"Maaf, Master. Aku salah bicara." Luther meminta maaf dengan canggung."Hahaha. Nggak masalah. Aku nggak keberatan soal ini." Riley tergelak, lalu melambaikan tangan kepada Atha. "Atha, keluarkan hadiahnya.""Baik." Atha mengiakan, lalu mengeluarkan sebuah kotak giok dan meletakkannya di meja samping Luther."Coba dibuka." Riley tersenyum.Luther mengangguk, lalu membuka kotak itu dengan kedua tangannya. Terlihat tiga buah mutiara di dalamnya. Yang satu berwarna emas, yang satu berwarna merah, yang satu lagi berwarna hijau.Masing-masing mutiara itu memancarkan cahaya yang cemerlang. Di dalamnya, terdapat seekor ular kecil dengan warna yang sama. Ular itu bergerak di dalam mutiara."Energi naga?" Luther tak kuasa terbelalak setelah melihatnya.Sebelum ini, Luther terus mencari energi naga. Itu sebabnya, dia langsung mengenali ketiga mutiara itu.Hanya saja, Luther tidak menyangka akan ada tiga energi naga di Gunung Narima. Tempat ini pasti memiliki keberuntungan yang besar."Gimana? Ka
"Aku?" Begitu mendengarnya, Luther pun termangu. Kemudian, dia buru-buru melambaikan tangannya. "Master, jangan bercanda. Aku nggak punya kemampuan seperti itu. Sebaiknya kamu pilih orang lain."Luther tidak akan berani menerima tawaran sebesar ini. Menjaga nadi naga berbeda dengan menjaga rumah sendiri. Jika terjadi kesalahan, bukan hanya diri sendiri, tetapi seluruh Gunung Narima dan seluruh Negara Drago akan berdampak. Luther tidak bisa menanggung tekanan sebesar ini."Jangan terburu-buru menolak." Riley tersenyum dan meneruskan, "Sebenarnya ada banyak keuntungan yang bisa kamu dapat. Pertama, nadi naga punya spiritualitas. Kalau kamu bisa membangun hubungan dengannya, basis kultivasimu akan meningkat dengan cepat dan umurmu akan sangat panjang.""Dengan bantuan nadi naga, kamu juga akan menjadi tak terkalahkan. Nggak ada seorang pun yang bisa menghalangimu di dunia ini."Riley sama sekali tidak melebih-lebihkan ucapannya. Begitu mendapat pengakuan dari nadi naga dan menjadi pelindu
"Jangan bercanda. Organisasi Mondial punya banyak ahli bela diri. Mana mungkin kamu mau menjadi muridku. Tapi, kita semua teman. Kelak kalau butuh bimbingan, beri tahu saja aku," tolak Luther secara lembut."Oke. Kamu nggak boleh menolak kalau aku mencarimu nanti ya!" Roselia mengejapkan matanya dengan nakal.Sebenarnya Roselia juga hanya iseng. Dia tidak benar-benar ingin berguru. Dia hanya mencari alasan supaya bisa lebih dekat dengan Luther. Kini, mereka bisa sering bertemu untuk bimbingan.Setelah semua orang duduk, mereka mulai minum-minum dan mengobrol. Roselia dan Greta terus merayu Luther. Orang cerdas tentu tahu apa maksud mereka.Luther pun hanya tersenyum sopan dan mengabaikan rayuan mereka. Luther tentu tahu apa yang ada di pikiran kedua bersaudara itu. Mereka pasti ingin memenangkan hatinya supaya reputasi Organisasi Mondial makin besar.Bagaimanapun, anggota VIP tidak termasuk anggota internal. Luther tidak punya ikatan yang kuat dengan Organisasi Mondial. Jika dia bisa m
