Saat ini, Eddie yang duduk di pojok tak kuasa mengernyit melihat kematian tragis Giorgio. Dia tahu betul sehebat apa Giorgio. Jika dibandingkan dengan Brody yang dimanjakan keluarganya sejak kecil, Giorgio jelas jauh lebih kuat.Giorgio bahkan telah memodifikasi gennya. Baik itu kekuatan, pertahanan, ataupun kecepatannya, semuanya telah mencapai tahap ekstrem. Pesilat Negara Drago jelas bukan lawan Giorgio.Eddie sungguh tidak menyangka Giorgio yang tak terkalahkan malah dibunuh oleh seorang wanita. Apalagi, Giorgio terbunuh hanya dengan tinju lawan. Jika tidak melihat dengan mata kepala sendiri, Eddie tidak akan percaya."Benar-benar memusingkan!" Eddie memicingkan mata. Ekspresinya tidak karuan. Dia tahu misi kali ini tidak mudah, tetapi tidak menyangka akan sesulit ini.Mereka bertiga datang ke Negara Drago bersama, tetapi sekarang hanya tersisa Eddie. Eddie merasa sangat tertekan. Jika menyerah begitu saja, dia tidak bisa memberikan penjelasan kepada Kuil Dewa. Untuk sekarang, dia
Orangnya belum tiba di arena, tetapi pisaunya sudah tiba. Cahaya tajam membuat pisau itu terlihat sangat mendominasi."Pisau itu familier sekali.""Kalau nggak salah, itu Pisau Api Emas milik Ketua Sekte Plasma!""Ketua Sekte Plasma? Orang seperti ini juga ikut kompetisi? Bukannya usianya melebihi kriteria?""Setahuku, Pisau Api Emas telah diwariskan kepada murid kebanggaannya. Sekarang itu pisau Wolfie, ahli bela diri kedelapan di Peringkat Genius."Ketika orang-orang masih sibuk berdiskusi, sebuah sosok hitam tiba-tiba mendarat di arena. Pria itu berpakaian hitam dan berwajah dingin. Usianya sekitar 30 tahun. Tubuhnya tegap, matanya tajam. Terdapat pisau hitam patah di belakang punggungnya. Auranya membuat orang segan.Pria ini tidak lain adalah Wolfie. Sebagai ahli bela diri kedelapan di Peringkat Genius, tidak banyak orang yang pernah melihat Wolfie. Namun, orang-orang tentu tahu namanya. Basis kultivasi Wolfie tinggi, teknik pisaunya luar biasa. Sejak menjadi terkenal, dia tak ter
Ketika melihat gelombang emas itu makin dekat dengannya, mata Yadira sontak terbelalak. Dia merasakan bahaya besar.Yadira mengira pertarungan akan berlangsung beberapa menit, tetapi Wolfie langsung melancarkan serangan yang begitu mengerikan. Tanpa sempat berpikir, Yadira mengeluarkan payung merah.Payung merah itu memiliki simbol aneh di atasnya. Ketika payung itu bercahaya, simbol itu seakan-akan hidup dan berputar dengan cepat."Payung Orfik?" Para penonton segera mengenali payung merah itu. Itu adalah senjata pertahanan yang kuat. Dulunya adalah harta karun Sekte Orfik. Setelah Sekte Orfik binasa, payung itu pun hilang. Siapa sangka, payung itu jatuh ke tangan Sekte Sihir.Begitu payung itu dibuka, gelombang emas pun terdorong. Payung Orfik melayang ke udara dan memancarkan cahaya emas. Cahaya merah melindungi Yadira dari serangan apa pun. Yadira seperti berada di dalam cangkang telur.Ketika gelombang emas menghantam cahaya merah Payung Orfik, terdengar gemuruh yang keras. Cahaya
