Setelah keluar dari vila Keluarga Warsono, Luther baru saja mengeluarkan ponselnya dan hendak menelepon seseorang. Namun pada saat ini, ponselnya berdering. Orang yang meneleponnya adalah Fernando."Halo, Bos Fernando, baru saja aku mau mencarimu. Tak kusangka malah kamu sudah menelepon duluan," jawab Luther ketika mengangkat panggilan itu."Oh? Ada masalah apa Tuan Luther mencariku?" Fernando agak terkejut."Begini, aku punya teman yang sedang dalam kesulitan dan ingin meminjam dana secara mendesak. Aku sedang berpikir apakah boleh meminjamnya darimu?" tanya Luther."Dasar, aku sampai terkejut mengira ada masalah besar. Ternyata hanya mau meminjam uang? Nggak masalah kalau soal uang. Berapa banyak yang diperlukan temanmu itu?" Fernando menghela napas lega."Dua triliun.""Hanya masalah kecil, besok aku akan mengantarkannya untukmu.""Kalau begitu, aku berterima kasih duluan kepada Bos Fernando," kata Luther."Tuan Luther nggak usah sungkan. Justru aku yang harus berterima kasih padamu
"Kamu nggak senang? Kalau begitu, lihat saja nanti!" ejek gadis bertopi dengan tak acuh. Luther hanya bisa diam dan tersenyum melihat kelakuan kedua orang ini.Seiring berjalannya waktu, acara pelelangan juga sudah hampir berakhir. Beberapa barang langka yang paling berharga juga sudah mulai dikeluarkan. Tak lama kemudian, tibalah giliran Teratai Hijau Milenium."Hadirin sekalian, barang yang akan dilelang selanjutnya ini adalah sebuah bahan obat kelas atas! Bahan obat ini sangat langka di dunia. Sampai saat ini, tanaman ini sudah berusia 1.000 tahun! Nama tanaman ini adalah Teratai Hijau Milenium!"Seiring dengan lambaian tangan dari pembawa acara, sebuah kotak kayu cendana dibawa keluar dari belakang panggung. Setelah dibuka, ternyata kotak itu berisi sekuntum teratai berwarna hijau. Penampilan teratai itu sangat mengilap bagaikan giok. Daunnya berwarna hijau, tetapi biji bunga teratainya berwarna keemasan.Penampilan teratai itu begitu sempurna bagaikan sebuah karya seni. Di bawah p
"Harry Sunaryo?" Begitu ucapan ini dilontarkan, seisi ruangan langsung heboh. Siapa yang tidak kenal dengan Harry Sunaryo di provinsi selatan ini? Dia adalah pemuda genius di Negara Draco. Pada usia semuda ini, dia telah mencetak banyak prestasi dan dijuluki sebagai Jenderal Harimau.Harry adalah panutan seluruh generasi muda di provinsi selatan ini. Bahkan ada yang berani berasumsi bahwa Harry akan memiliki masa depan yang lebih menjanjikan daripada Jenderal Yogi! Keluarga Sunaryo yang pada awalnya memang merupakan Tiga Keluarga Puncak ini, kini kedudukannya menjadi semakin stabil dengan keberadaan Harry.Dalam beberapa tahun belakangan ini, tidak ada yang berani menyinggung keluarga mereka sama sekali. Jadi, saat mendengar Gianna menyebutkan statusnya, semua orang langsung kaget. Terutama pria berbaju batik dari Lembah Obat itu, wajahnya terlihat semakin murung dan tidak berani bersuara lagi.Meskipun kekuasaan Lembah Obat sangat luar biasa, tetap saja mereka hanya sekte di dunia per
Meskipun Gianna adalah putri kedua dari Keluarga Sunaryo, menghabiskan 4 triliun sekaligus sudah menjadi batasan tertingginya. Jika ingin mengeluarkan lebih banyak, dia harus meminta uang kepada keluarganya."Empat triliun dua ratus miliar," tawar Fernando dengan ekspresi tenang."Lima triliun!" seru Gianna dengan geram sambil menggertakkan gigi. Dia tetap harus menjaga gengsinya sekalipun harus meminjam uang hari ini!"Lima triliun dua ratus miliar," tawar Fernando lagi sambil tersenyum kecil. Reputasinya sebagai Dewa Kekayaan tidak palsu, uang sebesar ini tidak berarti apa-apa baginya."Enam triliun!" tawar Gianna dengan mata memerah. Dia tampak seperti singa betina yang hendak mengamuk."Enam triliun ...," ujar Fernando sambil mengangkat tangannya.Saat Fernando hendak menawar, Luther langsung menahannya dan berkata, "Sudahlah, berikan saja benda ini padanya.""Hm?" Fernando yang sedikit terkejut mendengar ucapan Luther pun berkata, "Tuan Luther, bukankah kamu membutuhkan barang ini
