanya dengan saksama, lalu tertegun sejenak."Ketua, anak ini luar biasa, Anda lihat pil ini
"Apa? Menyesuaikan resepnya?" Perkataan Paulo ini mengejutkan semua orang.Perlu diketahui, setiap pembuatan resep pil membutuhkan ratusan ribu kali percobaan. Entah menambahkan atau mengurangi bahan dalam resep akan mengganggu keseimbangan dan menyebabkan pil tidak bisa terbentuk. Menyesuaikan resep pil seperti ini memerlukan bakat yang sangat tinggi dan juga banyak eksperimen. Orang yang bisa langsung menyesuaikan resep pil di tempat dan berhasil dalam satu percobaan, itu artinya dia memiliki keberuntungan yang luar biasa atau dia adalah seorang genius yang luar biasa dalam ilmu medis."Tidak! Tidak mungkin!"Setelah terkejut sejenak, Declan menyuarakan keraguannya lagi. "Apa menyesuaikan resep pil begitu mudah? Dalam waktu yang begitu singkat, bahkan guruku juga tidak bisa menyesuaikan resep pil kelas atas menjadi resep pil kelas teratas, apalagi bocah tengik ini!""Benar! Dia hanya seorang dokter desa, kenapa dia bisa menyesuaikan resep pil?" kata Vania ikut memprotes.Meskipun Van
Paulo memandang ke sekeliling. Setelah tes kedua, kandidat menjadi makin sedikit. Para kandidat ini tentunya memiliki keterampilan medis yang tidak biasa dan berbakat sehingga bisa lolos."Aku dulu!" ujar seorang pria paruh baya dengan penuh percaya diri. Dia telah berkecimpung di dunia akupunktur selama 20 tahun. Setelah berjalan ke depan pria tua itu, dia mengamati dengan teliti dan memeriksa denyut nadinya. Kemudian, dia mengeluarkan jarum perak dan menancapkannya ke titik akupunktur bagian kaki.Namun, pria tua itu tidak menunjukkan reaksi apa pun. Si pria paruh baya hanya bisa mengernyit dan mencoba beberapa kali, tetapi semua usahanya sia-sia."Waktu sudah habis! Kamu didiskualifikasi!" seru pengawas berbaju hitam tiba-tiba."Sebentar, biarkan aku mencoba lagi," timpal pria paruh baya itu dengan agak enggan."Seret dia keluar!" Pengawas berbaju hitam itu malas bertele-tele sehingga langsung memerintahkan orang untuk menyeretnya."Huh! Dia nggak tahu sumber penyakitnya, tapi masih
"Bergerak! Jari kakinya bergerak!""Eh! Benar-benar ada reaksi! Luar biasa!""Murid utama Dokter Sakti Benji memang hebat!"Ketika melihat jari kaki pria tua itu bergerak, semua orang memperlihatkan ekspresi terkejut. Seluruh kandidat yang berhasil lolos ke tes ketiga jelas memiliki kemampuan dan bakat tak tertandingi. Namun, beberapa kandidat sebelumnya justru tidak berdaya saat mencoba mengobati penyakit pria tua itu.Alhasil, begitu Declan turun tangan, kaki si pria tua yang sudah lumpuh selama 8 tahun menunjukkan reaksi. Benar-benar luar biasa!"Pak Tua, gimana perasaanmu?" tanya Declan sambil mencabut jarum peraknya dan tersenyum."Aku ... aku sudah bisa merasakan kakiku!" jawab pria tua itu dengan terkejut sekaligus gembira. Sejak dirinya lumpuh, kakinya ini tidak bisa bereaksi tanpa peduli diberikan rangsangan seperti apa. Namun, kakinya justru terasa sedikit gatal sekarang.Terutama jari kaki bagian paling bawah, pria tua ini bahkan merasa dirinya sudah bisa mengontrolnya sedik
Pria tua itu mencubit pahanya dan merasakan sedikit sensasi sakit. Hal ini benar-benar mengejutkan baginya. Sebelumnya hanya jari kakinya yang bisa merasakan rangsangan, tetapi sekarang kakinya juga sudah bisa merasakan rangsangan. Dia merasa sangat gembira!"Sudah beres," ucap Vania sambil tersenyum puas saat melihat ada hasil."Kamu bisa menemukan metodenya dengan cepat, bahkan mencapai hasil yang sangat baik. Penilaian, pengalaman, dan bakatmu pantas dipuji. Kamu memang genius medis yang luar biasa!" puji pengawas berbaju hitam itu."Jadi, aku lolos tes ketiga ini?" tanya Vania sambil mengangkat alisnya dengan bangga."Tentu saja, kalian berdua sama-sama lolos," jawab pengawas itu sambil tersenyum.Mendengar ini, Declan dan Vania tampak sangat gembira. Sebelumnya, keduanya gagal mendapat nilai sempurna karena Luther. Untung saja, yang terakhir adalah kompetisi medis sehingga mereka berhasil membalikkan situasi."Hei, kamu lihat itu? Inilah kehebatan keterampilan medis kami berdua!"
