Luther berucap, "Tenang saja. Aku akan tanggung jawab sendiri dan nggak akan melibatkan kalian berdua. Tapi, kalau kalian takut, kalian boleh pergi dulu dan anggap saja aku nggak lihat apa-apa."Perkataan Luther yang sederhana membuat Joel dan Tyson sangat malu. Terutama ketika melihat tatapan 3 wanita cantik, Joel dan Tyson merasa sangat terhina. Rasanya benar-benar memalukan diremehkan oleh seorang dokter kampungan."Bocah sialan! Kamu pasti celaka! Kalian semua juga pasti celaka!" teriak pria paruh bayu yang segera bangkit dari lantai. Ekspresinya tampak sangat garang."Siapa yang celaka? Coba kamu ulangi lagi," bentak Luther. Setelah itu, dia menampar pria paruh baya lagi."Kamu ...," ucap pria paruh baya. Sebelum menyelesaikan perkataannya, Luther menamparnya lagi.Pria paruh baya itu mendengkus, lalu akhirnya pingsan karena tidak bisa bertahan lagi. Quinn dan beberapa orang lainnya terperangah. Tidak ada yang menyangka ternyata Luther begitu nekat.Jelas-jelas Luther tahu pria it
Quinn berkata dengan terkejut, "Aquaria, kamu bisa selamat kali ini. Kalau Tyson berhasil membujuk Tuan Arnold, aku yakin kamu pasti bisa terbebas dari masalah ini!""Baguslah kalau begitu. Terima kasih, Tyson!" ucap Aquaria dengan senang sambil membungkuk. "Nggak usah sungkan. Kita semua adalah teman. Ini hanya bantuan kecil," timpal Tyson sembari melambaikan tangannya."Sudah, sudah. Karena masalahnya sudah diatasi, ayo kita pergi ke bar," ajak Joel. Dia menelepon supirnya, lalu meminta teman-temannya untuk naik ke mobil.Ketika mesin mobil mereka baru saja menyala, tiba-tiba ada belasan mobil hitam yang mengepung restoran. Setelah pintu mobil dibuka, terlihat ada banyak preman yang memegang tongkat. Mereka menyerbu masuk ke dalam restoran dengan niat membunuh yang dahsyat."Astaga! Orang-orang yang tadi itu bukan utusan Keluarga Lambert, 'kan?" tanya Joel dengan gugup.Untung saja, mereka keluar tepat waktu. Jika terlambat 2 menit saja, mereka tidak akan bisa kabur."Bianca, pacar
Ariana merasa sangat sedih saat melihat sorot mata Luther yang tampak dingin, tetapi dia berpura-pura untuk terlihat tenang."Luther, aku melakukan ini bukan untuk membuatmu berterima kasih padaku. Aku hanya nggak ingin sesuatu terjadi padamu," jelas Ariana."Apa pun yang terjadi padaku, sepertinya nggak ada hubungannya denganmu," timpal Luther dengan ekspresi muram."Aku tahu kamu membenciku, aku juga berhutang sesuatu padamu. Tapi, ke depannya aku akan berusaha untuk menebus semuanya," ucap Ariana."Menebus?" Luther berkata sambil mencibir, "Ariana, aku rasa kamu sudah terlalu tinggi menilai dirimu sendiri. Menurutmu, apa aku akan memedulikan semua ini?""Lalu, apa yang kamu pedulikan? Atau nggak, apa kamu memerlukan bantuan?" tanya Ariana."Maaf, aku nggak membutuhkan apa pun. Aku hanya ingin kamu menjauh dariku," timpal Luther."Apa kamu sebenci itu padaku?" tanya Ariana lagi sambil mengernyit. Hatinya bagaikan ditusuk oleh ribuan jarum, membuatnya merasa sangat sakit."Tentu saja.
