Luther mengemudikan mobil sambil menelepon Ariana dengan panik. Namun, tidak peduli berapa kali dia menelepon, panggilannya tetap tidak diangkat oleh Ariana. Luther tiba-tiba merasa panik, seolah-olah ada sesuatu yang sangat penting yang perlahan-lahan menghilang.Dia menginjak pedal gas dengan keras dan langsung menuju ke rumah Keluarga Warsono. Sejak bercerai, dia belum pernah kembali ke rumah ini lagi, tetapi sekarang tidak ada waktu untuk memikirkan hal itu lagi. Begitu turun dari mobil, dia bergegas ke pintu masuk rumah, lalu menekan bel dan memukul pintu dengan keras."Siapa yang begitu tidak sopan? Tidak bisa mengetuk pintu dengan lebih lembut?"Terdengar suara dengan nada kesal itu dan pintu rumah terbuka."Luther? Kenapa kamu datang ke sini?" kata Helen sambil mengernyitkan alisnya dan ekspresinya kesal."Mana Ariana? Aku ingin bertemu dengannya!" tanya Luther."Huh! Apa kamu bisa bertemu dengannya sesukamu? Kamu pikir kamu siapa? Cepat pergi!" kata Helen tanpa belas kasihan.
"Ada beberapa hal yang perlu dibicarakan langsung agar jelas," kata Ariana sambil menggelengkan kepala."Baiklah, aku beri kalian waktu tiga menit untuk mengakhiri semuanya."Helen tidak banyak berbicara lagi dan berdiri di samping dengan tenang. Lagi pula, besok mereka sudah akan pindah ke Translandia dan menikmati hidup mewah. Orang tidak berguna seperti Luther tidak akan memiliki kesempatan untuk bertemu dengan putrinya lagi seumur hidupnya."Bukankah kamu bilang semuanya sudah berakhir? Kenapa kamu datang ke sini?"Ariana melihat orang yang berada di depannya dengan tatapan yang rumit."Aku sudah tahu kebenarannya, kamu dipaksa oleh Arnold. Kamu sebenarnya tidak perlu menikahinya, aku bisa membantumu membereskan masalah ini!" kata Luther dengan ekspresi serius.Mendengar perkataan ini, Ariana tertegun sejenak, lalu tersenyum dengan sopan. "Aku tidak tahu kamu dengar kabar ini dari mana, tapi aku beri tahu kamu, ini adalah kemauanku sendiri untuk menikahi Arnold dan tidak ada yang m
Pada keesokan harinya, di Hotel Royal, sebuah pernikahan yang meriah sedang berlangsung dengan penuh semangat. Pernikahan antara dua keluarga besar ini telah menghebohkan seluruh kota Jiloam. Banyak pedagang kaya dan pejabat tinggi yang datang untuk menghadirinya.Ratusan mobil mewah hampir mengisi seluruh halaman hotel dan seluruh jalan telah ditutup untuk acara pernikahan hari ini. Arnold yang mengenakan setelan pengantin yang menyambut tamu di pintu masuk aula. Tentu saja, Arnold hanya menyambut mereka yang memiliki kedudukan tinggi saja, sedangkan tamu biasa disambut oleh stafnya sendiri."Tuan Arnold ...."Pada saat itu, George tiba-tiba mendekat dan berbisik, "Ada sedikit masalah. Si Luther masih belum mati, tapi semua pembunuh yang aku kirimkan menghilang."Arnold mengernyitkan malas. "Eh? Apa saja yang kamu lakukan? Masalah kecil ini juga tidak sanggup diselesaikan.""Maaf, aku sudah meremehkan anak itu," kata George sambil menundukkan kepala."Sudahlah, setelah acara pernikaha
"Sekarang, mari kita sambut pengantin wanita ke atas panggung!" kata pembawa acara itu.Di tengah tepuk tangan yang meriah, Ariana mengenakan congsam merah yang cantik perlahan-lahan berjalan ke atas panggung."Astaga! Pengantin wanitanya benar-benar cantik! Seperti bidadari!""Tuan Arnold memang luar biasa bisa menikahi wanita secantik itu!""Mereka benar-benar pasangan yang sangat serasi!"Dengan munculnya Ariana, suasana di bawah panggung menjadi makin meriah. Mata para tamu terlihat bersinar dan penuh dengan perasaan iri. Setelah pembukaan acara yang sederhana, mereka segera memulai upacara pernikahan."Sekarang, silakan pasangan pengantin ini memberi hormat kepada langit dan bumi!" kata pembawa acara itu sambil memegang mikrofon dan tersenyum lebar.Saat mengatakan itu, pembawa acara itu memberikan isyarat ke arah depan. Arnold dan Ariana melangkah maju beberapa langkah, lalu membungkuk dengan sangat dalam."Kedua, beri hormat kepada orang tua!" teriak pembawa acara itu lagi.Kedu