Ketika melihat si pria tua tiba-tiba melompat dari kursi roda, semua orang langsung termangu. Satu per satu membelalakkan mata dengan terkejut. Tidak ada yang menduga bahwa pasien yang lumpuh selama 8 tahun bisa berdiri kembali secepat itu.Yang paling mengejutkan adalah Luther hanya menggunakan 1 jarum untuk menyembuhkan si pria tua. Genius macam apa ini?"Aku ... aku nggak salah lihat, 'kan? Pria tua itu ... memang melompat barusan?""Situasi macam apa ini? Hanya dengan 1 tusukan jarum, pasien sudah sembuh?""Ya ampun, bukankah keterampilan medis pemuda ini terlalu di luar nalar?"Setelah suasana hening sejenak, semua orang sontak menjadi heboh. Keraguan dan penghinaan yang ada sebelumnya seketika digantikan oleh keterkejutan."Nggak ... nggak mungkin! Bagaimana mungkin pasien yang sudah lumpuh selama 8 tahun bisa tiba-tiba berdiri?" ujar Declan sambil menggeleng dengan kuat. Dia tidak bisa memercayainya. Dia bahkan membutuhkan sebulan untuk menyembuhkan pasien, tetapi Luther hanya m
Setelah meninggalkan Grup Luca, Luther dan Bianca pergi ke mal terlebih dahulu untuk memberi berbagai hadiah. Mulai dari hadiah untuk para lansia dan anak-anak yang baru belajar berjalan, semua kerabat inti Keluarga Paliama mendapat hadiah. Setelah itu, mereka pergi ke toko barang antik untuk memilih sebuah lukisan kaligrafi yang bagus untuk Ezra.Menjelang senja, Luther yang sudah mempersiapkan semuanya mengunjungi kediaman Adipati Ezra untuk pertama kalinya. Kediaman ini terletak di pusat kota Midyar yang berbentuk kompleks rumah tradisional dengan area yang sangat luas.Ezra memiliki tiga putra dan seorang putri Putra sulung, Gusdur, bekerja di pemerintahan sebagai pejabat pangkat tiga dan statusnya sangat dihormati. Putra kedua, Gandara, bekerja di industri farmasi dengan kekayaan yang mencapai puluhan triliun dan menjadi pengusaha terkenal di Midyar. Putra bungsu, Gema, sukses di dunia militer dan kini menjabat sebagai perwira militer pangkat tiga.Sementara itu, putri kecil Ezra,
Selama Luther pergi, Bianca terus memikirkan dan selalu memperhatikan kabar dari Luther. Namun, meskipun sangat rindu, dia juga tidak pernah mengganggu Luther karena dia tidak ingin membuat fokus Luther terganggu dan memengaruhi urusan negara. Dia sangat memahami kesibukan Luther, sehingga terus menahan gejolak di hatinya dan mengalihkan perhatiannya dengan sibuk bekerja.Namun, setelah sekarang benar-benar bertemu dengan Luther, perasaan Bianca yang sudah lama terpendam akhirnya meledak. Rasa rindu selama berbulan-bulan berubah rasa sayang yang meluap dan air mata pun mengalir deras.Adegan ini membuat asisten wanita di samping Bianca tercengang. Dia tidak menyangka presdir mereka yang cantik ternyata hatinya sudah memiliki pemiliknya. Yang lebih mengejutkannya, Bianca yang biasanya tegas dan sangat berwibawa ternyata begitu lembut dan anggun di depan pria ini.Asisten wanita itu mulai mengamati Luther dengan saksama. Baik dari segi penampilan dan karisma, Luther memang luar biasa dan
