"Seri?"Begitu mendengar perkataan itu, suasana di seluruh arena itu menjadi gempar. Hasil ini benar-benar di luar dugaan kebanyakan orang. Begitu pertandingan di arena dimulai, mereka merasa harus ada pemenangnya. Apalagi ini adalah pertandingan final yang sudah sangat dinantikan mereka, tentu saja harus ada hasil yang jelas agar pertandingan yang berlangsung selama ini tidak sia-sia.Yang paling pentingnya lagi, bagaimana dengan hasil taruhan semua orang jika hasil pertandingannya seri? Apakah semuanya akan jatuh ke tangan bandar?"Seri? Bagus sekali!" teriak Charlotte dengan gembira dan hampir saja melompat kegirangan. Awalnya, dia hanya berencana untuk mengambil sedikit keuntungan untuk makan dan minum enak saja, tidak disangka hasilnya akan seperti ini. Sepertinya dia benar-benar ditakdirkan untuk kaya."Apa kedua kandidat setuju dengan keputusan ini?" tanya Atha sambil kembali menatap Luther dan Hasta. Dia melihat keduanya sudah mencapai batasan dan energi mereka juga sudah terku
"Ternyata generasi muda memang hebat!" Yusril memicingkan matanya. Dia merasa takjub dan terkejut.Jujur saja, meskipun tahu Luther adalah murid Azka, Yusril tidak merasa Luther bisa mengalahkan Hasta. Siapa sangka, hasilnya di luar dugaannya.Meskipun kalah taruhan, Yusril justru merasa senang. Setidaknya, Sekte Pedang tidak memperoleh juara pertama dan Organisasi Mondial masih punya kesempatan.Tentunya, prioritas utama untuk sekarang adalah mencari cara merekrut Luther. Jika hanya menyediakan sumber daya kultivasi, Luther belum tentu akan tertarik. Bagaimanapun, sumber daya Sekte Pedang dan Sekte Sihir juga banyak. Mereka harus mencari cara lain.Setelah mempertimbangkannya sesaat, Yusril teringat bahwa Luther punya hubungan yang cukup dekat dengan kedua putrinya. Jika menawarkan kedua putrinya, bukankah peluang keberhasilannya akan lebih besar?"Setelah bersembunyi untuk waktu yang sangat lama, dia akhirnya memperlihatkan kemampuan sesungguhnya," gumam Friscia menyeringai. Dia sang
"Maaf, Master. Aku salah bicara." Luther meminta maaf dengan canggung."Hahaha. Nggak masalah. Aku nggak keberatan soal ini." Riley tergelak, lalu melambaikan tangan kepada Atha. "Atha, keluarkan hadiahnya.""Baik." Atha mengiakan, lalu mengeluarkan sebuah kotak giok dan meletakkannya di meja samping Luther."Coba dibuka." Riley tersenyum.Luther mengangguk, lalu membuka kotak itu dengan kedua tangannya. Terlihat tiga buah mutiara di dalamnya. Yang satu berwarna emas, yang satu berwarna merah, yang satu lagi berwarna hijau.Masing-masing mutiara itu memancarkan cahaya yang cemerlang. Di dalamnya, terdapat seekor ular kecil dengan warna yang sama. Ular itu bergerak di dalam mutiara."Energi naga?" Luther tak kuasa terbelalak setelah melihatnya.Sebelum ini, Luther terus mencari energi naga. Itu sebabnya, dia langsung mengenali ketiga mutiara itu.Hanya saja, Luther tidak menyangka akan ada tiga energi naga di Gunung Narima. Tempat ini pasti memiliki keberuntungan yang besar."Gimana? Ka