Setelah mengantar Bianca pulang, Luther kembali ke Klinik Damai. Sementara itu, sebuah mobil hitam terparkir di sudut yang tidak jauh dari klinik. Begitu pintu mobil terbuka, terlihat beberapa pembunuh berpakaian hitam dan bertopeng hitam. Mereka membawa pistol dengan peredam suara sembari berjalan ke arah klinik dengan perlahan.Seolah-olah sudah terlatih dengan baik, mereka langsung mengepung seluruh klinik dan memblokir semua pintu masuk tanpa ada yang mengucapkan apa pun."Maju!" perintah pemimpin pembunuh sambil memberikan isyarat.Seorang pembunuh yang berdiri di sebelah kiri menganggukkan kepalanya dan hendak membuka pintu. Tiba-tiba, pintu utama klinik pun terbuka dengan suara deritan. Cahaya redup terpancar dari dalam ruangan."Kalian bahkan sudah datang, jadi nggak perlu menyembunyikan wajah kalian lagi. Silakan masuk," ucap seseorang dengan dingin.Beberapa orang itu sontak terkejut. Mereka mengintip melalui celah pintu, lalu terlihat Luther yang sedang duduk di atas kursi s
"Jangan bunuh aku ... aku katakan!"Pemimpin pembunuh itu ketakutan. Dia tidak berani menyembunyikan apa pun lagi dan menceritakan segalanya dengan jelas. Dia memberi tahu siapa majikannya dan di mana dia tinggal kepada Luther, tidak ada satu detail pun yang terlewatkan.Setelah mendengar ceritanya, Luther mengangguk dan segera membunuh beberapa pembunuh itu, lalu pergi lagi. Seorang pria sejati selalu menunggu kesempatan untuk balas dendam, tetapi Luther tidak pernah menunda pembalasan dendamnya. Jika tidak, dia tidak akan bisa tidur dengan tenang.....Saat ini, di dalam bak mandi di sebuah hotel mewah, pemuda berambut putih, George, sedang berbicara dengan Arnold melalui telepon."Tuan Arnold, Anda tidak usah khawatir. Bawahan saya bekerja dengan cermat dan tidak akan meninggalkan jejak apa pun. Mulai besok, Anda tidak akan melihat anak itu lagi.""Sebaiknya begitu, aku tidak ingin terjadi masalah di acara pertunangan besok.""Tentu saja, saya akan memastikan semuanya berjalan denga
Luther mengemudikan mobil sambil menelepon Ariana dengan panik. Namun, tidak peduli berapa kali dia menelepon, panggilannya tetap tidak diangkat oleh Ariana. Luther tiba-tiba merasa panik, seolah-olah ada sesuatu yang sangat penting yang perlahan-lahan menghilang.Dia menginjak pedal gas dengan keras dan langsung menuju ke rumah Keluarga Warsono. Sejak bercerai, dia belum pernah kembali ke rumah ini lagi, tetapi sekarang tidak ada waktu untuk memikirkan hal itu lagi. Begitu turun dari mobil, dia bergegas ke pintu masuk rumah, lalu menekan bel dan memukul pintu dengan keras."Siapa yang begitu tidak sopan? Tidak bisa mengetuk pintu dengan lebih lembut?"Terdengar suara dengan nada kesal itu dan pintu rumah terbuka."Luther? Kenapa kamu datang ke sini?" kata Helen sambil mengernyitkan alisnya dan ekspresinya kesal."Mana Ariana? Aku ingin bertemu dengannya!" tanya Luther."Huh! Apa kamu bisa bertemu dengannya sesukamu? Kamu pikir kamu siapa? Cepat pergi!" kata Helen tanpa belas kasihan.
