Tubuh Catherine gemetar dan ucapannya tiba-tiba terhenti. Saat melihat moncong hitam pistol dan wajah bengis Darwin, kesadarannya perlahan menjadi kabur. Brak! Catherine tersungkur ke lantai. Wajahnya terlihat ketakutan dan kedua matanya terbelalak. Semuanya terjadi begitu tiba-tiba. Catherine mungkin tidak pernah membayangkan bahwa dirinya akan berakhir seperti ini."Cat ... Catherine juga mati?"Helen dan yang lainnya memandang mayat Catherine dan Amanda dengan ekspresi ngeri dan tubuh gemetar ketakutan. Kedua bangsawan kaya yang biasanya bersikap angkuh itu dibunuh begitu saja. Hal ini masih terasa sedikit seperti mimpi.Sementara itu, Luther memandang mereka dengan acuh tak acuh. Tidak terlihat gejolak emosi di wajahnya.Orang jahat pasti akan mendapat karmanya. Catherine dan Amanda selalu bersikap angkuh dan memanfaatkan kekuasaan mereka untuk menindas orang lain. Setelah diberi pelajaran, mereka tidak juga bertobat, bahkan datang untuk membalas dendam. Kematian orang-orang sepert
Dor! Dor! Terdengar bunyi tembakan dua kali berturut-turut. Namun, kedua peluru yang ditembakkan tiba-tiba berhenti beberapa sentimeter di depan Luther. Sebuah perisai energi sejati yang semi-transparan muncul di tengah udara dan mengisolasi kedua peluru itu."Apa!" seru Darwin dengan mata terbelalak. Meski tahu bahwa Luther kuat, dia tetap terkejut saat melihatnya menghentikan peluru di udara."Kamu nggak mungkin mengira benda seperti ini bisa melukaiku, bukan?" ujar Luther sambil menggelengkan kepalanya."Kalau pistol nggak mempan, aku akan membawamu mati bersamaku!" Darwin tiba-tiba mengeluarkan remot pengendali bom dan tertawa terbahak-bahak, lalu berseru, "Luther! Sampai jumpa di neraka!" Usai berkata begitu, Darwin langsung menekan tombol remot.....Saat ini, di luar vila Keluarga Warsono.Setelah Ariana membantu adiknya kabur ke tempat yang cukup jauh, dia tiba-tiba mendengar dua suara tembakan. Dia sontak menoleh dan terkejut saat tahu bahwa Luther tidak mengikuti mereka."Lut
Luther tidak bisa menahan senyum saat mencium aroma familier dari tubuh Ariana yang berada dalam pelukannya. Dia bisa melihat bahwa Ariana sangat mengkhawatirkannya. Kalau tidak, Ariana mustahil menangis sekencang itu.Setelah memeluk Ariana selama beberapa saat, Luther akhirnya berkata, "Sudah, sudah, jangan nangis lagi. Bajuku jadi basah semua. Padahal aku baru membelinya dua hari lalu.""Paling-paling aku tinggal ganti rugi!" balas Ariana. Dia segera melepaskan pelukannya dan mencubit pinggang Luther dengan kuat hingga membuat pria itu meringis kesakitan."Apa yang terjadi barusan? Kenapa kamu nggak keluar lebih awal?" tanya Ariana lagi."Darwin itu ancaman yang berbahaya, aku harus melenyapkannya sebelum bisa pergi," kata Luther dengan jujur."Aku tahu kamu jago bertarung, tapi kamu juga harus memperhatikan keselamatanmu sendiri. Ada bom yang diikatkan di tubuh orang itu, gimana kalau kamu sampai ikut meledak?" ujar Ariana dengan jengkel."Bukannya aku baik-baik saja sekarang?" kat
"Huh!" Ariana mendengus, tidak ingin banyak omong kosong dengan Luther. Dia langsung menginjak kaki Luther dengan kuat, lalu berbalik dan pergi.Sekarang, masalah sudah mereda. Berhubung ledakan tadi cukup dahsyat, petugas pemerintah juga segera berdatangan. Ada yang datang untuk bersih-bersih, ada pula yang memadamkan api. Terhadap orang luar, penyebab kejadian ini dilaporkan sebagai akibat ledakan gas.....Waktu berlalu dengan cepat. Tanpa terasa, tiga hari sudah lewat.Untuk sementara, Ariana dan keluarganya mengungsi ke rumah lama Keluarga Warsono dan tinggal bersama Darius. Sementara itu, orang-orang Keluarga Warsono di Jiberia secara khusus mengutus orang untuk menyelidiki kematian Amanda dan Catherine.Namun, setelah mengetahui bahwa Darwin yang merupakan pelaku utama meledakkan diri dengan bom bunuh diri, mereka juga tidak menyelidikinya lebih jauh. Selain itu, Steward selaku patriark keluarga telah resmi memutuskan untuk mengangkat Ariana sebagai Ketua Grup Miliarder. Hanya m