"Aku datang untuk ... merampas pengantin!"Luther melangkah masuk dan suaranya bergema di seluruh aula pernikahan. Dalam sekejap, suaranya berhasil menutupi semua suara lainnya. Mata semua orang membelalak dan ekspresinya terlihat terkejut. Tidak ada yang menduga ada seseorang yang berani mengganggu pernikahan antara Keluarga Lambert dan Keluarga Warsono."Berengsek! Siapa anak ini? Berani-beraninya datang merampas pengantin! Apa dia ingin mati?""Tidak bisa dipungkiri, dia benar-benar pemberani, berani mengganggu di hari yang begitu penting!""Luar biasa! Sungguh luar biasa! Ada pertunjukan yang bagus sekarang!"Setelah hening sejenak, seluruh aula pernikahan menjadi heboh. Semua orang terus menunjuk dan membahas tindakan Luther."Luther?"Melihat wajah yang familier, ekspresi Ariana menjadi gembira, tetapi kegembiraannya ini segera digantikan oleh kekhawatiran. Meskipun dia sangat bersyukur dan terharu, tindakan Luther jelas telah menciptakan masalah besar. Berani membuat kekacauan d
Ariana bukan hanya mempermalukan Arnold, bahkan martabat seluruh Keluarga Lambert!"Ariana! Kalau kamu berani melarikan diri dari pernikahan ini, kamu akan menjadi musuh Keluarga Warsono!" teriak Pristia dan putrinya yang tiba-tiba berdiri."Putriku! Tolong jangan tergesa-gesa! Kalau kamu pergi bersama orang ini, kita semua akan hancur!" teriak Helen dengan panik.Menghina Keluarga Lambert bukan hanya masalah kehilangan kesempatan menjadi orang kaya saja. Seluruh Keluarga Warsono akan menghadapi kehancuran!"Ibu, aku ...," kata Ariana dengan ragu."Jangan takut, ada aku."Luther mengepal tangan Ariana di sampingnya, lalu melihat ke sekeliling dan berkata dengan tegas, "Pernikahan hari ini, aku telah merebut pengantinnya! Kalau ada yang tidak setuju, silakan hadapi aku!"Begitu mengatakan itu, situasi di seluruh ruangan menjadi gempar."Sialan! Pria ini terlalu tampan! Dia bersedia menjadi musuh dengan seluruh dunia demi wanita yang dicintainya.""Kalau ada pria seperti ini yang mencint
Kehadiran Jordan membuat situasi segera menjadi stabil. Beberapa ahli dari Keluarga Lambert yang ingin bertindak, tetapi tidak berani karena takut akan melukai Arnold."Kak Luther, kalian pergi dulu, masalah di sini serahkan kepadaku," kata Jordan dengan percaya diri.Setelah pertempuran di Gunung Awan, kekuatan Jordan telah mencapai tahap sejati. Kekuatannya meningkat seratus kali lipat!Arnold tersenyum sinis. "Pergi? Kalian ingin pergi ke mana? Kalian tidak akan bisa kabur. Meskipun beruntung bisa bertahan hidup, pada akhirnya juga tidak akan lepas dari pengejaran Keluarga Lambert!"Begitu mendengar perkataan itu, Luther yang baru saja hendak pergi, tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia berbalik dan berkata dengan nada dingin, "Kamu sedang mengancamku?"Arnold tidak menyembunyikan perasaannya. "Hehehe ... kenapa kalau aku mengancammu? Aku tidak tahu dari mana kamu menemukan pembantu seperti ini, tapi kalau kamu merasa hanya dengan dia seorang bisa melawanku, kamu juga benar-benar n