"Ada yang datang, kamu cepat sembunyi dulu," kata Luther yang memiliki kepekaan yang tajam, sehingga sudah menyadari ada suara langkah kaki yang pelan di luar pintu. Orang yang datang itu melangkah dengan pelan dan menahan auranya, jelas seorang ahli."Ya," jawab Misandari sambil menganggukkan kepala. Setelah menyimpan sumber energi naganya, dia langsung melayang keluar melalui jendela dan menghilang tanpa jejak.Tok tok tok.Misandari baru saja pergi tiga detik, pintu kamar tiba-tiba diketuk seseorang."Siapa itu?" tanya Luther."Ini aku, Tico." Terdengar suara yang familier dari luar pintu.Luther bangkit dan membuka pintu, lalu tersenyum. "Ternyata Tuan Tico, silakan masuk."Datang menemuinya di jam seperti ini, Luther menebak sepertinya Kuil Dewa akan segera bertindak.Begitu masuk ke dalam kamar, Tico langsung memuji, "Luther, selamat atas kemenanganmu. Aku datang khusus untuk memberikan ucapan selamat. Hari ini aku menyaksikan pertandinganmu dan memang sangat luar biasa. Bisa men
"Tuan Luther ... benar-benar minta maaf, tadi aku nggak mengenalimu. Mohon Tuan berbelas kasih dan maafkan aku sekali ini."Setelah tertegun sejenak, pria berambut gimbal itu langsung membungkuk untuk meminta maaf dengan ketakutan dan keringat terus menetes dari dahinya. Dia tahu orang di depannya adalah seorang ahli tingkat grandmaster yang terhebat ini bisa membunuhnya dengan mudah."Jangan diulangi lagi," kata Luther sambil melirik pria itu dengan dingin, lalu tidak memperpanjang masalahnya lagi. Menurutnya, orang-orang yang bersekongkol dengan Kuil Dewa untuk menyusup ke Gunung Narima sebenarnya sudah divonis mati, hanya tinggal menunggu waktunya saja."Ya ya ya! Terima kasih atas kemurahan hati Tuan Luther!" kata pemuda itu sambil terus menganggukkan kepala dan ekspresinya terlihat lega. Untung saja Luther cukup bermurah hati. Jika tidak, hari ini mungkin nyawanya sudah melayang. Sepertinya, kelak dia harus melihat situasinya terlebih dahulu sebelum menjilat atau nyawanya terancam
"Ini obat penguat buatan Kuil Dewa ya? Sungguh luar biasa!""Aku merasa seluruh tubuhku penuh dengan kekuatan. Aku nggak sabar untuk bertarung.""Malam ini para ahli sampah dari Negara Drago itu akan kubunuh semuanya."Setelah meminum obat penguat itu, semua orang merasa sangat bersemangat. Bukan hanya kekuatan mereka yang meningkat drastis, semangat tarung mereka juga berkobar-kobar sampai suasana di tempat itu menjadi heboh."Pele, kenapa kamu nggak mengeluarkan harta sebagus ini lebih awal? Obat penguat ini masih ada berapa banyak? Aku beli semuanya," kata Amir dengan penuh semangat."Obat-obat ini level S yang paling unggul dan produksinya sangat terbatas, jadi hanya tersedia untuk petinggi internal. Yang dijual ke luar hanya level A saja. Tapi, kalau kamu suka, aku akan memberimu beberapa dengan gratis. Nggak perlu bayar," kata Pele dengan murah hati."Hahaha .... Kalau begitu, aku nggak sungkan lagi," seru Amir sambil tertawa terbahak-bahak. Bisa mendapat obat itu dengan gratis t
Ketika Gunung Narima terbakar, Luther juga menerima perintah untuk menyerang. Dia langsung membawa pasukan dan menyusup ke area terlarang Gunung Narima, sesuai rencana awal.Karena Kuil Dewa menyerang secara besar-besaran, kini Gunung Narima pun kewalahan sehingga pertahanan area terlarang menjadi kosong melompong. Semua pesilat dimobilisasi.Tidak ada siapa pun yang terlihat di sini. Namun, Luther tidak akan meremehkan pertahanan Gunung Narima. Sekalipun tidak ada yang menjaga, area terlarang tidak mungkin bisa diterobos semudah itu. Bagaimanapun, Gunung Narima memiliki pencapaian besar dalam ilmu formasi.Ketika Luther dan pasukannya tiba, sudah ada dua pasukan yang tiba duluan. Mereka semua adalah anggota luar yang dibayar mahal oleh Kuil Dewa. Kebanyakan berlatih ilmu hitam.Orang-orang ini sudah pasti jahat dan kemampuan mereka juga tidak biasa. Supaya identitas mereka tidak ketahuan, semua orang memakai topeng untuk operasi kali ini.Kelompok Luther memakai topeng hantu berwarna