Tidak ada banyak peraturan ketat di Gunung Narima. Makanya, ketika Charlotte mengadakan taruhan, Harit yang penasaran pun ikut bermain. Dia awalnya menang banyak, tetapi makin ke belakang makin kalah.Setelah kalah hingga tidak tersisa sepeser pun, Harit yang masih belum ingin berhenti berjudi pun menggunakan Jimat Magis sebagai bahan taruhan. Pada akhirnya, dia masih kalah.Setelah kehilangan belasan Jimat Magis, Harit baru menyadari ada yang tidak beres. Dia pun memilih untuk menyerah. Itu sebabnya, Yadira punya Jimat Magis."Gimana bisa kamu punya Jimat Magis?" tanya Wolfie sambil mengernyit dengan ekspresi masam. Jimat Magis adalah kartu truf Gunung Narima. Apalagi, petir tadi sangat mengerikan. Bagaimana bisa murid Sekte Sihir memiliki barang seperti itu? Ini sungguh tidak masuk akal."Hehe ... rahasia." Yadira tersenyum nakal. Sebelum pertarungan dimulai, Charlotte memberinya tiga lembar Jimat Magis. Dia sudah menggunakan selembar tadi dan hasilnya sangat memuaskan. Jika bisa men
"Huh! Anggap saja kamu lagi beruntung!" Wolfie memelototi Yadira dengan kesal, lalu menyimpan pisaunya dan menuruni arena.Meskipun menang, Wolfie sama sekali tidak merasa senang. Pertama karena lawannya adalah wanita. Kedua karena lawanya berhasil melukainya. Sejak menjadi terkenal, Wolfie tidak pernah berakhir menyedihkan seperti ini.Meskipun semua itu karena Jimat Magis, tetap saja Wolfie menderita kerugian dan mempermalukan diri sendiri. Sayangnya, dia tidak punya kesempatan untuk membalas dendam. Wolfie pun bertekad akan membalaskan dendamnya kepada murid Sekte Sihir yang lain jika bertemu mereka di arena."Kuumumkan, kandidat nomor 5 menang!" seru Nabel. Segera, terdengar suara tepuk tangan meriah di bawah arena. Baik itu Yadira ataupun Wolfie, keduanya sama-sama patut dipuji.Di pertarungan sebelumnya, semuanya bertarung mati-matian. Jika tidak berwaspada, kemungkinan besar akan mati. Namun, Yadira memiliki kesadaran diri. Dia tahu dirinya tidak bisa melawan Wolfie, jadi langsu
"Ahli bela diri Peringkat Genius tentu nggak usah diragukan lagi. Tapi, Sekte Yama nggak bakal menyerah sebelum bertarung. Kami punya tanggung jawab besar. Jadi, mohon bimbingannya." Ozias tersenyum tanpa merendahkan diri."Karena kamu begitu nggak tahu diri, maju saja. Aku juga penasaran, sehebat apa kamu." Ravin meletakkan kedua tangannya di belakang punggung. Ekspresinya tampak angkuh, seolah-olah tidak menghargai lawannya.Jika lawannya ahli bela diri hebat, Ravin tentu tidak berani bersikap lalai. Namun, dia tidak pernah mendengar tentang Ozias. Pertarungan ini hanya membuang-buang waktunya."Oke." Ozias menangkupkan tangan, lalu maju dan melayangkan pukulan ke arah Ravin. Pukulan ini terlihat pelan, tetapi sebenarnya sangat cepat. Sebelum pukulan tiba, aura dingin sudah menyapu. Permukaan arena bahkan membeku.Ini adalah jurus andalan Sekte Yama, Tapak Es. Menurut rumor, bukan hanya punya kekuatan besar, tetapi teknik ini juga bisa membuat tubuh orang kaku, bahkan mungkin langsun
Ravin termangu. Dia merasa energi dan darah di dalam tubuhnya membeku. Sekujur tubuhnya seketika tidak bisa digerakkan, bahkan energi astralnya tidak bisa mengalir dengan normal. Ravin memang kuat, tetapi tidak bisa apa-apa untuk sekarang."Buset! Dia berhasil!""Ini seharusnya cuma kebetulan, 'kan? Dia melancarkan serangan berkali-kali, jadi nggak mungkin semuanya bakal meleset."Ketika melihat Ravin yang terhempas, para penonton pun tercengang. Menurut mereka, Ravin pasti memenangkan pertarungan ini. Bagaimanapun, Ravin mempermainkan lawannya sejak tadi.Orang-orang mengira ini hanya kecelakaan tak terduga. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa serangan ini membalikkan situasi pertarungan.Selagi tubuh Ravin di luar kendali, Ozias melancarkan serangan lagi. Ozias berjinjit, lalu melompat ke udara dan menyusul Ravin yang masih melayang di udara. Kemudian, dia memukul dengan kuat."Kamu ...." Ravin membelalakkan matanya. Sebelum sempat menyelesaikan ucapannya, dadanya menderita puk
