"Apa?" Begitu mendengar perkataan itu, ekspresi semua orang sontak berubah. Botol obat di tangan mereka terjatuh ke tanah dan pecah menjadi serpihan. Tidak ada yang menyangka, apa yang mereka cicip tadi adalah racun. Jelas-jelas ini hanya ujian masuk sekte untuk mengidentifikasi komponen obat, kenapa sekarang malah nyawa mereka jadi terancam? Apakah semuanya harus seekstrem itu?"Ketua, apa ini nggak terlalu berlebihan?" kata pengawas berbaju hitam sambil mengernyitkan alisnya. Tanggung jawab utama Lembah Obat adalah untuk menyelamatkan orang, menggunakan racun sebagai ujian tampaknya menjadi ambigu."Obat dan racun tak memiliki batasan yang jelas. Terkadang, racun juga bisa menyelamatkan orang tergantung bagaimana kalian menggunakannya. Asalkan efektif, metodenya tak penting," kata Paulo dengan tenang."Tapi ....""Sudahlah."Pengawas berbaju hitam itu masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi Paulo malah mengangkat tangan dan menghentikannya. "Lembah Obat tidak menerima orang yang tak
Pada saat ini, banyak orang mulai mengalami reaksi keracunan. Ada yang pusing, perutnya sakit, tangan dan kakinya kejang. Gejalanya berbeda-beda, tetapi semua itu berdampak besar pada proses meracik pil. Sayangnya, mereka tidak bisa mundur lagi sekarang. Jalan satu-satunya adalah tetap bertahan untuk melanjutkan meracik pil.Saat itu, seorang tetua berjenggot putih tiba-tiba bertanya, "Ketua, menurut Anda, siapa yang akan menjadi peringkat pertama hari ini?""Declan dan Vania cukup bagus. Mereka punya bakat yang mencolok dalam bidang medis, tapi aku lebih tertarik dengan pemuda itu," kata Paulo sambil mengalihkan pandangannya ke Luther."Dia?"Tetua berjenggot putih melirik ke arah Luther dan merasa aneh. "Ketua, pemuda itu hanya orang yang nggak terkenal, tadi dia hanya beruntung bisa menebaknya. Dibandingkan dengan genius seperti Declan dan Vania, dia masih kalah jauh."Baik dari latar belakang keluarga, bakat alami, atau keahlian medis, kedua belah pihak berada pada tingkat yang ber
Duar!Saat tungku pemurnian pil Luther meledak, semua orang secara refleks menoleh ke arahnya. Ada yang terkejut, bingung, dan bahkan ada yang merasa senang melihatnya. Terutama Declan dan Vania yang tertawa terbahak-bahak."Hahaha .... Tungku pemurnianmu meledak, ya? Aku pikir kamu sehebat apa, ternyata hanya begini saja?" sindir Declan.Saat melihat penampilan Luther yang mengesankan sebelumnya, Declan menganggap Luther sebagai saingannya, sehingga dia meracik pil tadi dengan seluruh kemampuannya. Namun sekarang, Declan merasa dirinya terlalu berlebihan. Orang yang tungku pemurniannya meledak tidak pantas menjadi saingannya."Ternyata, sampah tetap sampah. Keberuntungan sesaat tidak akan mengubah apa pun. Menerima sedikit tekanan saja, dia sudah kembali ke bentuk aslinya," kata Vania dengan cuek.Vania berpikir bagaimana seorang dokter desa rendahan seperti ini bisa dibandingkan dengan genius dari Sekte Dokter Sakti sepertinya?"Ketua, selama ini Anda pandai menilai orang, tapi hari
Warna, aroma, dan ukuran pil ini semuanya telah berubah. "Huh! Memangnya kenapa kalau berhasil meracik pil? Kualitasnya terlihat jelek!" kata Vania sambil melipat tangannya dan sikapnya terlihat angkuh."Benar! Penilaian dalam ujian kedua adalah kualitas pil dan hasil pil dari tungku meledak ini jelas barang sampah, sama sekali nggak pantas dibahas!" kata Declan dengan percaya diri lagi.Pil yang dihasilkan Declan adalah pil kelas atas, sedangkan milik Luther mungkin hanya pil kelas rendah. Mereka benar-benar berada dalam kategori yang berbeda."Aneh ...."Setelah memeriksa pil itu sejenak, pengawas berbaju hitam tidak berani mengambil keputusan sendiri. Dia hanya membawa pil penawar racun itu ke depan Paulo dan para tetua, lalu berbisik, "Ketua, para tetua, sepertinya ada masalah dengan pil ini. Aku merasa ragu.""Oh, ya? Coba aku lihat dulu." Tetua berjenggot putih menerima pil itu dan memeriksanya dengan saksama, lalu tertegun sejenak."Ketua, anak ini luar biasa, Anda lihat pil ini
