Meskipun Gianna adalah putri kedua dari Keluarga Sunaryo, menghabiskan 4 triliun sekaligus sudah menjadi batasan tertingginya. Jika ingin mengeluarkan lebih banyak, dia harus meminta uang kepada keluarganya."Empat triliun dua ratus miliar," tawar Fernando dengan ekspresi tenang."Lima triliun!" seru Gianna dengan geram sambil menggertakkan gigi. Dia tetap harus menjaga gengsinya sekalipun harus meminjam uang hari ini!"Lima triliun dua ratus miliar," tawar Fernando lagi sambil tersenyum kecil. Reputasinya sebagai Dewa Kekayaan tidak palsu, uang sebesar ini tidak berarti apa-apa baginya."Enam triliun!" tawar Gianna dengan mata memerah. Dia tampak seperti singa betina yang hendak mengamuk."Enam triliun ...," ujar Fernando sambil mengangkat tangannya.Saat Fernando hendak menawar, Luther langsung menahannya dan berkata, "Sudahlah, berikan saja benda ini padanya.""Hm?" Fernando yang sedikit terkejut mendengar ucapan Luther pun berkata, "Tuan Luther, bukankah kamu membutuhkan barang ini
"Barang bagus!" ujar Luther dengan antusias begitu melihat batu rubi itu.Tadinya, Luther mengira bahwa dia tidak akan mendapat apa-apa dari pelelangan ini. Tak disangka, harta seberharga itu akan muncul di saat-saat terakhir."Huh! Orang kampung tetap saja orang kampung. Itu cuma batu rubi mentah, apanya yang hebat?" Melihat wajah gembira Luther, Gianna tidak bisa menahan ekspresi sinis dan berkata, "Ada banyak barang seperti ini di keluargaku. Hanya orang udik seperti kalian yang akan menganggapnya langka."Luther mengabaikan ejekan Gianna. Matanya hanya tertuju pada batu rubi di atas panggung. Batu permata itu berwarna merah darah dan bentuknya agak mirip dengan botol labu.Penampilan batu rubi ini sebenarnya tidak terlihat terlalu mengesankan. Nilai lebihnya adalah ukurannya yang besar. Setelah dipotong dan dipoles, batu rubi ini bisa dijual dengan harga tinggi. Bagi seorang perajin perhiasan, batu rubi ini benar-benar berharga."Tuan Luther, kamu menyukai barang ini?" tanya Fernan
Fernando melanjutkan penawaran hingga harga mencapai 1,8 triliun."Dua triliun," tawar Gianna tidak mau kalah.Berkat trik yang disengaja Gianna, harga batu rubi melampaui angka 2 triliun dengan cepat. Ini jauh melebihi harga awal permata itu. Siapa pun yang mendapatkan batu rubi ini sekarang akan rugi besar."Sepertinya mereka berdua sedang ribut.""Fernando sudah menyinggung Nona Gianna, dia pasti bakal kehilangan banyak uang hari ini!""Dia cuma orang kaya desa. Kok dia berani bersaing dengan putri keluarga kaya?"Semua orang sibuk mencemooh, seolah-olah mereka sedang menonton pertunjukan."Tiga triliun," tawar Fernando sambil mengangkat kartunya lagi. Dia langsung menambahkan 1 trilun tanpa ragu."Tiga triliun dua ratus miliar," balas Gianna dengan sengaja."Empat trilun!" tawar Fernando. Kemudian, dia menoleh pada Gianna dan berkata dengan datar, "Nona Gianna, kalau kamu mau menawar lebih tinggi, aku akan mengalah."Begitu mendengar ini, Gianna yang hendak kembali asal menawar seg
Saat ini, Gianna akhirnya sadar bahwa dirinya telah ditipu. Namun, dia sendirilah yang memilih untuk mendapatkan teratai hijau ini. Jadi, dia tidak bisa menyalahkan siapa pun.Tentu saja, dengan kekuasaan yang dimiliki Keluarga Sunaryo, pihak pelelangan bisa saja mengembalikan uangnya dan menerima kembali teratai itu. Namun, kalau dia melakukan itu, dia pasti akan dicela. Itu sangat memalukan! Untuk menjaga gengsinya, Gianna terpaksa harus menyimpan teratai hijau itu meski tidak rela."Nona Gianna, sepertinya barang yang kamu beli mahal-mahal ini bukan harta karun," timpal Fernando dari samping."Nggak bisa dibilang begitu juga. Meski usianya kurang tua, teratai hijau ini sudah bisa disebut berkualitas tinggi," ujar pria berbaju batik sebagai penengah."Dengar, 'kan? Meskipun usianya kurang tua, teratai hijau ini tetap berkualitas tinggi!" ujar Gianna dengan ekspresi yang terlihat lebih baik."Kalau begitu, berapa harga teratai hijau yang berusia 900 tahun itu?" tanya Luther sambil ter