"Bambang, sepertinya kita terjebak di formasi. Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya pria kekar itu sambil memandang ke sekeliling. Dia mengira semua akan aman-aman saja jika mereka mengikuti Luther. Siapa sangka, dia malah kehilangan jejak Luther sekarang."Jangan panik. Maju saja. Pasti ada jalan keluar nanti," sahut Bambang yang mengamati permukaan tanah. Hanya ada satu jalan di sini. Pasukan Luther pasti meninggalkan jejak kaki di tanah. Asalkan mengikuti jejak kaki, mereka pasti bisa menyusul."Semuanya, terus ikut aku. Jangan ketinggalan atau tanggung konsekuensinya sendiri!" pesan pria kekar itu dengan lantang.Semua orang mengiakan dan terus mengikuti. Di saat seperti ini, mereka mungkin akan bertemu bahaya jika terpisah dari pasukan.Di bawah pimpinan Bambang, kedua pasukan mulai bersatu kembali. Semua orang berjalan dengan memegang senjata masing-masing. Mereka juga terus mengamati sekeliling karena takut tiba-tiba muncul monster.Setelah berjalan sekitar 30 menit, Bam
"Dia pelindung area terlarang. Setelah membunuhnya, kita baru bisa mengambil harta karun." Meskipun agak kebingungan, Bambang tetap menjelaskan. Dia terluka parah, jadi hanya bisa mengandalkan Luther untuk membunuh pria tua itu. Makanya, dia mau tak mau membujuk Luther."Kita bicarakan itu nanti. Sekarang, kita selesaikan masalah kita dulu." Usai berbicara, Luther sontak menjulurkan tangannya. Pedang di tanah pun memantul dan mendarat di tangannya."Masalah apa? Apa maksudmu?" Bambang termangu sebelum bertanya dengan bingung. Ketika melihat Luther mengambil pedang, firasat buruk sontak menyelimuti hatinya."Kamu dan pria bertubuh kekar itu bersekongkol supaya aku jadi tameng kalian. Kamu kira aku nggak tahu soal ini? Karena kalian ingin mencelakaiku, kenapa aku harus sungkan-sungkan pada kalian?" timpal Luther dengan ekspresi datar."A ... apa maumu?" Bambang pun panik. "Kita sama-sama dari Kuil Dewa. Kenapa malah saling membunuh? Kalau misi gagal, kita bakal sama-sama mati. Sebaiknya
Saat energi hitam itu masuk ke tubuh, pria tua berpakaian abu itu merasakan sakit yang dahsyat, seolah-olah digerogoti oleh sesuatu. Bukan hanya tubuhnya yang sakit, tetapi juga jiwanya."Berengsek! Keluar kamu!" Pria tua berpakaian abu itu berteriak sambil mencoba mengeluarkan energi hitam dari dalam tubuhnya.Namun, energi hitam itu malah terus bergejolak hebat di dalam tubuhnya, bahkan terus melahap vitalitas dan energi astralnya. Jika terus seperti ini, dia akan diisap hingga kering dalam waktu kurang dari tiga menit."Nggak mau keluar, 'kan? Oke, kita mati bersama!" Pria tua itu sungguh murka. Dia membulatkan tekadnya untuk mempertaruhkan nyawanya.Saat berikutnya, dia mengangkat tangannya. Sejumlah Jimat Magis terbang dan membentuk formasi di atas kepalanya. Ketika formasi itu berputar, awan halilintar hitam terbentuk. Guntur bergemuruh, membuat suasana makin mencekam.Formasi ini didasarkan pada halilintar. Jika dibandingkan dengan serangan tapak, kekuatan formasi ini jauh lebih