"Ada beberapa hal yang perlu dibicarakan langsung agar jelas," kata Ariana sambil menggelengkan kepala."Baiklah, aku beri kalian waktu tiga menit untuk mengakhiri semuanya."Helen tidak banyak berbicara lagi dan berdiri di samping dengan tenang. Lagi pula, besok mereka sudah akan pindah ke Translandia dan menikmati hidup mewah. Orang tidak berguna seperti Luther tidak akan memiliki kesempatan untuk bertemu dengan putrinya lagi seumur hidupnya."Bukankah kamu bilang semuanya sudah berakhir? Kenapa kamu datang ke sini?"Ariana melihat orang yang berada di depannya dengan tatapan yang rumit."Aku sudah tahu kebenarannya, kamu dipaksa oleh Arnold. Kamu sebenarnya tidak perlu menikahinya, aku bisa membantumu membereskan masalah ini!" kata Luther dengan ekspresi serius.Mendengar perkataan ini, Ariana tertegun sejenak, lalu tersenyum dengan sopan. "Aku tidak tahu kamu dengar kabar ini dari mana, tapi aku beri tahu kamu, ini adalah kemauanku sendiri untuk menikahi Arnold dan tidak ada yang m
Pada keesokan harinya, di Hotel Royal, sebuah pernikahan yang meriah sedang berlangsung dengan penuh semangat. Pernikahan antara dua keluarga besar ini telah menghebohkan seluruh kota Jiloam. Banyak pedagang kaya dan pejabat tinggi yang datang untuk menghadirinya.Ratusan mobil mewah hampir mengisi seluruh halaman hotel dan seluruh jalan telah ditutup untuk acara pernikahan hari ini. Arnold yang mengenakan setelan pengantin yang menyambut tamu di pintu masuk aula. Tentu saja, Arnold hanya menyambut mereka yang memiliki kedudukan tinggi saja, sedangkan tamu biasa disambut oleh stafnya sendiri."Tuan Arnold ...."Pada saat itu, George tiba-tiba mendekat dan berbisik, "Ada sedikit masalah. Si Luther masih belum mati, tapi semua pembunuh yang aku kirimkan menghilang."Arnold mengernyitkan malas. "Eh? Apa saja yang kamu lakukan? Masalah kecil ini juga tidak sanggup diselesaikan.""Maaf, aku sudah meremehkan anak itu," kata George sambil menundukkan kepala."Sudahlah, setelah acara pernikaha
Begitu mendengar pertarungan dimulai, suasana menjadi makin gempar. Sebagian besar mendukung Adam, sebagian besar lagi mendukung Hasta. Keduanya sama-sama genius yang punya reputasi besar. Tentu banyak yang menantikan pertarungan ini.Meskipun urutan Adam di Peringkat Genius lebih rendah, sebagai Ketua Muda Organisasi Mondial, reputasi dan prestisenya justru lebih tinggi daripada Hasta. Adapun siapa yang lebih kuat, semua akan terbukti setelah pertarungan ini berakhir."Hasta, aku sudah lama menunggu hari ini." Mata Adam yang menatap Hasta dipenuhi semangat bertarung. "Banyak orang bilang aku kalah darimu. Aku nggak bisa terima. Hari ini, aku mau bersaing denganmu. Kira-kira lebih hebat pedangmu atau Teknik Pedang Dewaku?""Waktu kamu mengatakan ini, kamu sudah ditakdirkan untuk kalah. Ini karena kamu nggak punya keyakinan untuk mengalahkanku," timpal Hasta dengan tidak acuh."Huh! Nggak usah basa-basi lagi. Hari ini, akan kutunjukkan kehebatan Teknik Empat Dewaku kepadamu!" Tubuh Adam
Setelah pertarungan berakhir, semuanya kembali ke ruang istirahat. Sekarang sudah siang hari. Para kandidat dan penonton tentu harus makan siang terlebih dahulu.Setelah beristirahat sekitar 1 jam, suasana menjadi ramai kembali. Ini karena Nabel naik ke arena kembali. Di belakangnya adalah seorang murid Gunung Narima yang memegang kotak hitam berisikan bola bernomor."Silakan keempat kandidat maju untuk mengambil nomor," ucap Nabel dengan lantang sambil memandang ke sekeliling.Di tengah suara tepuk tangan, empat sosok maju dan menaiki arena. Yang berdiri di paling depan adalah Hasta. Di belakangnya adalah Adam. Yang paling belakang adalah Charlotte dan Luther."Paman, sudah semifinal. Semangat!" Setelah naik ke arena, Charlotte mengedipkan matanya dengan nakal kepada Luther."Kamu juga." Luther tersenyum. Dengan kemampuan Charlotte, dia masih jauh dari Hasta. Jika melawan Adam, Charlotte punya peluang yang cukup besar untuk menang.Bagaimanapun, Adam baru menerobos tingkat grandmaster