Luther yang keras kepala membuat Belinda naik darah. "Hei! Kenapa kamu ngotot nggak mau dengar saranku? Kakakku nggak memberitahumu demi kebaikanmu sendiri. Kalau nggak, nyawamu bisa terancam!" ujar Belinda."Huh! Aku sudah pernah menghadapi berbagai macam masalah selama bertahun-tahun ini. Nggak ada masalah yang bisa mengagetkanku. Kutegaskan sekali lagi, kalau kamu masih nggak mau kasih tau, aku akan cari tahu sendiri," ujar Luther dengan tegas.Belinda mengentakkan kakinya dengan kesal, tetapi dia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Setelah beberapa saat, dia menggeleng tak berdaya dan berujar, "Sepertinya kakakku benar, kamu memang nggak akan menyerah. Aku benar-benar nggak tahu apa ini berkah atau bencana.""Kamu mau pergi ke ibu kota provinsi untuk menemui kakakku, 'kan? Oke ... aku bisa membawamu ke sana, tapi kamu harus mendengarkan aku dan nggak boleh gegabah! Kalau nggak, bukan cuma kamu, tapi kakakku juga akan menderita, mengerti?" kata Belinda lagi."Oke!" sahut Luther. Saat
Luther mengambil cangkir teh itu dengan kedua tangan sambil berkata dengan sopan, "Paman Harsa, aku mungkin akan merepotkanmu beberapa hari ini.""Nggak usah sungkan, itu sudah jadi kewajibanku." Harsa tersenyum dan berkata, "Nona Bianca pernah menyelamatkan hidupku, keluarga kami berutang banyak padanya. Bisa mendapat kesempatan untuk membalas kebaikan Nona Bianca adalah kehormatan bagiku.""Benarkah? Aku nggak nyangka Bianca begitu populer," kata Luther sambil tersenyum."Tentu saja!" Harsa berkata dengan bangga, "Aku sendiri yang melihat Nona Bianca tumbuh dewasa, karakternya benar-benar sempurna. Di seluruh ibu kota provinsi, nggak banyak orang yang bisa menandinginya!""Aku tahu," balas Luther sambil mengangguk dan tersenyum."Aduh, Tuan Luther. Gara-gara keasyikan mengobrol, aku jadi lupa. Kamu belum makan, 'kan? Tunggu sebentar ya. Aku akan segera memasak," kata Harsa. Dia pun segera masuk ke dapur dan mulai sibuk memasak bak seorang ibu rumah tangga.Luther tersenyum tipis. Sam
Harsa tertegun sejenak, setelah itu dia buru-buru bertanya, "Kena masalah? Apa yang terjadi?""Putriku barusan menelepon, dia bilang kalau Charlotte bertengkar dengan seseorang di tempat karaoke. Mereka bahkan sudah mulai menggunakan kekerasan. Cepat ke sana!" desak tetangga wanita itu."Apa? Mereka berkelahi?" seru Harsa yang terkejut. Dia segera menaruh peralatan makanannya, lalu berlari ke luar. Saat mencapai depan pintu, Harsa tiba-tiba berpaling dan berkata, "Maaf, Tuan Luther. Terjadi sesuatu pada putriku. Aku harus pergi mengurusnya.""Aku ikut," ujar Luther dengan tegas. Dia tidak mungkin makan dan tinggal gratis di sini. Jika ada yang bisa dia bantu, dia tentu akan melakukannya."Ini ...," ujar Harsa, merasa sedikit malu."Jangan khawatir, aku nggak akan menambah masalah," kata Luther sambil tersenyum."Harsa, cepatlah! Makin banyak orang yang bantu makin bagus, ayo cepat!" desak tetangga wanita tadi."Baiklah," ujar Harsa sambil mengangguk. Tanpa banyak basa-basi, dia segera