"Tapi …," ucap Ariana."Pergilah. Kalau kamu di sini, aku nggak bisa konsentrasi," timpal Luther.Ariana baru saja ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia disela oleh Luther. Akhirnya, dia hanya mengangguk dan menuruti permintaan Luther. Masalahnya sudah seperti ini, Ariana pun tidak ada pilihan lain lagi, dia hanya bisa terus berbohong. Asalkan Luther bisa hidup dengan damai, Ariana rela kehilangan segalanya dan pergi ke mana pun bersama Luther.Setelah memastikan Ariana pergi dengan selamat, Luther melihat ke sekeliling dan menatap sekelompok orang dari Keluarga Warsono. Dia bertanya, "Kenapa kalian masih diam di sini? Apa kalian sudah bosan hidup?""Kami pergi." Catherine dan Pristia saling memandang sejenak, lalu bergegas pergi. Masalah Ariana yang membatalkan pertunangan secara sepihak telah membuat Keluarga Lambert dan Keluarga Warsono berselisih. Jika mereka tetap berada di sini, mungkin saja akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan."Dasar, pembawa sial! Kamu sudah membuat Kel
Begitu mendengar pertarungan dimulai, suasana menjadi makin gempar. Sebagian besar mendukung Adam, sebagian besar lagi mendukung Hasta. Keduanya sama-sama genius yang punya reputasi besar. Tentu banyak yang menantikan pertarungan ini.Meskipun urutan Adam di Peringkat Genius lebih rendah, sebagai Ketua Muda Organisasi Mondial, reputasi dan prestisenya justru lebih tinggi daripada Hasta. Adapun siapa yang lebih kuat, semua akan terbukti setelah pertarungan ini berakhir."Hasta, aku sudah lama menunggu hari ini." Mata Adam yang menatap Hasta dipenuhi semangat bertarung. "Banyak orang bilang aku kalah darimu. Aku nggak bisa terima. Hari ini, aku mau bersaing denganmu. Kira-kira lebih hebat pedangmu atau Teknik Pedang Dewaku?""Waktu kamu mengatakan ini, kamu sudah ditakdirkan untuk kalah. Ini karena kamu nggak punya keyakinan untuk mengalahkanku," timpal Hasta dengan tidak acuh."Huh! Nggak usah basa-basi lagi. Hari ini, akan kutunjukkan kehebatan Teknik Empat Dewaku kepadamu!" Tubuh Adam
Setelah pertarungan berakhir, semuanya kembali ke ruang istirahat. Sekarang sudah siang hari. Para kandidat dan penonton tentu harus makan siang terlebih dahulu.Setelah beristirahat sekitar 1 jam, suasana menjadi ramai kembali. Ini karena Nabel naik ke arena kembali. Di belakangnya adalah seorang murid Gunung Narima yang memegang kotak hitam berisikan bola bernomor."Silakan keempat kandidat maju untuk mengambil nomor," ucap Nabel dengan lantang sambil memandang ke sekeliling.Di tengah suara tepuk tangan, empat sosok maju dan menaiki arena. Yang berdiri di paling depan adalah Hasta. Di belakangnya adalah Adam. Yang paling belakang adalah Charlotte dan Luther."Paman, sudah semifinal. Semangat!" Setelah naik ke arena, Charlotte mengedipkan matanya dengan nakal kepada Luther."Kamu juga." Luther tersenyum. Dengan kemampuan Charlotte, dia masih jauh dari Hasta. Jika melawan Adam, Charlotte punya peluang yang cukup besar untuk menang.Bagaimanapun, Adam baru menerobos tingkat grandmaster