"Siapa sebenarnya pemuda ini?" gumam Nabel sambil menatap tangannya yang gemetaran. Dia tak kuasa merasa terkejut.Dari serangan tadi, Nabel bukan hanya tidak mendapat keuntungan dari Luther, tetapi juga menderita kerugian. Patut diketahui bahwa Nabel sudah mencapai tingkat grandmaster.Baik itu basis kultivasi ataupun pencapaian Mantra Cahaya Emas, Nabel jauh lebih hebat daripada Harit. Secara logika, dia seharusnya bisa mengalahkan pemuda seperti Luther. Namun, serangan tadi membuatnya menyadari sesuatu.Luther hanya menyembunyikan kekuatannya dan belum memperlihatkan kekuatan yang sesungguhnya. Jika tidak, Harit mungkin sudah mati sejak tadi. Setelah memikirkan ini, Nabel merasa gelisah.Orang-orang mengatakan di atas langit masih ada langit. Kekuatan dan potensi yang ditunjukkan Luther sungguh mengerikan. Bahkan, tidak berlebihan untuk mengatakan Luther adalah monster yang setara dengan Hasta."Ada apa ini? Kenapa wasit turun tangan?""Masa nggak ngerti? Harit sudah kalah. Kalau wa
Setelah Jimat Magis Delapan Diagram terbentuk, muncul sebuah formasi besar delapan diagram di tengah arena. Formasi itu menutupi sebagian besar arena dan terus berubah.Luther berdiri di tengah formasi. Seketika, dia merasakan tekanan besar. Tekanan ini berbeda dengan yang dihasilkan Jimat Pemindah Gunung. Tekanan ini tidak menargetkan fisik, melainkan menargetkan jiwa.Ini membuat seseorang merasa dirinya seolah-olah berada di dalam penjara dan tidak akan pernah bisa melarikan diri. Jika dibandingkan dengan sebelumnya, Jimat Magis Delapan Diagram baru benar-benar memperlihatkan kekuatan yang sesungguhnya kali ini."Kamu nggak seharusnya memberiku waktu untuk membuat persiapan. Kamu terlalu sombong!" Harit merasa lega melihat formasinya telah terbentuk. Jimat Magis Delapan Diagram memang hebat, tetapi butuh waktu untuk digunakan. Bagi ahli bela diri. Waktu ini sebenarnya sangat fatal.Ketika menghadapi Kiehl kemarin, Karena situasi mendesak, Harit terpaksa mengambil risiko dan tidak se
"Apa?" Ekspresi Harit berubah drastis melihat Jimat Pengekang Jiwa yang meledak. Dia tidak menyangka di saat genting seperti ini, tiba-tiba muncul sebilah pedang yang menghancurkan semuanya.Kapan pedang ini muncul? Kenapa dia tidak merasakan apa pun? Sebelum Harit bereaksi, pedang hitam itu kembali bergerak. Terdengar raungan ringan, seolah-olah pedang itu memiliki spiritualitas. Pedang itu berputar di udara, lalu memelesat ke arah Jimat Pemindah Gunung dengan cepat.Bam! Jimat Pemindah Gunung yang melayang di udara hancur begitu saja, lalu berubah menjadi cahaya kuning. Pada saat yang sama, tubuh Luther menjadi ringan kembali.Luther merentangkan tangannya dengan perlahan. Setelah berputar satu putaran, pedang itu mendarat di tangan Luther. "Jimat Magis memang luar biasa. Hari ini aku akhirnya punya kesempatan untuk merasakannya sendiri."Luther memegang pedang dengan satu tangannya. Bibirnya menyunggingkan senyuman. Tatapannya menjadi lebih serius. Meskipun Jimat Pemindah Gunung tid
"Masa? Karena kamu begitu percaya diri, kita lihat saja nanti." Yusril tersenyum tipis. Dia merasa sangat senang karena punya kesempatan untuk membuat Logan kesal.Bagaimanapun, Logan kalah dari Azka waktu itu. Sejak saat itu, Logan terus ditekan oleh Azka. Dengan kata lain, Azka adalah momok di hati Logan. Itu adalah trauma yang tak pernah terhapuskan.Ketika keduanya sedang berdebat di kursi penonton, situasi pertarungan di arena mengalami perubahan. Harit mulai kehabisan energi astral. Dia harus mengaktifkan Mantra Cahaya Emas, juga harus menggunakan Teknik Halilintar. Hal ini membuatnya agak kewalahan.Di sisi lain, Luther terus mengandalkan kecepatan dan kekuatannya untuk menyerang. Luther pun hanya mengerahkan energi sejati saat melawan Teknik Halilintar. Jika situasi terus berlanjut, Harit tentu akan kalah."Aku harus segera mengakhiri pertarungan ini!" Harit menggertakkan giginya saat melihat energi astralnya tidak cukup lagi. Dia memutuskan untuk menggunakan jurus andalannya.