"Barang bagus!" ujar Luther dengan antusias begitu melihat batu rubi itu.Tadinya, Luther mengira bahwa dia tidak akan mendapat apa-apa dari pelelangan ini. Tak disangka, harta seberharga itu akan muncul di saat-saat terakhir."Huh! Orang kampung tetap saja orang kampung. Itu cuma batu rubi mentah, apanya yang hebat?" Melihat wajah gembira Luther, Gianna tidak bisa menahan ekspresi sinis dan berkata, "Ada banyak barang seperti ini di keluargaku. Hanya orang udik seperti kalian yang akan menganggapnya langka."Luther mengabaikan ejekan Gianna. Matanya hanya tertuju pada batu rubi di atas panggung. Batu permata itu berwarna merah darah dan bentuknya agak mirip dengan botol labu.Penampilan batu rubi ini sebenarnya tidak terlihat terlalu mengesankan. Nilai lebihnya adalah ukurannya yang besar. Setelah dipotong dan dipoles, batu rubi ini bisa dijual dengan harga tinggi. Bagi seorang perajin perhiasan, batu rubi ini benar-benar berharga."Tuan Luther, kamu menyukai barang ini?" tanya Fernan
Fernando melanjutkan penawaran hingga harga mencapai 1,8 triliun."Dua triliun," tawar Gianna tidak mau kalah.Berkat trik yang disengaja Gianna, harga batu rubi melampaui angka 2 triliun dengan cepat. Ini jauh melebihi harga awal permata itu. Siapa pun yang mendapatkan batu rubi ini sekarang akan rugi besar."Sepertinya mereka berdua sedang ribut.""Fernando sudah menyinggung Nona Gianna, dia pasti bakal kehilangan banyak uang hari ini!""Dia cuma orang kaya desa. Kok dia berani bersaing dengan putri keluarga kaya?"Semua orang sibuk mencemooh, seolah-olah mereka sedang menonton pertunjukan."Tiga triliun," tawar Fernando sambil mengangkat kartunya lagi. Dia langsung menambahkan 1 trilun tanpa ragu."Tiga triliun dua ratus miliar," balas Gianna dengan sengaja."Empat trilun!" tawar Fernando. Kemudian, dia menoleh pada Gianna dan berkata dengan datar, "Nona Gianna, kalau kamu mau menawar lebih tinggi, aku akan mengalah."Begitu mendengar ini, Gianna yang hendak kembali asal menawar seg
Saat ini, Gianna akhirnya sadar bahwa dirinya telah ditipu. Namun, dia sendirilah yang memilih untuk mendapatkan teratai hijau ini. Jadi, dia tidak bisa menyalahkan siapa pun.Tentu saja, dengan kekuasaan yang dimiliki Keluarga Sunaryo, pihak pelelangan bisa saja mengembalikan uangnya dan menerima kembali teratai itu. Namun, kalau dia melakukan itu, dia pasti akan dicela. Itu sangat memalukan! Untuk menjaga gengsinya, Gianna terpaksa harus menyimpan teratai hijau itu meski tidak rela."Nona Gianna, sepertinya barang yang kamu beli mahal-mahal ini bukan harta karun," timpal Fernando dari samping."Nggak bisa dibilang begitu juga. Meski usianya kurang tua, teratai hijau ini sudah bisa disebut berkualitas tinggi," ujar pria berbaju batik sebagai penengah."Dengar, 'kan? Meskipun usianya kurang tua, teratai hijau ini tetap berkualitas tinggi!" ujar Gianna dengan ekspresi yang terlihat lebih baik."Kalau begitu, berapa harga teratai hijau yang berusia 900 tahun itu?" tanya Luther sambil ter