"Siapa sebenarnya pemuda ini?" gumam Nabel sambil menatap tangannya yang gemetaran. Dia tak kuasa merasa terkejut.Dari serangan tadi, Nabel bukan hanya tidak mendapat keuntungan dari Luther, tetapi juga menderita kerugian. Patut diketahui bahwa Nabel sudah mencapai tingkat grandmaster.Baik itu basis kultivasi ataupun pencapaian Mantra Cahaya Emas, Nabel jauh lebih hebat daripada Harit. Secara logika, dia seharusnya bisa mengalahkan pemuda seperti Luther. Namun, serangan tadi membuatnya menyadari sesuatu.Luther hanya menyembunyikan kekuatannya dan belum memperlihatkan kekuatan yang sesungguhnya. Jika tidak, Harit mungkin sudah mati sejak tadi. Setelah memikirkan ini, Nabel merasa gelisah.Orang-orang mengatakan di atas langit masih ada langit. Kekuatan dan potensi yang ditunjukkan Luther sungguh mengerikan. Bahkan, tidak berlebihan untuk mengatakan Luther adalah monster yang setara dengan Hasta."Ada apa ini? Kenapa wasit turun tangan?""Masa nggak ngerti? Harit sudah kalah. Kalau wa
Setelah Jimat Magis Delapan Diagram terbentuk, muncul sebuah formasi besar delapan diagram di tengah arena. Formasi itu menutupi sebagian besar arena dan terus berubah.Luther berdiri di tengah formasi. Seketika, dia merasakan tekanan besar. Tekanan ini berbeda dengan yang dihasilkan Jimat Pemindah Gunung. Tekanan ini tidak menargetkan fisik, melainkan menargetkan jiwa.Ini membuat seseorang merasa dirinya seolah-olah berada di dalam penjara dan tidak akan pernah bisa melarikan diri. Jika dibandingkan dengan sebelumnya, Jimat Magis Delapan Diagram baru benar-benar memperlihatkan kekuatan yang sesungguhnya kali ini."Kamu nggak seharusnya memberiku waktu untuk membuat persiapan. Kamu terlalu sombong!" Harit merasa lega melihat formasinya telah terbentuk. Jimat Magis Delapan Diagram memang hebat, tetapi butuh waktu untuk digunakan. Bagi ahli bela diri. Waktu ini sebenarnya sangat fatal.Ketika menghadapi Kiehl kemarin, Karena situasi mendesak, Harit terpaksa mengambil risiko dan tidak se
"Apa?" Ekspresi Harit berubah drastis melihat Jimat Pengekang Jiwa yang meledak. Dia tidak menyangka di saat genting seperti ini, tiba-tiba muncul sebilah pedang yang menghancurkan semuanya.Kapan pedang ini muncul? Kenapa dia tidak merasakan apa pun? Sebelum Harit bereaksi, pedang hitam itu kembali bergerak. Terdengar raungan ringan, seolah-olah pedang itu memiliki spiritualitas. Pedang itu berputar di udara, lalu memelesat ke arah Jimat Pemindah Gunung dengan cepat.Bam! Jimat Pemindah Gunung yang melayang di udara hancur begitu saja, lalu berubah menjadi cahaya kuning. Pada saat yang sama, tubuh Luther menjadi ringan kembali.Luther merentangkan tangannya dengan perlahan. Setelah berputar satu putaran, pedang itu mendarat di tangan Luther. "Jimat Magis memang luar biasa. Hari ini aku akhirnya punya kesempatan untuk merasakannya sendiri."Luther memegang pedang dengan satu tangannya. Bibirnya menyunggingkan senyuman. Tatapannya menjadi lebih serius. Meskipun Jimat Pemindah Gunung tid
"Masa? Karena kamu begitu percaya diri, kita lihat saja nanti." Yusril tersenyum tipis. Dia merasa sangat senang karena punya kesempatan untuk membuat Logan kesal.Bagaimanapun, Logan kalah dari Azka waktu itu. Sejak saat itu, Logan terus ditekan oleh Azka. Dengan kata lain, Azka adalah momok di hati Logan. Itu adalah trauma yang tak pernah terhapuskan.Ketika keduanya sedang berdebat di kursi penonton, situasi pertarungan di arena mengalami perubahan. Harit mulai kehabisan energi astral. Dia harus mengaktifkan Mantra Cahaya Emas, juga harus menggunakan Teknik Halilintar. Hal ini membuatnya agak kewalahan.Di sisi lain, Luther terus mengandalkan kecepatan dan kekuatannya untuk menyerang. Luther pun hanya mengerahkan energi sejati saat melawan Teknik Halilintar. Jika situasi terus berlanjut, Harit tentu akan kalah."Aku harus segera mengakhiri pertarungan ini!" Harit menggertakkan giginya saat melihat energi astralnya tidak cukup lagi. Dia memutuskan untuk menggunakan jurus andalannya.