"Aku?" Begitu mendengarnya, Luther pun termangu. Kemudian, dia buru-buru melambaikan tangannya. "Master, jangan bercanda. Aku nggak punya kemampuan seperti itu. Sebaiknya kamu pilih orang lain."Luther tidak akan berani menerima tawaran sebesar ini. Menjaga nadi naga berbeda dengan menjaga rumah sendiri. Jika terjadi kesalahan, bukan hanya diri sendiri, tetapi seluruh Gunung Narima dan seluruh Negara Drago akan berdampak. Luther tidak bisa menanggung tekanan sebesar ini."Jangan terburu-buru menolak." Riley tersenyum dan meneruskan, "Sebenarnya ada banyak keuntungan yang bisa kamu dapat. Pertama, nadi naga punya spiritualitas. Kalau kamu bisa membangun hubungan dengannya, basis kultivasimu akan meningkat dengan cepat dan umurmu akan sangat panjang.""Dengan bantuan nadi naga, kamu juga akan menjadi tak terkalahkan. Nggak ada seorang pun yang bisa menghalangimu di dunia ini."Riley sama sekali tidak melebih-lebihkan ucapannya. Begitu mendapat pengakuan dari nadi naga dan menjadi pelindu
"Jangan bercanda. Organisasi Mondial punya banyak ahli bela diri. Mana mungkin kamu mau menjadi muridku. Tapi, kita semua teman. Kelak kalau butuh bimbingan, beri tahu saja aku," tolak Luther secara lembut."Oke. Kamu nggak boleh menolak kalau aku mencarimu nanti ya!" Roselia mengejapkan matanya dengan nakal.Sebenarnya Roselia juga hanya iseng. Dia tidak benar-benar ingin berguru. Dia hanya mencari alasan supaya bisa lebih dekat dengan Luther. Kini, mereka bisa sering bertemu untuk bimbingan.Setelah semua orang duduk, mereka mulai minum-minum dan mengobrol. Roselia dan Greta terus merayu Luther. Orang cerdas tentu tahu apa maksud mereka.Luther pun hanya tersenyum sopan dan mengabaikan rayuan mereka. Luther tentu tahu apa yang ada di pikiran kedua bersaudara itu. Mereka pasti ingin memenangkan hatinya supaya reputasi Organisasi Mondial makin besar.Bagaimanapun, anggota VIP tidak termasuk anggota internal. Luther tidak punya ikatan yang kuat dengan Organisasi Mondial. Jika dia bisa m
"Ada yang datang, kamu cepat sembunyi dulu," kata Luther yang memiliki kepekaan yang tajam, sehingga sudah menyadari ada suara langkah kaki yang pelan di luar pintu. Orang yang datang itu melangkah dengan pelan dan menahan auranya, jelas seorang ahli."Ya," jawab Misandari sambil menganggukkan kepala. Setelah menyimpan sumber energi naganya, dia langsung melayang keluar melalui jendela dan menghilang tanpa jejak.Tok tok tok.Misandari baru saja pergi tiga detik, pintu kamar tiba-tiba diketuk seseorang."Siapa itu?" tanya Luther."Ini aku, Tico." Terdengar suara yang familier dari luar pintu.Luther bangkit dan membuka pintu, lalu tersenyum. "Ternyata Tuan Tico, silakan masuk."Datang menemuinya di jam seperti ini, Luther menebak sepertinya Kuil Dewa akan segera bertindak.Begitu masuk ke dalam kamar, Tico langsung memuji, "Luther, selamat atas kemenanganmu. Aku datang khusus untuk memberikan ucapan selamat. Hari ini aku menyaksikan pertandinganmu dan memang sangat luar biasa. Bisa men
"Tuan Luther ... benar-benar minta maaf, tadi aku nggak mengenalimu. Mohon Tuan berbelas kasih dan maafkan aku sekali ini."Setelah tertegun sejenak, pria berambut gimbal itu langsung membungkuk untuk meminta maaf dengan ketakutan dan keringat terus menetes dari dahinya. Dia tahu orang di depannya adalah seorang ahli tingkat grandmaster yang terhebat ini bisa membunuhnya dengan mudah."Jangan diulangi lagi," kata Luther sambil melirik pria itu dengan dingin, lalu tidak memperpanjang masalahnya lagi. Menurutnya, orang-orang yang bersekongkol dengan Kuil Dewa untuk menyusup ke Gunung Narima sebenarnya sudah divonis mati, hanya tinggal menunggu waktunya saja."Ya ya ya! Terima kasih atas kemurahan hati Tuan Luther!" kata pemuda itu sambil terus menganggukkan kepala dan ekspresinya terlihat lega. Untung saja Luther cukup bermurah hati. Jika tidak, hari ini mungkin nyawanya sudah melayang. Sepertinya, kelak dia harus melihat situasinya terlebih dahulu sebelum menjilat atau nyawanya terancam