"Iya! Hanya orang bodoh sepertimu yang bisa menghabiskan 4 triliun untuk membeli permata.""Apa namanya ini? Orang bodoh yang kebanyakan duit!"Sekelompok orang yang menyaksikan keramaian di sekitar mulai mencemooh Luther. Menurut mereka, Luther adalah tipikal orang yang bersikeras tidak mau kalah. Jelas-jelas Luther kalah telak dan kehilangan banyak uangnya, tetapi dia tetap bersikeras untuk menjaga gengsinya."Dengar, 'kan? Bukan cuma aku yang menganggapmu tolol. Semua orang juga berpikir begitu," kata Gianna sambil tersenyum sinis."Begitukah?" Luther tersenyum tipis dan berkata, "Sepertinya kalian masih belum tahu. Ini bukan batu rubi biasa, tapi Batu Kristal Darah yang lebih langka.""Apa itu Batu Kristal Darah? Aku belum pernah mendengarnya!" ujar Gianna sambil mencibir sinis."Nggak masalah kalau kamu belum pernah mendengarnya. Hari ini, aku akan membuka wawasanmu!" kata Luther.Sambil berkata begitu, Luther tiba-tiba memukul batu rubi itu dengan telapak tangannya. Krak! Krak! B
"Pangeran Huston, hati-hati dengan ucapanmu," kata Gema yang segera memperingatkan sambil melihat ke sekeliling karena khawatir ada yang menguping percakapan mereka.Membahas hidup dan mati anggota keluarga kerajaan secara pribadi adalah pelanggaran besar. Jika hal ini disebarkan oleh orang yang berniat buruk, nama baik hancur masih termasuk hal kecil. Namun, jika nanti diminta pertanggungjawaban, ini akan menjadi masalah besar."Paman Gema, tenang saja. Ini adalah Atlandia, bukan Midyar. Kamu bisa membahas apa pun dengan tenang, nggak perlu khawatir," kata Huston sambil tersenyum, sama sekali tidak peduli apa pun. Dia berpikir hal ini sudah diketahui semua orang, apa salah membicarakannya? Apakah orangnya tidak akan mati jika tidak membicarakannya? Benar-benar konyol."Uhuk uhuk .... Sepertinya aku sudah terlalu banyak berpikir," kata Gema sambil tersenyum dengan canggung. Meskipun tahu apa yang dikatakan Huston benar, dia tetap harus berhati-hati dan tidak berani membicarakan anggota
Huston masuk ke ruang rapat dengan senyuman cerah, sambil menggandeng tangan Gema dengan sikap yang sangat ramah. Sebaliknya, Gema terlihat kebingungan, sama sekali tidak menduga situasi ini.Sebelum masuk, Gema sudah membayangkan berbagai kemungkinan dalam pertemuan mereka. Misalnya, Huston bersikap dingin atau arogan. Semua itu bisa dia terima, bahkan dia sudah siap secara mental.Bagaimanapun menurut rumor, Huston adalah pangeran yang suka membuat onar dan berani melakukan apa saja.Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Bukan hanya tidak ada kesulitan, Huston malah bersikap sangat ramah, membuat Gema bingung bukan main.Seperti kata pepatah, ketika sesuatu terlihat tidak biasa, pasti ada sesuatu yang buruk. Gema tidak tahu apa maksud tersembunyi di balik keramahan ini."Pelayan! Siapkan teh!" Setelah mempersilakan Gema duduk, Huston langsung memerintahkan pelayan untuk menyajikan teh.Teh yang disajikan adalah teh mahal khas Atlandia, yang tidak dijual untuk umum dan hanya diperunt
Setelah mengikuti Huston masuk, Loki merasa sangat cemas. Sebelumnya dia pernah masuk ke istana, tetapi kebanyakan karena urusan resmi dan orang yang memandunya biasanya adalah penjaga atau pelayan.Namun, kali ini berbeda. Kunjungan ini untuk urusan pribadi dan yang memandunya adalah Huston. Hal ini membuatnya merasa sangat terhormat. Dia sangat penasaran, sejak kapan dirinya memiliki pengaruh sebesar ini?Huston bahkan mengabaikan jenderal besar dan hanya bersikap ramah padanya. Apa mungkin kepalanya yang botak terlalu mencolok sehingga menarik perhatian?Dengan segudang pertanyaan di benaknya, Loki mengikuti Huston hingga akhirnya mereka tiba di ruang rapat."Duduk." Setelah Huston duduk di kursi utama, dia memberi isyarat kepada Loki untuk duduk."Nggak perlu, aku berdiri saja," ujar Loki dengan senyuman sungkan."Kalau aku bilang duduk, ya duduk. Kenapa tegang sekali? Aku nggak akan memakanmu," kata Huston dengan nada tidak sabar."Baik, baik." Loki buru-buru mengiakan dan duduk.