Ketika melihat arus listrik itu memelesat ke arahnya, Luther sama sekali tidak menghindar. Dia membentuk tombak dengan energi sejatinya dan menikam ke depan. Dia ingin mencoba sehebat apa Teknik Halilintar.Energi sejati dan Teknik Halilintar berbenturan. Seketika, kilat dan guntur menyambar. Energi meluap ke mana-mana. Serangan keduanya saling menetralkan. Tidak ada yang kalah.Pada saat yang sama, keduanya pun tidak berpangku tangan. Mereka lanjut menyerang dengan mengandalkan fisik. Suara pertarungan memenuhi seluruh arena."Aku nggak nyangka Luther setara dengan Harit. Ini di luar ekspektasiku.""Luther memang hebat. Apa yang perlu diherankan?""Kamu nggak ngerti. Luther ahli dalam pedang. Tapi, dia juga bisa melawan Mantra Cahaya Emas dan Teknik Halilintar Harit dengan mengandalkan fisiknya. Bisa dilihat, dia kuat sekali!""Ya. Kalau Harit ingin menang, sepertinya dia hanya bisa mengandalkan Jimat Magis. Tapi, jimat itu terlalu kuat."Sambil menyaksikan pertarungan sengit di arena
Seketika, semua orang bersorak dan bertepuk tangan untuk memberi dukungan. Luther dan Harit pun menaiki arena.Semua orang sangat menantikan hasil pertarungan terakhir ini. Baik itu Harit ataupun Luther, keduanya sama-sama hebat. Harit berhasil mengalahkan Kiehl yang merupakan ahli bela diri urutan kesembilan di Peringkat Genius. Reputasinya sangat besar sekarang. Sementara itu, Luther mengalahkan para ahli bela diri dari luar negeri. Dia juga menunjukkan kekuatan yang sangat hebat."Menurut kalian siapa yang bakal menang?""Seharusnya Harit, 'kan? Soalnya dia murid pribadi Gunung Narima. Dia sudah menguasai Mantra Cahaya Emas, Teknik Halilintar, juga Jimat Magis. Dia juga punya senjata Sekte Talasi. Kiehl saja bukan lawannya. Kesenjangan mereka pasti sangat besar.""Belum tentu! Aku rasa kita nggak bisa meremehkan Luther. Dia sangat misterius. Dia sepertinya menguasai semua teknik. Sampai sekarang, aku nggak bisa menilai kemampuannya.""Kita nonton saja. Hasilnya pasti terlihat nanti.
"Aku kalah." Mario menunduk dan melontarkan kedua kata ini dengan susah payah. Meskipun merasa enggan, harus diakui bahwa dirinya memang kalah telak dari Hasta. Jika terus dilanjutkan, dia hanya akan mati."Kamu sudah sangat hebat karena mampu menahan seranganku ini." Usai berbicara dengan dingin, Hasta berbalik dan turun dari arena. Mario tidak termasuk lemah, tetapi Hasta tidak tertarik untuk melawannya."Selamat kepada kandidat nomor dua, Hasta, atas kemenangannya!" Nabel segera mengumumkan hasil pertarungan.Seketika, suara tepuk tangan yang meriah memenuhi seluruh arena. Meskipun pertarungan kali ini sangat singkat, hasilnya sangat menakjubkan. Terutama kehebatan Hasta, mereka tidak akan pernah melupakannya. Begitu menghunuskan pedang, Hasta tak terkalahkan."Sayang sekali ...." Yusril menggeleng dan memasang ekspresi sedih. Jika serangan Hasta tadi membunuh Mario, hasilnya tentu akan lebih bagus. Dengan begitu, Sekte Pedang akan kehilangan seorang genius dan mungkin akan terjadi