"Beraninya kamu menampar ayahku!" seru Charlotte dengan marah. Dia langsung mengambil botol anggur dan hendak memukul pria berjas itu.Namun, Harsa menahan putrinya dan berseru, "Charlotte! Jangan gegabah!""Kenapa? Kamu masih mau memukulku? Coba saja sini. Kalau sehelai saja rambutku yang terluka, kupastikan kalian semua nggak bisa keluar hari ini!" ujar pria berjas sambil mencibir."Dik, ini semua salah paham. Tahan amarahmu, kita bicarakan semuanya baik-baik," kata Harsa sambil terus tersenyum menyesal."Bicara baik-baik? Huh! Apa hakmu untuk mengajakku diskusi?" Pria berjas itu menunjukkan arloji rusaknya dan berkata dengan sinis, "Kamu tahu ini arloji apa? Ini Patek Philippe edisi terbatas, harganya 1,6 miliar! Sekarang, arloji ini sudah dirusak putrimu, gimana kamu mau menangani masalah ini?""Satu miliar enam ratus juta? Mahal sekali!" ujar Harsa terkejut. Gajinya hanya beberapa juta sebulan. Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga dia bisa menabung sampai 1,6 miliar."Ja
Begitu mendengar pertarungan dimulai, suasana menjadi makin gempar. Sebagian besar mendukung Adam, sebagian besar lagi mendukung Hasta. Keduanya sama-sama genius yang punya reputasi besar. Tentu banyak yang menantikan pertarungan ini.Meskipun urutan Adam di Peringkat Genius lebih rendah, sebagai Ketua Muda Organisasi Mondial, reputasi dan prestisenya justru lebih tinggi daripada Hasta. Adapun siapa yang lebih kuat, semua akan terbukti setelah pertarungan ini berakhir."Hasta, aku sudah lama menunggu hari ini." Mata Adam yang menatap Hasta dipenuhi semangat bertarung. "Banyak orang bilang aku kalah darimu. Aku nggak bisa terima. Hari ini, aku mau bersaing denganmu. Kira-kira lebih hebat pedangmu atau Teknik Pedang Dewaku?""Waktu kamu mengatakan ini, kamu sudah ditakdirkan untuk kalah. Ini karena kamu nggak punya keyakinan untuk mengalahkanku," timpal Hasta dengan tidak acuh."Huh! Nggak usah basa-basi lagi. Hari ini, akan kutunjukkan kehebatan Teknik Empat Dewaku kepadamu!" Tubuh Adam
Setelah pertarungan berakhir, semuanya kembali ke ruang istirahat. Sekarang sudah siang hari. Para kandidat dan penonton tentu harus makan siang terlebih dahulu.Setelah beristirahat sekitar 1 jam, suasana menjadi ramai kembali. Ini karena Nabel naik ke arena kembali. Di belakangnya adalah seorang murid Gunung Narima yang memegang kotak hitam berisikan bola bernomor."Silakan keempat kandidat maju untuk mengambil nomor," ucap Nabel dengan lantang sambil memandang ke sekeliling.Di tengah suara tepuk tangan, empat sosok maju dan menaiki arena. Yang berdiri di paling depan adalah Hasta. Di belakangnya adalah Adam. Yang paling belakang adalah Charlotte dan Luther."Paman, sudah semifinal. Semangat!" Setelah naik ke arena, Charlotte mengedipkan matanya dengan nakal kepada Luther."Kamu juga." Luther tersenyum. Dengan kemampuan Charlotte, dia masih jauh dari Hasta. Jika melawan Adam, Charlotte punya peluang yang cukup besar untuk menang.Bagaimanapun, Adam baru menerobos tingkat grandmaster