Saat pintu gerbang terbuka, semua perhatian langsung tertuju ke sana. Di tengah tatapan semua orang, Huston berjalan keluar dengan tubuh tegap, diikuti dua pengawal di belakangnya."Pangeran Huston?" Melihatnya, semua orang langsung menyambut dengan senyuman ramah. Baik itu Weker, Trisno, maupun Loland, semuanya menunjukkan sikap menyanjung.Huston terkenal kuat dan kejam. Meskipun beberapa tahun terakhir ini, dia sudah lebih terkendali, pengaruh masa lalunya masih membuat orang takut.Jadi, jangan sampai mereka membuat Huston marah. Huston seperti bom waktu berjalan. Banyak dari mereka pernah terkena imbasnya dulu."Pangeran, akhirnya kamu keluar juga. Aku ada urusan penting untuk dilaporkan, tolong ....""Minggir!"Saat Trisno maju untuk berbicara, Huston langsung mendorongnya dengan kasar, hingga tubuhnya yang kurus hampir terjatuh."Trisno, segala sesuatu harus ada urutannya. Pangeran sangat menghargai keadilan, mana mungkin dia membiarkan kebiasaan burukmu itu," ejek Loland yang t
"Makan apanya! Aku lagi nggak mood! Kalau mau makan, makan saja sendiri!" bentak Loland dengan murka."Aku juga nggak mau pergi. Aku sedang menjaga kesehatan dan cuma minum teh. Aku nggak minum alkohol," tolak Trisno langsung."Kalau kalian mau menunggu, silakan saja. Aku nggak akan menemani kalian," ucap Weker dengan senyuman tipis. Kemudian, dia hendak berjalan pergi.Begitu berbalik, Weker hampir bertabrakan dengan Loki yang datang dari arah berlawanan. "Tuan Weker, maaf, maaf! Aku nggak sengaja."Di tengah kerumunan tokoh-tokoh penting, Loki merasa sangat tertekan. Tadi dia melamun sejenak sehingga menabrak Weker. Dia ketakutan hingga tidak tahu harus mengatakan apa.Loki tidak seperti para jenderal lainnya yang memiliki dukungan kuat. Dia mencapai posisinya saat ini berkat kerja keras dan usaha sendiri. Jika dia tidak sengaja menyinggung tokoh penting, dia bisa saja kehilangan semua pencapaiannya.Weker awalnya mengerutkan kening, tetapi segera berekspresi normal dan tersenyum. "N
Setelah selesai berbincang, keduanya pun berpisah. Gema mencari hotel di sekitar untuk menginap dan menunggu kabar baik.Sementara itu, Loki langsung mengganti pakaian dan pergi ke istana Kerajaan Atlandia untuk menyerahkan surat permohonan audiensi. Namun, saat dia tiba, dia terkejut melihat pemandangan di depan matanya.Saat ini, banyak orang yang sudah berkumpul di depan gerbang besar istana Kerajaan Atlandia. Ada beberapa tokoh besar yang dikenal Loki juga, seperti Panglima Weker, Jenderal Besar Loland, dan Sarjana Trisno. Mereka semua adalah pejabat kelas satu dan sangat berkuasa di Atlandia.Terutama dengan Loland ini yang merupakan atasan dari atasan Loki. Dia akan berjalan dengan langkah yang tegap setiap kali bertemu dengan Loland, khawatir akan meninggalkan kesan yang buruk.Selain ketiga tokoh besar yang memiliki kedudukan tinggi ini, ada beberapa pejabat kelas dua dan yang setingkat juga yang berdiri sejajar di depan gerbang. Bisa dibilang, mereka semua jauh lebih berkuasa