"Iya! Hanya orang bodoh sepertimu yang bisa menghabiskan 4 triliun untuk membeli permata.""Apa namanya ini? Orang bodoh yang kebanyakan duit!"Sekelompok orang yang menyaksikan keramaian di sekitar mulai mencemooh Luther. Menurut mereka, Luther adalah tipikal orang yang bersikeras tidak mau kalah. Jelas-jelas Luther kalah telak dan kehilangan banyak uangnya, tetapi dia tetap bersikeras untuk menjaga gengsinya."Dengar, 'kan? Bukan cuma aku yang menganggapmu tolol. Semua orang juga berpikir begitu," kata Gianna sambil tersenyum sinis."Begitukah?" Luther tersenyum tipis dan berkata, "Sepertinya kalian masih belum tahu. Ini bukan batu rubi biasa, tapi Batu Kristal Darah yang lebih langka.""Apa itu Batu Kristal Darah? Aku belum pernah mendengarnya!" ujar Gianna sambil mencibir sinis."Nggak masalah kalau kamu belum pernah mendengarnya. Hari ini, aku akan membuka wawasanmu!" kata Luther.Sambil berkata begitu, Luther tiba-tiba memukul batu rubi itu dengan telapak tangannya. Krak! Krak! B
"Ba ... bagaimana mungkin!" gumam Gianna yang saat ini merasa sangat menyesal. Jika Gianna tahu ada harta berharga di dalam rubi ini, dia tidak mungkin menjualnya. Sekarang, Bunga Kristal Darah yang langka malah dia berikan pada pria udik ini. Gianna benar-benar rugi besar!"Wah! Ini benar-benar kejutan. Kesialan pria ini ternyata jadi keberuntungan tersembunyi!" ujar seseorang di sana.Luther memegang Bunga Kristal Darah dengan satu tangan dan tersenyum tipis. Sejak pertama kali melihat batu rubi itu, dia sudah tahu ada sesuatu yang tersembunyi di dalamnya. Ternyata benar saja, dia benar-benar menemukan harta karun berharga.Bunga Kristal Darah bukanlah bunga biasa, melainkan harta yang sangat langka. Biasanya, bunga ini hanya akan dihasilkan dari Batu Kristal Darah. Kebetulan, batu rubi yang dilelang hari ini adalah Batu Kristal Darah langka itu.Sebenarnya, Luther sangat kecewa dengan teratai hijau yang ternyata baru berusia 900 tahun. Sekarang, kemunculan Bunga Kristal Darah ini be
Keesokan harinya, di Jiloam. Iring-iringan mobil mewah melaju menuju Vila Palem Kencana. Ke mana pun mobil-mobil ini lewat, suasana langsung menjadi meriah.Susan dan sekelompok anggota Keluarga Caonata sudah lama menunggu di depan pintu. Salah satu mobil perlahan berhenti, lalu Gianna yang berpakaian mewah dan memasang ekspresi angkuh keluar terlebih dahulu."Selamat datang, Gianna. Ayo, silakan masuk!" sambut Susan dengan antusias sambil menebar senyum.Gianna adalah adik perempuan Harry. Dia juga memiliki posisi yang sangat penting di dalam Keluarga Sunaryo."Bibi Susan, sudah lama nggak ketemu." Gianna mengangguk sebagai tanggapan atas sapaan Susan, lalu berkata dengan tenang, "Mana Kak Bianca? Kenapa aku nggak melihatnya?""Bianca sedang dandan di kamar, sebentar lagi juga selesai," jelas Susan sambil tersenyum.Saat ini, Ken yang berdiri di sebelah Susan tiba-tiba berkata, "Gianna, karena tahu kamu bakal datang, aku sengaja menyiapkan hadiah untukmu. Lihatlah." Dia mengeluarkan s
Semua orang seketika tercengang begitu mendengar ucapan Bianca. Tidak ada yang menyangka Bianca akan berkata begitu."Bianca, kamu ngomong apa? Apa kamu masih belum bangun?" ujar Susan sambil memelototi putrinya dengan galak."Bu, aku tahu apa yang kubicarakan. Memang sangat disayangkan, tapi aku tetap harus mengatakan kalau aku dan Harry nggak cocok," kata Bianca dengan tenang."Kak Bianca, apa maksudmu?" tanya Gianna sambil mengernyit. Perasaannya mulai terasa tidak nyaman."Aku mau membatalkan pernikahan" jawab Bianca. Kata-katanya kembali mengejutkan semua orang."Membatalkan pernikahan?" Ekspresi Gianna berubah muram saat dia berkata dengan tegas, "Bianca, apa kamu sudah gila? Kamu mau membatalkan pernikahan dengan keluargaku? Berani-beraninya kamu!"Susan buru-buru memperingatkan, "Bianca, jangan berbuat konyol! Kamu nggak boleh sembarangan bicara!"Keluarga Sunaryo adalah salah satu dari Tiga Keluarga Puncak. Baik dengan koneksi ataupun latar belakang keluarga, mereka bisa mengh