"Apa? Menyesuaikan resepnya?" Perkataan Paulo ini mengejutkan semua orang.Perlu diketahui, setiap pembuatan resep pil membutuhkan ratusan ribu kali percobaan. Entah menambahkan atau mengurangi bahan dalam resep akan mengganggu keseimbangan dan menyebabkan pil tidak bisa terbentuk. Menyesuaikan resep pil seperti ini memerlukan bakat yang sangat tinggi dan juga banyak eksperimen. Orang yang bisa langsung menyesuaikan resep pil di tempat dan berhasil dalam satu percobaan, itu artinya dia memiliki keberuntungan yang luar biasa atau dia adalah seorang genius yang luar biasa dalam ilmu medis."Tidak! Tidak mungkin!"Setelah terkejut sejenak, Declan menyuarakan keraguannya lagi. "Apa menyesuaikan resep pil begitu mudah? Dalam waktu yang begitu singkat, bahkan guruku juga tidak bisa menyesuaikan resep pil kelas atas menjadi resep pil kelas teratas, apalagi bocah tengik ini!""Benar! Dia hanya seorang dokter desa, kenapa dia bisa menyesuaikan resep pil?" kata Vania ikut memprotes.Meskipun Van
Paulo memandang ke sekeliling. Setelah tes kedua, kandidat menjadi makin sedikit. Para kandidat ini tentunya memiliki keterampilan medis yang tidak biasa dan berbakat sehingga bisa lolos."Aku dulu!" ujar seorang pria paruh baya dengan penuh percaya diri. Dia telah berkecimpung di dunia akupunktur selama 20 tahun. Setelah berjalan ke depan pria tua itu, dia mengamati dengan teliti dan memeriksa denyut nadinya. Kemudian, dia mengeluarkan jarum perak dan menancapkannya ke titik akupunktur bagian kaki.Namun, pria tua itu tidak menunjukkan reaksi apa pun. Si pria paruh baya hanya bisa mengernyit dan mencoba beberapa kali, tetapi semua usahanya sia-sia."Waktu sudah habis! Kamu didiskualifikasi!" seru pengawas berbaju hitam tiba-tiba."Sebentar, biarkan aku mencoba lagi," timpal pria paruh baya itu dengan agak enggan."Seret dia keluar!" Pengawas berbaju hitam itu malas bertele-tele sehingga langsung memerintahkan orang untuk menyeretnya."Huh! Dia nggak tahu sumber penyakitnya, tapi masih
"Bergerak! Jari kakinya bergerak!""Eh! Benar-benar ada reaksi! Luar biasa!""Murid utama Dokter Sakti Benji memang hebat!"Ketika melihat jari kaki pria tua itu bergerak, semua orang memperlihatkan ekspresi terkejut. Seluruh kandidat yang berhasil lolos ke tes ketiga jelas memiliki kemampuan dan bakat tak tertandingi. Namun, beberapa kandidat sebelumnya justru tidak berdaya saat mencoba mengobati penyakit pria tua itu.Alhasil, begitu Declan turun tangan, kaki si pria tua yang sudah lumpuh selama 8 tahun menunjukkan reaksi. Benar-benar luar biasa!"Pak Tua, gimana perasaanmu?" tanya Declan sambil mencabut jarum peraknya dan tersenyum."Aku ... aku sudah bisa merasakan kakiku!" jawab pria tua itu dengan terkejut sekaligus gembira. Sejak dirinya lumpuh, kakinya ini tidak bisa bereaksi tanpa peduli diberikan rangsangan seperti apa. Namun, kakinya justru terasa sedikit gatal sekarang.Terutama jari kaki bagian paling bawah, pria tua ini bahkan merasa dirinya sudah bisa mengontrolnya sedik
Pria tua itu mencubit pahanya dan merasakan sedikit sensasi sakit. Hal ini benar-benar mengejutkan baginya. Sebelumnya hanya jari kakinya yang bisa merasakan rangsangan, tetapi sekarang kakinya juga sudah bisa merasakan rangsangan. Dia merasa sangat gembira!"Sudah beres," ucap Vania sambil tersenyum puas saat melihat ada hasil."Kamu bisa menemukan metodenya dengan cepat, bahkan mencapai hasil yang sangat baik. Penilaian, pengalaman, dan bakatmu pantas dipuji. Kamu memang genius medis yang luar biasa!" puji pengawas berbaju hitam itu."Jadi, aku lolos tes ketiga ini?" tanya Vania sambil mengangkat alisnya dengan bangga."Tentu saja, kalian berdua sama-sama lolos," jawab pengawas itu sambil tersenyum.Mendengar ini, Declan dan Vania tampak sangat gembira. Sebelumnya, keduanya gagal mendapat nilai sempurna karena Luther. Untung saja, yang terakhir adalah kompetisi medis sehingga mereka berhasil membalikkan situasi."Hei, kamu lihat itu? Inilah kehebatan keterampilan medis kami berdua!"