Keesokan paginya, di bandara Atlandia. Gema yang mengenakan pakaian tradisional berdiri di depan pintu bandara dan menunggu dengan penuh harapan.Sebelum datang ke sini, Gema sudah menghubungi teman seperjuangan yang pernah bertugas bersamanya di militer. Setelah mendapat penghargaan atas jasanya dan ditambah dengan bantuan dari Keluarga Paliama, dia beruntung bisa tetap tinggal di Midyar dan mendapat posisi uang cukup baik.Sementara itu, teman Gema ini merantau ke Atlandia. Setelah berjuang selama bertahun-tahun, dia juga sudah sukses dan kini menjabat sebagai jenderal pangkat tiga yang memiliki kekuasaan, pengaruh, dan koneksi. Kali ini, apakah Gema bisa bertemu dengan Raja Atlandia, semuanya tergantung pada koneksi temannya ini.Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara mesin mobil dan sebuah jip militer berhenti tepat di samping Gema. Terlihat seorang pria dengan kepala botak yang akan bersinar di bawah sinar matahari sampai menyilaukan mata saat jendela mobilnya diturunkan, tetapi
"Kakek, aku mengerti kamu mengirim kedua paman pergi ke Keluarga Sabanir dan Keluarga Angelo untuk memahami situasinya. Tapi, letak istana Kerajaan Atlandia ribuan mil dari sini dan mereka juga nggak pernah ikut campur dengan urusan pemerintahan. Kamu mengirim Paman Gema ke sana bukan hanya nggak ada gunanya, mungkin juga akan diusir," kata Bianca sambil menggelengkan kepala.Midyar dan Atlandia adalah dua dunia yang berbeda, sehingga perebutan takhta putra mahkota di Midayar sama sekali tidak memengaruhi istana Kerajaan Atlandia. Kedua belah pihak tidak pernah saling mengganggu dan mengatur, ini sudah menjadi aturan tak tertulis.Ezra menjelaskan, "Aku tentu saja paham logika ini, tapi saat ini situasinya sudah berbeda karena melibatkan kekuasaan dan takhta kerajaan. Semua pihak pasti akan berusaha keras untuk mendapatkan dukungan dari istana Kerajaan Atlandia.""Kalau keseimbangan yang sudah bertahan selama bertahun-tahun ini rusak dan Atlandia terlibat, semuanya akan berubah. Untuk
Di kediaman Keluarga Paliama, setelah makan malam, Luther diminta untuk duduk dan mengobrol dulu.Ini pertama kalinya Bianca membawa pacarnya pulang ke rumah, makanya Keluarga Paliama sangat memperhatikan hal ini. Sebagai seorang adipati, Ezra menemani mereka, bahkan mengundang pasangan muda itu ke ruang kerja untuk berbincang sambil minum teh.Dengan pengamatannya yang tajam, Ezra bisa melihat bahwa Luther bukan orang biasa. Baik dalam cara berbicara, perilaku, maupun wawasan yang dimiliki, semuanya jauh melampaui orang biasa."Luther, aku sepenuhnya mendukung hubunganmu dengan Bianca. Nggak peduli apa status dan latar belakangmu, yang penting kalian berdua saling mencintai," ujar Ezra dengan bijaksana."Selain itu, cucuku dimanjakan sejak kecil dan nggak pernah mengalami kesulitan. Setelah kalian bersama, aku harap kamu bisa memperlakukannya dengan baik.""Tenang saja, aku nggak akan mengecewakan Bianca," jawab Luther dengan serius. Meskipun hubungan mereka belum sepenuhnya berkemban