"Ini obat penguat buatan Kuil Dewa ya? Sungguh luar biasa!""Aku merasa seluruh tubuhku penuh dengan kekuatan. Aku nggak sabar untuk bertarung.""Malam ini para ahli sampah dari Negara Drago itu akan kubunuh semuanya."Setelah meminum obat penguat itu, semua orang merasa sangat bersemangat. Bukan hanya kekuatan mereka yang meningkat drastis, semangat tarung mereka juga berkobar-kobar sampai suasana di tempat itu menjadi heboh."Pele, kenapa kamu nggak mengeluarkan harta sebagus ini lebih awal? Obat penguat ini masih ada berapa banyak? Aku beli semuanya," kata Amir dengan penuh semangat."Obat-obat ini level S yang paling unggul dan produksinya sangat terbatas, jadi hanya tersedia untuk petinggi internal. Yang dijual ke luar hanya level A saja. Tapi, kalau kamu suka, aku akan memberimu beberapa dengan gratis. Nggak perlu bayar," kata Pele dengan murah hati."Hahaha .... Kalau begitu, aku nggak sungkan lagi," seru Amir sambil tertawa terbahak-bahak. Bisa mendapat obat itu dengan gratis t
"Ini .... Ada beberapa hal yang nggak bisa dikatakan, tapi aku yakin kamu pasti mengerti," kata Trisno dengan serius."Aku ini bodoh, jadi nggak tahu apa yang Tuan Trisno maksud. Mohon Tuan Trisno memakluminya," jawab Gema dengan tenang."Kamu!" teriak Trisno yang mulai marah. Melihat sikap Gema saat masuk, dia mengira Gema menyadari situasinya dan pandai membaca keadaan. Namun, dia tidak menyangka Gema malah berpura-pura bodoh, jelas tidak menghargainya."Sudahlah, Trisno. Biar aku saja yang bertanya."Loland mengambil alih pembicaraan dan bertanya dengan terus terang, "Gema, 'kan? Kami nggak akan bertele-tele lagi denganmu. Kami sudah tahu maksud kedatanganmu ke sini, sekarang kami hanya ingin tahu informasi apa saja yang sudah kamu dapatkan.""Informasi tentang apa yang dimaksud Tuan Loland?" tanya Gema lagi.Bang!Loland tiba-tiba memukul meja dan berkata dengan ekspresi muram, "Anak muda, jangan berpura-pura bodoh denganku, kesabaranku ada batasnya. Kalau kamu nggak menjawab denga
Setelah membuat keputusan, Gema tidak ragu-ragu lagi. Dia segera meminta sopirnya untuk berbalik arah dan langsung menuju lokasi pertemuan.Tempat pertemuan berada di sebuah restoran yang tidak jauh dari istana. Perjalanan kembali hanya memakan waktu sekitar 10 menit.Saat Gema dan Loki melangkah masuk ke restoran, mereka langsung menyadari bahwa tempat itu kosong. Selain beberapa pegawai penyambut tamu, tidak ada satu pun pelanggan.Jelas sekali, restoran ini telah dikosongkan."Silakan, Jenderal Loland sudah menunggu di lantai atas."Begitu memasuki ruangan, pemilik restoran sendiri yang menyambut mereka dan mengantar Gema serta Loki ke ruang privat di lantai dua.Saat ini, di dalam ruangan, Loland, Weker, serta Trisno sedang menikmati teh dengan santai.Mereka bertiga mengobrol dengan akrab dan penuh semangat. Namun, begitu Gema dan Loki memasuki ruangan, mereka segera menghentikan pembicaraan dan mengalihkan perhatian mereka kepada Gema.Ketiganya sangat penasaran, siapa sebenarnya