Saat ini, Luther sudah duduk di pesawat untuk kembali ke Midyar. Perjalanan ke Gunung Narima kali ini penuh dengan rintangan.Dari kompetisi bela diri hingga invasi Kuil Dewa, prosesnya bisa dibilang sangat berbahaya, tetapi untungnya hasil akhirnya cukup baik.Luter berhasil memenangkan kejuaraan dalam kompetisi bela diri, sekaligus memperoleh tiga energi naga, bahkan berhasil menggagalkan konspirasi Kuil Dewa. Hasil ini sangat sempurna.Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada teman-teman yang baru dikenalnya, Luther menemani Misandari naik pesawat pulang.Dari lima energi naga, telah terkumpul empat, yang berarti tinggal satu lagi. Menurut informasi dari Misandari, kekuatan energi naga yang terakhir telah ditemukan dan orang yang menemukannya ada di Midyar.Namun, identitas orang itu masih belum diketahui. Menurut dugaan Misandari, kemungkinan besar itu ada hubungannya dengan tiga pangeran.Posisi calon pewaris masih belum jelas, sementara ketiga pangeran sangat aktif dalam mencar
Angin malam pun segera mereda. Keesokan paginya, saat sinar matahari mulai menyinari bumi, keadaan di Gunung Narima sudah kembali tenang. Hanya saja, bercak-bercak darah masih ada di mana-mana dan bangunan yang hancur masih menjadi saksi kekacauan tadi malam. Para ahli dari Kuil Dewa yang menjadi tawanan juga sudah dibawa pergi oleh pasukan yang dipanggil Misandari.Berbagai rumor pun mulai menyebar ke mana-mana. Berbagai sekte besar di dunia persilatan hanya merespons rumor itu sebagai penonton. Bagaimanapun juga, sejak dahulu sampai sekarang, sangat jarang orang yang berani menyinggung Gunung Narima. Tindakan nekat seperti menyerang secara terang-terangan dan berusaha menghancurkan mereka seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya.Soal hasil dari tindakan ini, seluruh dunia juga sudah menyaksikannya. Setelah bertahun-tahun lamanya, ini pertama kalinya negara-negara lain menyadari betapa mengerikannya Riley. Keberadaan sudah hampir seperti sosok ilahi.Saat ini, semua anggota inti s
Setelah pertempuran berakhir, Riley menghilang seketika dari tempatnya berdiri. Ketika muncul kembali, dia sudah berada di atas wilayah terlarang Gunung Narima.Saat ini, di pintu masuk wilayah terlarang dipenuhi dengan mayat dan darah. Seluruh anggota Kuil Dewa termasuk Tico, semuanya tergeletak di tanah.Sekujur tubuh Luther dan Danice juga dipenuhi darah. Mereka memancarkan aura membunuh yang kuat. Setelah pertempuran sengit, mereka akhirnya berhasil mempertahankan wilayah terlarang Gunung Narima dan menggagalkan rencana Kuil Dewa untuk menghancurkan nadi naga.Saat ini, Luther seperti merasakan sesuatu sehingga tiba-tiba mendongak. Melalui kabut dan kegelapan, dia menemukan Riley yang berada di atas wilayah terlarang.Riley tersenyum tipis dan mengangguk pada Luther, lalu menghilang seketika. Saat berikutnya, Riley melintasi beberapa gunung dan tiba di atas aula utama Gunung Narima.Di sana, para murid Gunung Narima masih bertempur melawan para elite Kuil Dewa. Dengan Atha sebagai
Ketika debu mulai mereda, hanya Riley yang masih berdiri tegak. Pele, Amir, Taro, Welig, tiga pembunuh bayaran terbaik dari Negara Wadarna, dan beberapa dewa utama dari Kuil Dewa, semuanya mati atau terluka parah.Tubuh Amir telah meledak menjadi potongan daging yang tak terhitung jumlahnya, tetapi dia masih merangkak di tanah, berusaha untuk menyatu kembali.Welig bahkan tidak menyisakan tulangnya. Pele dan ketiga pembunuh bayaran itu mengalami patah tangan dan terluka parah. Adapun Taro, meskipun anggota tubuhnya utuh, organ dalamnya sudah hancur. Dia terus memuntahkan darah.Ditambah dengan serangan balik dari pedangnya, Taro terlihat seperti orang tua yang sekarat. Rambutnya memutih dan wajahnya keriput. Jelas, dia tidak akan bertahan lama lagi."Gi ... gimana bisa begini? Nggak ... ini nggak mungkin!" Ketika melihat anggota tubuh yang berserakan di mana-mana, Pele seperti tersambar petir. Ekspresinya penuh ketidakpercayaan.Orang-orang di sekitarnya adalah ahli terkuat dari berbag