Tubuh Bambang yang tadinya kurus, kini otot dan tulangnya bertumbuh dengan cepat. Tingginya yang awalnya hanya 160 cm langsung berubah menjadi 180 cm dan masih terus bertambah. Tubuhnya yang tadinya hanya berupa tulang berbalut kulit, kini penuh dengan otot-otot besar sampai kulitnya robek. Punggung bungkuk pun menjadi lurus, sehingga penampilannya terlihat sangat kekar.Hanya dalam beberapa detik saja, Bambang sudah berubah drastis. Tingginya yang kini hampir mencapai dua meter terlihat sangat besar dengan otot yang mengembang di seluruh tubuh. Tatapannya pun terlihat ganas dan aura yang sangat mengerikan menyebar dari tubuhnya. Jika sebelumnya dia seperti seekor kucing liar yang kurus, kini dia seperti seekor harimau yang buas.Saat ini, aura hitam mengelilingi tubuh Bambang dan ekspresinya terlihat sangat kejam, membuatnya terlihat seperti iblis yang baru keluar dari neraka."Sungguh nikmat rasanya," kata Bambang sambil menjilat bibirnya dengan puas setelah menyerap semua aura kemat
Swish swish swish.Jarum beracun yang memelesat dengan sangat cepat sulit untuk dihindari dan langsung mengarah ke titik vital. Begitu mengenai sasaran, orang itu pasti akan langsung mati."Huh! Trik murahan," kata pria tua berpakaian abu-abu yang sama sekali tidak menghindar, tetapi tubuhnya tiba-tiba memancarkan cahaya emas. Jarum-jarum beracun itu langsung terpental saat mengenai cahaya itu dan tidak melukainya sedikit pun."Mantra Cahaya Emas?" kata Bambang yang sepertinya sudah memperkirakan hal ini dan menyeringai, tetapi dia tidak berhenti dan terus mengayunkan kedua tangannya.Swish swish swish swish swish.Sekumpulan jarum beracun pun terus ditembakkan sampai menghujani pria tua berpakaian abu-abu dari segala arah."Teman-teman, serang!" Saat melayangkan jarum-jarum beracun, Bambang langsung memerintah orang-orang di sekitarnya untuk menyerang bersama-sama. Dia tentu tahu penjaga area terlarang Gunung Narima bukan lawan yang mudah, dia tidak akan mampu mengalahkan penjaga itu
Pria kekar itu mengerahkan seluruh energi astralnya.Bam! Gerbang perunggu bergetar sedikit, membuat debu di atas berjatuhan. Selain itu, tidak ada pergerakan lain. Tulisan misterius di atas pun mengeluarkan cahaya untuk sesaat."Hm?" Pria kekar itu tak kuasa tertegun melihat gerbang perunggu yang sama sekali tidak rusak atau terbuka.Patut diketahui bahwa dia terlahir dengan kekuatan besar. Teknik kultivasi yang dilatihnya juga bermanfaat untuk meningkatkan kekuatannya.Menurutnya, gerbang perunggu seperti ini sangat mudah diluluhlantakkan. Namun, hasilnya malah tidak sesuai dengan ekspektasi.Gosip yang terdengar di belakang membuat si pria kekar merasa agak malu. Dia begitu yakin bisa membuka gerbang ini, tetapi hasilnya malah nihil. Dia tentu merasa malu."Aku nggak percaya aku nggak bisa." Pria kekar itu menarik napas dalam-dalam dan mengumpulkan energi astral di kepalan tangannya. Kemudian, dia melayangkan tinjunya ke gerbang perunggu lagi.Bam! Gerbang perunggu lagi-lagi bergeta
"Bambang, sepertinya kita terjebak di formasi. Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya pria kekar itu sambil memandang ke sekeliling. Dia mengira semua akan aman-aman saja jika mereka mengikuti Luther. Siapa sangka, dia malah kehilangan jejak Luther sekarang."Jangan panik. Maju saja. Pasti ada jalan keluar nanti," sahut Bambang yang mengamati permukaan tanah. Hanya ada satu jalan di sini. Pasukan Luther pasti meninggalkan jejak kaki di tanah. Asalkan mengikuti jejak kaki, mereka pasti bisa menyusul."Semuanya, terus ikut aku. Jangan ketinggalan atau tanggung konsekuensinya sendiri!" pesan pria kekar itu dengan lantang.Semua orang mengiakan dan terus mengikuti. Di saat seperti ini, mereka mungkin akan bertemu bahaya jika terpisah dari pasukan.Di bawah pimpinan Bambang, kedua pasukan mulai bersatu kembali. Semua orang berjalan dengan memegang senjata masing-masing. Mereka juga terus mengamati sekeliling karena takut tiba-tiba muncul monster.Setelah berjalan sekitar 30 menit, Bam