"Apa? Siapa itu?" tanya Trisno segera."Jangan-jangan wakil jenderal yang masuk saat siang tadi?"Loland mengerutkan alisnya. "Aku sudah menyelidiki orang itu. Nggak punya latar belakang, nggak punya dukungan, cuma orang biasa. Jadi, nggak ada yang perlu dikhawatirkan.""Bukan dia, tapi ada hubungannya dengannya." Weker tiba-tiba merendahkan suara. "Masih ingat apa yang dikatakan Pangeran Huston siang tadi? Saat memanggil wakil jenderal itu, Pangeran Huston secara khusus menyebut Keluarga Paliama.""Keluarga Paliama?" Trisno menunjukkan ekspresi terkejut. "Maksudmu Keluarga Paliama dari Midyar sudah bertemu dengan Raja?""Itu belum. Tapi menurut informasiku, seseorang bernama Gema mengobrol dengan Pangeran Huston selama 4 jam hari ini. Mereka berbincang dan tertawa seperti sahabat. Bahkan, Pangeran Huston secara khusus mengundangnya untuk makan malam di istana."Wajah Weker sedikit muram. "Semuanya, coba pikirkan baik-baik. Pada saat genting seperti ini, Keluarga Paliama mengirim seseo
Setelah berbicara sejenak di aula pertemuan, Huston mengundang Gema untuk mulai berkeliling di Kediaman Raja Atlandia. Kediaman itu sangat luas dan memiliki berbagai fasilitas, orang yang tidak mengenal tempat itu akan sangat mudah tersesat.Gema yang merasa dirinya sudah melihat banyak hal pun tetap merasa sangat terkejut saat diajak untuk melihat keadaan Kediaman Raja Atlandia yang sebenarnya. Berbeda dengan kemewahan dari rumah orang kaya baru, kediaman ini bisa dibilang mewah dan berwibawa. Setiap sudut yang terlihat memancarkan aura yang sangat kuat.Yang membuat Gema paling terkesan adalah ada aula pahlawan dengan sembilan lantai di dalam kediaman itu dan terlihat seperti sebuah pagoda kuno dari luar. Isi di dalamnya adalah makam simbolis untuk puluhan ribu para pahlawan yang gugur di medan perang dan memenuhi seluruh ruangan.Para pahlawan itu memiliki batu peringatan dengan catatan jelas kehidupan mereka agar generasi berikutnya bisa mengenangnya. Keluarga Paliama juga memiliki
"Pangeran Huston, hati-hati dengan ucapanmu," kata Gema yang segera memperingatkan sambil melihat ke sekeliling karena khawatir ada yang menguping percakapan mereka.Membahas hidup dan mati anggota keluarga kerajaan secara pribadi adalah pelanggaran besar. Jika hal ini disebarkan oleh orang yang berniat buruk, nama baik hancur masih termasuk hal kecil. Namun, jika nanti diminta pertanggungjawaban, ini akan menjadi masalah besar."Paman Gema, tenang saja. Ini adalah Atlandia, bukan Midyar. Kamu bisa membahas apa pun dengan tenang, nggak perlu khawatir," kata Huston sambil tersenyum, sama sekali tidak peduli apa pun. Dia berpikir hal ini sudah diketahui semua orang, apa salah membicarakannya? Apakah orangnya tidak akan mati jika tidak membicarakannya? Benar-benar konyol."Uhuk uhuk .... Sepertinya aku sudah terlalu banyak berpikir," kata Gema sambil tersenyum dengan canggung. Meskipun tahu apa yang dikatakan Huston benar, dia tetap harus berhati-hati dan tidak berani membicarakan anggota
Huston masuk ke ruang rapat dengan senyuman cerah, sambil menggandeng tangan Gema dengan sikap yang sangat ramah. Sebaliknya, Gema terlihat kebingungan, sama sekali tidak menduga situasi ini.Sebelum masuk, Gema sudah membayangkan berbagai kemungkinan dalam pertemuan mereka. Misalnya, Huston bersikap dingin atau arogan. Semua itu bisa dia terima, bahkan dia sudah siap secara mental.Bagaimanapun menurut rumor, Huston adalah pangeran yang suka membuat onar dan berani melakukan apa saja.Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Bukan hanya tidak ada kesulitan, Huston malah bersikap sangat ramah, membuat Gema bingung bukan main.Seperti kata pepatah, ketika sesuatu terlihat tidak biasa, pasti ada sesuatu yang buruk. Gema tidak tahu apa maksud tersembunyi di balik keramahan ini."Pelayan! Siapkan teh!" Setelah mempersilakan Gema duduk, Huston langsung memerintahkan pelayan untuk menyajikan teh.Teh yang disajikan adalah teh mahal khas Atlandia, yang tidak dijual untuk umum dan hanya diperunt
