Semua anggota Keluarga Warsono memandang ketiga pembunuh yang telah roboh ke lantai, lalu menoleh pada Luther yang memasang ekspresi datar. Mereka terkejut setengah mati. Tidak ada yang menyangka bahwa Luther begitu kuat. Dengan kekuatannya sendiri, Luther berhasil mengalahkan tiga pembunuh tingkat emas dari Peringkat Gelap.Jika mereka tidak menyaksikannya dengan mata kepala sendiri, mati pun mereka tidak akan percaya. Mana mungkin mereka percaya bahwa seorang pecundang bisa sekuat ini?"Aku nggak salah lihat, 'kan? Sejak kapan pecundang ini jadi begitu kuat?" ujar Keenan dengan mata terbelalak tidak percaya.Menurut Keenan, Luther hanyalah pria yang menang dari segi tampang dan tidak memiliki kemampuan lain. Meskipun Luther bisa bertarung, paling-paling itu hanya untuk pamer. Mana mungkin dia bisa dibandingkan dengan para pembunuh tingkat emas ini? Namun, aksi Luther hari ini sudah mematahkan opininya. Ternyata mantan kakak iparnya ini adalah master seni bela diri!"Astaga! Apa dia b
"Sekarang, cepat berlutut dan bersujud padaku!" seru Darwin dengan nada tajam."Gimana kalau aku nggak mau?" ujar Luther sambil menyipitkan matanya."Nggak mau? Kalau gitu, aku akan menghabisi dia dulu!" Darwin menyeret Amanda ke depannya, lalu menempelkan moncong pistol di tangannya ke pelipis wanita itu. Dia tahu bahwa kekuatan Luther sangat luar biasa, jadi dia perlu menyandera seseorang untuk dijadikan perisai."Darwin, sebaiknya kamu jangan macam-macam! Ini Nenek Amanda!" seru Luther dengan ekspresi muram."Nenek Amanda? Hehe! Kamu pasti sangat peduli padanya, 'kan?" Darwin tersenyum keji dan berkata, "Kalau kamu nggak ingin melihatnya mati, lakukan apa yang aku suruh tadi!""Luther! Kenapa kamu masih diam? Cepat berlutut!" desak Catherine dengan panik."Bangsat! Cepat berlutut! Apa kamu ingin membunuhku?" seru Amanda dengan wajah pucat ketakutan."Nenek Amanda, tolong bersabar, aku akan segera menyelamatkanmu." Luther pura-pura berkata dengan marah, "Darwin! Hadapi saja aku kalau
Tubuh Catherine gemetar dan ucapannya tiba-tiba terhenti. Saat melihat moncong hitam pistol dan wajah bengis Darwin, kesadarannya perlahan menjadi kabur. Brak! Catherine tersungkur ke lantai. Wajahnya terlihat ketakutan dan kedua matanya terbelalak. Semuanya terjadi begitu tiba-tiba. Catherine mungkin tidak pernah membayangkan bahwa dirinya akan berakhir seperti ini."Cat ... Catherine juga mati?"Helen dan yang lainnya memandang mayat Catherine dan Amanda dengan ekspresi ngeri dan tubuh gemetar ketakutan. Kedua bangsawan kaya yang biasanya bersikap angkuh itu dibunuh begitu saja. Hal ini masih terasa sedikit seperti mimpi.Sementara itu, Luther memandang mereka dengan acuh tak acuh. Tidak terlihat gejolak emosi di wajahnya.Orang jahat pasti akan mendapat karmanya. Catherine dan Amanda selalu bersikap angkuh dan memanfaatkan kekuasaan mereka untuk menindas orang lain. Setelah diberi pelajaran, mereka tidak juga bertobat, bahkan datang untuk membalas dendam. Kematian orang-orang sepert
Dor! Dor! Terdengar bunyi tembakan dua kali berturut-turut. Namun, kedua peluru yang ditembakkan tiba-tiba berhenti beberapa sentimeter di depan Luther. Sebuah perisai energi sejati yang semi-transparan muncul di tengah udara dan mengisolasi kedua peluru itu."Apa!" seru Darwin dengan mata terbelalak. Meski tahu bahwa Luther kuat, dia tetap terkejut saat melihatnya menghentikan peluru di udara."Kamu nggak mungkin mengira benda seperti ini bisa melukaiku, bukan?" ujar Luther sambil menggelengkan kepalanya."Kalau pistol nggak mempan, aku akan membawamu mati bersamaku!" Darwin tiba-tiba mengeluarkan remot pengendali bom dan tertawa terbahak-bahak, lalu berseru, "Luther! Sampai jumpa di neraka!" Usai berkata begitu, Darwin langsung menekan tombol remot.....Saat ini, di luar vila Keluarga Warsono.Setelah Ariana membantu adiknya kabur ke tempat yang cukup jauh, dia tiba-tiba mendengar dua suara tembakan. Dia sontak menoleh dan terkejut saat tahu bahwa Luther tidak mengikuti mereka."Lut