"Siapa sebenarnya pemuda ini?" gumam Nabel sambil menatap tangannya yang gemetaran. Dia tak kuasa merasa terkejut.Dari serangan tadi, Nabel bukan hanya tidak mendapat keuntungan dari Luther, tetapi juga menderita kerugian. Patut diketahui bahwa Nabel sudah mencapai tingkat grandmaster.Baik itu basis kultivasi ataupun pencapaian Mantra Cahaya Emas, Nabel jauh lebih hebat daripada Harit. Secara logika, dia seharusnya bisa mengalahkan pemuda seperti Luther. Namun, serangan tadi membuatnya menyadari sesuatu.Luther hanya menyembunyikan kekuatannya dan belum memperlihatkan kekuatan yang sesungguhnya. Jika tidak, Harit mungkin sudah mati sejak tadi. Setelah memikirkan ini, Nabel merasa gelisah.Orang-orang mengatakan di atas langit masih ada langit. Kekuatan dan potensi yang ditunjukkan Luther sungguh mengerikan. Bahkan, tidak berlebihan untuk mengatakan Luther adalah monster yang setara dengan Hasta."Ada apa ini? Kenapa wasit turun tangan?""Masa nggak ngerti? Harit sudah kalah. Kalau wa
Setelah Jimat Magis Delapan Diagram terbentuk, muncul sebuah formasi besar delapan diagram di tengah arena. Formasi itu menutupi sebagian besar arena dan terus berubah.Luther berdiri di tengah formasi. Seketika, dia merasakan tekanan besar. Tekanan ini berbeda dengan yang dihasilkan Jimat Pemindah Gunung. Tekanan ini tidak menargetkan fisik, melainkan menargetkan jiwa.Ini membuat seseorang merasa dirinya seolah-olah berada di dalam penjara dan tidak akan pernah bisa melarikan diri. Jika dibandingkan dengan sebelumnya, Jimat Magis Delapan Diagram baru benar-benar memperlihatkan kekuatan yang sesungguhnya kali ini."Kamu nggak seharusnya memberiku waktu untuk membuat persiapan. Kamu terlalu sombong!" Harit merasa lega melihat formasinya telah terbentuk. Jimat Magis Delapan Diagram memang hebat, tetapi butuh waktu untuk digunakan. Bagi ahli bela diri. Waktu ini sebenarnya sangat fatal.Ketika menghadapi Kiehl kemarin, Karena situasi mendesak, Harit terpaksa mengambil risiko dan tidak se
"Apa?" Ekspresi Harit berubah drastis melihat Jimat Pengekang Jiwa yang meledak. Dia tidak menyangka di saat genting seperti ini, tiba-tiba muncul sebilah pedang yang menghancurkan semuanya.Kapan pedang ini muncul? Kenapa dia tidak merasakan apa pun? Sebelum Harit bereaksi, pedang hitam itu kembali bergerak. Terdengar raungan ringan, seolah-olah pedang itu memiliki spiritualitas. Pedang itu berputar di udara, lalu memelesat ke arah Jimat Pemindah Gunung dengan cepat.Bam! Jimat Pemindah Gunung yang melayang di udara hancur begitu saja, lalu berubah menjadi cahaya kuning. Pada saat yang sama, tubuh Luther menjadi ringan kembali.Luther merentangkan tangannya dengan perlahan. Setelah berputar satu putaran, pedang itu mendarat di tangan Luther. "Jimat Magis memang luar biasa. Hari ini aku akhirnya punya kesempatan untuk merasakannya sendiri."Luther memegang pedang dengan satu tangannya. Bibirnya menyunggingkan senyuman. Tatapannya menjadi lebih serius. Meskipun Jimat Pemindah Gunung tid
"Masa? Karena kamu begitu percaya diri, kita lihat saja nanti." Yusril tersenyum tipis. Dia merasa sangat senang karena punya kesempatan untuk membuat Logan kesal.Bagaimanapun, Logan kalah dari Azka waktu itu. Sejak saat itu, Logan terus ditekan oleh Azka. Dengan kata lain, Azka adalah momok di hati Logan. Itu adalah trauma yang tak pernah terhapuskan.Ketika keduanya sedang berdebat di kursi penonton, situasi pertarungan di arena mengalami perubahan. Harit mulai kehabisan energi astral. Dia harus mengaktifkan Mantra Cahaya Emas, juga harus menggunakan Teknik Halilintar. Hal ini membuatnya agak kewalahan.Di sisi lain, Luther terus mengandalkan kecepatan dan kekuatannya untuk menyerang. Luther pun hanya mengerahkan energi sejati saat melawan Teknik Halilintar. Jika situasi terus berlanjut, Harit tentu akan kalah."Aku harus segera mengakhiri pertarungan ini!" Harit menggertakkan giginya saat melihat energi astralnya tidak cukup lagi. Dia memutuskan untuk menggunakan jurus andalannya.