Ketika melihat arus listrik itu memelesat ke arahnya, Luther sama sekali tidak menghindar. Dia membentuk tombak dengan energi sejatinya dan menikam ke depan. Dia ingin mencoba sehebat apa Teknik Halilintar.Energi sejati dan Teknik Halilintar berbenturan. Seketika, kilat dan guntur menyambar. Energi meluap ke mana-mana. Serangan keduanya saling menetralkan. Tidak ada yang kalah.Pada saat yang sama, keduanya pun tidak berpangku tangan. Mereka lanjut menyerang dengan mengandalkan fisik. Suara pertarungan memenuhi seluruh arena."Aku nggak nyangka Luther setara dengan Harit. Ini di luar ekspektasiku.""Luther memang hebat. Apa yang perlu diherankan?""Kamu nggak ngerti. Luther ahli dalam pedang. Tapi, dia juga bisa melawan Mantra Cahaya Emas dan Teknik Halilintar Harit dengan mengandalkan fisiknya. Bisa dilihat, dia kuat sekali!""Ya. Kalau Harit ingin menang, sepertinya dia hanya bisa mengandalkan Jimat Magis. Tapi, jimat itu terlalu kuat."Sambil menyaksikan pertarungan sengit di arena
Seketika, semua orang bersorak dan bertepuk tangan untuk memberi dukungan. Luther dan Harit pun menaiki arena.Semua orang sangat menantikan hasil pertarungan terakhir ini. Baik itu Harit ataupun Luther, keduanya sama-sama hebat. Harit berhasil mengalahkan Kiehl yang merupakan ahli bela diri urutan kesembilan di Peringkat Genius. Reputasinya sangat besar sekarang. Sementara itu, Luther mengalahkan para ahli bela diri dari luar negeri. Dia juga menunjukkan kekuatan yang sangat hebat."Menurut kalian siapa yang bakal menang?""Seharusnya Harit, 'kan? Soalnya dia murid pribadi Gunung Narima. Dia sudah menguasai Mantra Cahaya Emas, Teknik Halilintar, juga Jimat Magis. Dia juga punya senjata Sekte Talasi. Kiehl saja bukan lawannya. Kesenjangan mereka pasti sangat besar.""Belum tentu! Aku rasa kita nggak bisa meremehkan Luther. Dia sangat misterius. Dia sepertinya menguasai semua teknik. Sampai sekarang, aku nggak bisa menilai kemampuannya.""Kita nonton saja. Hasilnya pasti terlihat nanti.
"Aku kalah." Mario menunduk dan melontarkan kedua kata ini dengan susah payah. Meskipun merasa enggan, harus diakui bahwa dirinya memang kalah telak dari Hasta. Jika terus dilanjutkan, dia hanya akan mati."Kamu sudah sangat hebat karena mampu menahan seranganku ini." Usai berbicara dengan dingin, Hasta berbalik dan turun dari arena. Mario tidak termasuk lemah, tetapi Hasta tidak tertarik untuk melawannya."Selamat kepada kandidat nomor dua, Hasta, atas kemenangannya!" Nabel segera mengumumkan hasil pertarungan.Seketika, suara tepuk tangan yang meriah memenuhi seluruh arena. Meskipun pertarungan kali ini sangat singkat, hasilnya sangat menakjubkan. Terutama kehebatan Hasta, mereka tidak akan pernah melupakannya. Begitu menghunuskan pedang, Hasta tak terkalahkan."Sayang sekali ...." Yusril menggeleng dan memasang ekspresi sedih. Jika serangan Hasta tadi membunuh Mario, hasilnya tentu akan lebih bagus. Dengan begitu, Sekte Pedang akan kehilangan seorang genius dan mungkin akan terjadi