Luther tidak bisa menahan senyum saat mencium aroma familier dari tubuh Ariana yang berada dalam pelukannya. Dia bisa melihat bahwa Ariana sangat mengkhawatirkannya. Kalau tidak, Ariana mustahil menangis sekencang itu.Setelah memeluk Ariana selama beberapa saat, Luther akhirnya berkata, "Sudah, sudah, jangan nangis lagi. Bajuku jadi basah semua. Padahal aku baru membelinya dua hari lalu.""Paling-paling aku tinggal ganti rugi!" balas Ariana. Dia segera melepaskan pelukannya dan mencubit pinggang Luther dengan kuat hingga membuat pria itu meringis kesakitan."Apa yang terjadi barusan? Kenapa kamu nggak keluar lebih awal?" tanya Ariana lagi."Darwin itu ancaman yang berbahaya, aku harus melenyapkannya sebelum bisa pergi," kata Luther dengan jujur."Aku tahu kamu jago bertarung, tapi kamu juga harus memperhatikan keselamatanmu sendiri. Ada bom yang diikatkan di tubuh orang itu, gimana kalau kamu sampai ikut meledak?" ujar Ariana dengan jengkel."Bukannya aku baik-baik saja sekarang?" kat
"Huh!" Ariana mendengus, tidak ingin banyak omong kosong dengan Luther. Dia langsung menginjak kaki Luther dengan kuat, lalu berbalik dan pergi.Sekarang, masalah sudah mereda. Berhubung ledakan tadi cukup dahsyat, petugas pemerintah juga segera berdatangan. Ada yang datang untuk bersih-bersih, ada pula yang memadamkan api. Terhadap orang luar, penyebab kejadian ini dilaporkan sebagai akibat ledakan gas.....Waktu berlalu dengan cepat. Tanpa terasa, tiga hari sudah lewat.Untuk sementara, Ariana dan keluarganya mengungsi ke rumah lama Keluarga Warsono dan tinggal bersama Darius. Sementara itu, orang-orang Keluarga Warsono di Jiberia secara khusus mengutus orang untuk menyelidiki kematian Amanda dan Catherine.Namun, setelah mengetahui bahwa Darwin yang merupakan pelaku utama meledakkan diri dengan bom bunuh diri, mereka juga tidak menyelidikinya lebih jauh. Selain itu, Steward selaku patriark keluarga telah resmi memutuskan untuk mengangkat Ariana sebagai Ketua Grup Miliarder. Hanya m
Luther yang keras kepala membuat Belinda naik darah. "Hei! Kenapa kamu ngotot nggak mau dengar saranku? Kakakku nggak memberitahumu demi kebaikanmu sendiri. Kalau nggak, nyawamu bisa terancam!" ujar Belinda."Huh! Aku sudah pernah menghadapi berbagai macam masalah selama bertahun-tahun ini. Nggak ada masalah yang bisa mengagetkanku. Kutegaskan sekali lagi, kalau kamu masih nggak mau kasih tau, aku akan cari tahu sendiri," ujar Luther dengan tegas.Belinda mengentakkan kakinya dengan kesal, tetapi dia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Setelah beberapa saat, dia menggeleng tak berdaya dan berujar, "Sepertinya kakakku benar, kamu memang nggak akan menyerah. Aku benar-benar nggak tahu apa ini berkah atau bencana.""Kamu mau pergi ke ibu kota provinsi untuk menemui kakakku, 'kan? Oke ... aku bisa membawamu ke sana, tapi kamu harus mendengarkan aku dan nggak boleh gegabah! Kalau nggak, bukan cuma kamu, tapi kakakku juga akan menderita, mengerti?" kata Belinda lagi."Oke!" sahut Luther. Saat
Luther mengambil cangkir teh itu dengan kedua tangan sambil berkata dengan sopan, "Paman Harsa, aku mungkin akan merepotkanmu beberapa hari ini.""Nggak usah sungkan, itu sudah jadi kewajibanku." Harsa tersenyum dan berkata, "Nona Bianca pernah menyelamatkan hidupku, keluarga kami berutang banyak padanya. Bisa mendapat kesempatan untuk membalas kebaikan Nona Bianca adalah kehormatan bagiku.""Benarkah? Aku nggak nyangka Bianca begitu populer," kata Luther sambil tersenyum."Tentu saja!" Harsa berkata dengan bangga, "Aku sendiri yang melihat Nona Bianca tumbuh dewasa, karakternya benar-benar sempurna. Di seluruh ibu kota provinsi, nggak banyak orang yang bisa menandinginya!""Aku tahu," balas Luther sambil mengangguk dan tersenyum."Aduh, Tuan Luther. Gara-gara keasyikan mengobrol, aku jadi lupa. Kamu belum makan, 'kan? Tunggu sebentar ya. Aku akan segera memasak," kata Harsa. Dia pun segera masuk ke dapur dan mulai sibuk memasak bak seorang ibu rumah tangga.Luther tersenyum tipis. Sam