Ketika melihat arus listrik itu memelesat ke arahnya, Luther sama sekali tidak menghindar. Dia membentuk tombak dengan energi sejatinya dan menikam ke depan. Dia ingin mencoba sehebat apa Teknik Halilintar.Energi sejati dan Teknik Halilintar berbenturan. Seketika, kilat dan guntur menyambar. Energi meluap ke mana-mana. Serangan keduanya saling menetralkan. Tidak ada yang kalah.Pada saat yang sama, keduanya pun tidak berpangku tangan. Mereka lanjut menyerang dengan mengandalkan fisik. Suara pertarungan memenuhi seluruh arena."Aku nggak nyangka Luther setara dengan Harit. Ini di luar ekspektasiku.""Luther memang hebat. Apa yang perlu diherankan?""Kamu nggak ngerti. Luther ahli dalam pedang. Tapi, dia juga bisa melawan Mantra Cahaya Emas dan Teknik Halilintar Harit dengan mengandalkan fisiknya. Bisa dilihat, dia kuat sekali!""Ya. Kalau Harit ingin menang, sepertinya dia hanya bisa mengandalkan Jimat Magis. Tapi, jimat itu terlalu kuat."Sambil menyaksikan pertarungan sengit di arena
Seketika, semua orang bersorak dan bertepuk tangan untuk memberi dukungan. Luther dan Harit pun menaiki arena.Semua orang sangat menantikan hasil pertarungan terakhir ini. Baik itu Harit ataupun Luther, keduanya sama-sama hebat. Harit berhasil mengalahkan Kiehl yang merupakan ahli bela diri urutan kesembilan di Peringkat Genius. Reputasinya sangat besar sekarang. Sementara itu, Luther mengalahkan para ahli bela diri dari luar negeri. Dia juga menunjukkan kekuatan yang sangat hebat."Menurut kalian siapa yang bakal menang?""Seharusnya Harit, 'kan? Soalnya dia murid pribadi Gunung Narima. Dia sudah menguasai Mantra Cahaya Emas, Teknik Halilintar, juga Jimat Magis. Dia juga punya senjata Sekte Talasi. Kiehl saja bukan lawannya. Kesenjangan mereka pasti sangat besar.""Belum tentu! Aku rasa kita nggak bisa meremehkan Luther. Dia sangat misterius. Dia sepertinya menguasai semua teknik. Sampai sekarang, aku nggak bisa menilai kemampuannya.""Kita nonton saja. Hasilnya pasti terlihat nanti.
"Aku kalah." Mario menunduk dan melontarkan kedua kata ini dengan susah payah. Meskipun merasa enggan, harus diakui bahwa dirinya memang kalah telak dari Hasta. Jika terus dilanjutkan, dia hanya akan mati."Kamu sudah sangat hebat karena mampu menahan seranganku ini." Usai berbicara dengan dingin, Hasta berbalik dan turun dari arena. Mario tidak termasuk lemah, tetapi Hasta tidak tertarik untuk melawannya."Selamat kepada kandidat nomor dua, Hasta, atas kemenangannya!" Nabel segera mengumumkan hasil pertarungan.Seketika, suara tepuk tangan yang meriah memenuhi seluruh arena. Meskipun pertarungan kali ini sangat singkat, hasilnya sangat menakjubkan. Terutama kehebatan Hasta, mereka tidak akan pernah melupakannya. Begitu menghunuskan pedang, Hasta tak terkalahkan."Sayang sekali ...." Yusril menggeleng dan memasang ekspresi sedih. Jika serangan Hasta tadi membunuh Mario, hasilnya tentu akan lebih bagus. Dengan begitu, Sekte Pedang akan kehilangan seorang genius dan mungkin akan terjadi