Setelah mengikuti Huston masuk, Loki merasa sangat cemas. Sebelumnya dia pernah masuk ke istana, tetapi kebanyakan karena urusan resmi dan orang yang memandunya biasanya adalah penjaga atau pelayan.Namun, kali ini berbeda. Kunjungan ini untuk urusan pribadi dan yang memandunya adalah Huston. Hal ini membuatnya merasa sangat terhormat. Dia sangat penasaran, sejak kapan dirinya memiliki pengaruh sebesar ini?Huston bahkan mengabaikan jenderal besar dan hanya bersikap ramah padanya. Apa mungkin kepalanya yang botak terlalu mencolok sehingga menarik perhatian?Dengan segudang pertanyaan di benaknya, Loki mengikuti Huston hingga akhirnya mereka tiba di ruang rapat."Duduk." Setelah Huston duduk di kursi utama, dia memberi isyarat kepada Loki untuk duduk."Nggak perlu, aku berdiri saja," ujar Loki dengan senyuman sungkan."Kalau aku bilang duduk, ya duduk. Kenapa tegang sekali? Aku nggak akan memakanmu," kata Huston dengan nada tidak sabar."Baik, baik." Loki buru-buru mengiakan dan duduk.
Saat pintu gerbang terbuka, semua perhatian langsung tertuju ke sana. Di tengah tatapan semua orang, Huston berjalan keluar dengan tubuh tegap, diikuti dua pengawal di belakangnya."Pangeran Huston?" Melihatnya, semua orang langsung menyambut dengan senyuman ramah. Baik itu Weker, Trisno, maupun Loland, semuanya menunjukkan sikap menyanjung.Huston terkenal kuat dan kejam. Meskipun beberapa tahun terakhir ini, dia sudah lebih terkendali, pengaruh masa lalunya masih membuat orang takut.Jadi, jangan sampai mereka membuat Huston marah. Huston seperti bom waktu berjalan. Banyak dari mereka pernah terkena imbasnya dulu."Pangeran, akhirnya kamu keluar juga. Aku ada urusan penting untuk dilaporkan, tolong ....""Minggir!"Saat Trisno maju untuk berbicara, Huston langsung mendorongnya dengan kasar, hingga tubuhnya yang kurus hampir terjatuh."Trisno, segala sesuatu harus ada urutannya. Pangeran sangat menghargai keadilan, mana mungkin dia membiarkan kebiasaan burukmu itu," ejek Loland yang t
"Makan apanya! Aku lagi nggak mood! Kalau mau makan, makan saja sendiri!" bentak Loland dengan murka."Aku juga nggak mau pergi. Aku sedang menjaga kesehatan dan cuma minum teh. Aku nggak minum alkohol," tolak Trisno langsung."Kalau kalian mau menunggu, silakan saja. Aku nggak akan menemani kalian," ucap Weker dengan senyuman tipis. Kemudian, dia hendak berjalan pergi.Begitu berbalik, Weker hampir bertabrakan dengan Loki yang datang dari arah berlawanan. "Tuan Weker, maaf, maaf! Aku nggak sengaja."Di tengah kerumunan tokoh-tokoh penting, Loki merasa sangat tertekan. Tadi dia melamun sejenak sehingga menabrak Weker. Dia ketakutan hingga tidak tahu harus mengatakan apa.Loki tidak seperti para jenderal lainnya yang memiliki dukungan kuat. Dia mencapai posisinya saat ini berkat kerja keras dan usaha sendiri. Jika dia tidak sengaja menyinggung tokoh penting, dia bisa saja kehilangan semua pencapaiannya.Weker awalnya mengerutkan kening, tetapi segera berekspresi normal dan tersenyum. "N