Kemunculan mendadak Riley membuat semua orang yang ada di sana tercengang. Mereka semua terbelalak, tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.Ada apa ini? Bukankah Riley sudah mati? Bagaimana bisa dia muncul kembali di hadapan mereka dalam keadaan baik-baik saja? Apa mereka melihat hantu?Semua orang saling memandang dengan ekspresi yang dipenuhi ketidakpercayaan. Mereka tidak tahu apa yang terjadi, sama sekali tidak bisa mengerti bagaimana Riley bisa hidup kembali. Ini sungguh di luar pemahaman mereka."Ka ... kamu belum mati? Gimana mungkin?" Yang paling terkejut adalah Amir. Dia telah berusaha keras dan akhirnya mendapat kesempatan emas. Dia menggigit leher Riley dan mengisap seluruh darahnya.Amir yakin bahwa Riley benar-benar sudah mati dan tidak mungkin bisa hidup kembali. Namun, masalahnya jika Riley sudah mati, lalu siapa orang yang ada di hadapan mereka?"Jangan panik! Mayat Riley masih ada di sana, orang ini mungkin hanya menyamar!" ucap Pele tiba-tiba.Setelah mendengarnya
Saat Putri Salju melancarkan serangannya, bayangan dewa gajah di belakang Welig juga tak tinggal diam. Dengan deru panjang, bayangan itu berlari cepat menuju Riley. Dua taringnya yang tajam seperti tombak yang menusuk ke arah dada Riley.Terpengaruh oleh angin salju, Riley tidak bisa mengelak sehingga hanya bisa mengaktifkan Mantra Cahaya Emas untuk melindungi dirinya.Bruk! Kedua taring itu menghantam Mantra Cahaya Emas dengan keras. Gaya dorong yang sangat besar langsung membuat Riley terpental. Saat Riley berada di udara, cahaya emas di sekujur tubuh pecah seperti kaca. Jelas sekali, kekuatan bayangan itu melampaui batas Mantra Cahaya Emas.Melihat Riley terdorong ke udara, iblis berkepala tiga dan berlengan enam bergegas mengambil kesempatan. Setelah melompat, enam senjata dengan bentuk yang berbeda-beda mulai terus menyerang Riley.Riley mengayunkan pedangnya tanpa henti untuk menangkis, tetapi dia terus terdesak. Ketika terdorong ke udara, dia tidak punya tempat berpijak sehingga
Setelah bertarung sengit begitu lama, Taro dan yang lainnya juga mulai menyadari betapa seriusnya situasinya. Riley bukan hanya memiliki teknik pedang yang luar biasa, teknik tubuh Riley juga begitu misterius. Tidak peduli apa pun serangan mereka, mereka tetap tidak bisa menyentuh Riley sedikit pun. Sebaliknya, pedang Riley malah terus menyiksa mereka, hasilnya akan makin buruk jika terus berlanjut.Oleh karena itu, saat mendengar perkataan Pele, Taro dan yang lainnya tahu ini sudah saatnya mempertaruhkan segalanya. Sekarang mereka sudah tidak bisa mundur lagi, Riley atau mereka yang akan mati.Pada saat ini, Taro yang terus menahan dirinya pun akhirnya mengeluarkan teknik pemungkasnya. Dia tiba-tiba menggigit jarinya dan mengoleskan darahnya ke pedang, lalu segera merapalkan mantra."Yuki, keluarlah!" Setelah selesai merapalkan mantranya, Taro mengayunkan pedangnya dengan keras. Sesosok bayangan putih pun tiba-tiba memelesat dari pedangnya.Sosok itu adalah seorang wanita berkulit put