Ketika Gunung Narima terbakar, Luther juga menerima perintah untuk menyerang. Dia langsung membawa pasukan dan menyusup ke area terlarang Gunung Narima, sesuai rencana awal.Karena Kuil Dewa menyerang secara besar-besaran, kini Gunung Narima pun kewalahan sehingga pertahanan area terlarang menjadi kosong melompong. Semua pesilat dimobilisasi.Tidak ada siapa pun yang terlihat di sini. Namun, Luther tidak akan meremehkan pertahanan Gunung Narima. Sekalipun tidak ada yang menjaga, area terlarang tidak mungkin bisa diterobos semudah itu. Bagaimanapun, Gunung Narima memiliki pencapaian besar dalam ilmu formasi.Ketika Luther dan pasukannya tiba, sudah ada dua pasukan yang tiba duluan. Mereka semua adalah anggota luar yang dibayar mahal oleh Kuil Dewa. Kebanyakan berlatih ilmu hitam.Orang-orang ini sudah pasti jahat dan kemampuan mereka juga tidak biasa. Supaya identitas mereka tidak ketahuan, semua orang memakai topeng untuk operasi kali ini.Kelompok Luther memakai topeng hantu berwarna
"Ini obat penguat buatan Kuil Dewa ya? Sungguh luar biasa!""Aku merasa seluruh tubuhku penuh dengan kekuatan. Aku nggak sabar untuk bertarung.""Malam ini para ahli sampah dari Negara Drago itu akan kubunuh semuanya."Setelah meminum obat penguat itu, semua orang merasa sangat bersemangat. Bukan hanya kekuatan mereka yang meningkat drastis, semangat tarung mereka juga berkobar-kobar sampai suasana di tempat itu menjadi heboh."Pele, kenapa kamu nggak mengeluarkan harta sebagus ini lebih awal? Obat penguat ini masih ada berapa banyak? Aku beli semuanya," kata Amir dengan penuh semangat."Obat-obat ini level S yang paling unggul dan produksinya sangat terbatas, jadi hanya tersedia untuk petinggi internal. Yang dijual ke luar hanya level A saja. Tapi, kalau kamu suka, aku akan memberimu beberapa dengan gratis. Nggak perlu bayar," kata Pele dengan murah hati."Hahaha .... Kalau begitu, aku nggak sungkan lagi," seru Amir sambil tertawa terbahak-bahak. Bisa mendapat obat itu dengan gratis t
"Tuan Luther ... benar-benar minta maaf, tadi aku nggak mengenalimu. Mohon Tuan berbelas kasih dan maafkan aku sekali ini."Setelah tertegun sejenak, pria berambut gimbal itu langsung membungkuk untuk meminta maaf dengan ketakutan dan keringat terus menetes dari dahinya. Dia tahu orang di depannya adalah seorang ahli tingkat grandmaster yang terhebat ini bisa membunuhnya dengan mudah."Jangan diulangi lagi," kata Luther sambil melirik pria itu dengan dingin, lalu tidak memperpanjang masalahnya lagi. Menurutnya, orang-orang yang bersekongkol dengan Kuil Dewa untuk menyusup ke Gunung Narima sebenarnya sudah divonis mati, hanya tinggal menunggu waktunya saja."Ya ya ya! Terima kasih atas kemurahan hati Tuan Luther!" kata pemuda itu sambil terus menganggukkan kepala dan ekspresinya terlihat lega. Untung saja Luther cukup bermurah hati. Jika tidak, hari ini mungkin nyawanya sudah melayang. Sepertinya, kelak dia harus melihat situasinya terlebih dahulu sebelum menjilat atau nyawanya terancam