Kesembilan bayangan itu berkelebat di atas arena. Sulit untuk menilai mana Ravin yang asli. Ravin menguasai teknik tubuh seperti teleportasi, ditambah lagi Teknik Bayangan, sehingga makin sulit diprediksi.Ketika melihat situasi ini, Ozias segera mengerahkan energi astral dan membentuk perisai berwarna putih.Bam, bam, bam .... Begitu perisai terbentuk, tinju langsung menghujani Ozias. Setiap tinju dari Ravin membuat perisai beriak. Ozias seperti perahu yang berlayar di tengah badai. Dia dalam bahaya besar."Kamu kira kamu bisa menang dariku? Aku akan mencabik-cabikmu!" pekik Ravin sambil meninju tanpa henti. Dia terus melampiaskan amarahnya.Bagaimana bisa ahli bela diri kesepuluh Peringkat Genius dilukai pesilat tak dikenal? Sungguh memalukan. Jika tidak meraih kehormatan kembali, bagaimana dia bisa mendapat pijakan kokoh di dunia persilatan?Ozias tidak terburu-buru melancarkan serangan balik. Dia terus mengendalikan energi astral untuk mempertahankan kekokohan perisainya. Klona Rav
Perubahan mendadak itu membuat semua orang terkejut. Siapa pun tak menyangka Riley akan tiba-tiba menyerang, bahkan dengan secepat kilat.Gerakannya begitu cepat hingga mereka tidak sempat melihatnya dengan jelas. Bahkan, Amir yang terkenal akan kecepatannya juga tidak sempat bereaksi.Sebuah pukulan keras mendarat. Cepat, brutal, dan tak terbendung. Saat ini, orang-orang baru menyadari betapa kuatnya pria tua gemuk yang terlihat penuh belas kasih ini. Kekuatannya jauh melebihi perkiraan orang-orang.Krek, krek, krek .... Amir bangkit dengan terhuyung-huyung, lalu berusaha memperbaiki lehernya yang bengkok. Pipinya yang cekung segera kembali normal. Untungnya, ras vampir memiliki kemampuan pemulihan yang luar biasa. Jika tidak, pukulan itu pasti membuatnya cacat."Pak Tua, hebat juga kamu! Tapi, nggak semudah itu untuk membunuhku!" Amir menggertakkan giginya sambil menatap tajam ke arah Riley. Matanya terlihat haus darah. Jika dia bisa menguras darah Riley, kekuatannya pasti akan menin
Pertarungan antara Kuil Dewa dan Gunung Narima berlangsung dengan sangat sengit.Dalam serangan kali ini, Kuil Dewa benar-benar sudah mempersiapkan segalanya dengan matang. Bukan hanya mengundang para ahli dari seluruh dunia, mereka juga membagikan obat penguat yang sangat berharga pada semua orang. Untuk menghadapi Gunung Narima, mereka bahkan mengembangkan pakaian tempur khusus yang bisa menahan serangan halilintar.Bagi ahli tingkat sejati, serangan halilintar bisa langsung membuat mereka kehilangan kemampuan bertarung. Namun, dengan pakaian tempur itu, kekuatan serangan halilintar bisa berkurang setengah. Meskipun terkena serangan, mereka bisa bangkit kembali setelah beristirahat. Dari segi pertahanan, persiapan ini benar-benar sempurna.Selain itu, keunggulan terbesar Kuil Dewa adalah jumlah mereka yang sangat banyak. Jika termasuk dengan para pembunuh bayaran yang mereka sewa, jumlah mereka sekitar ribuan sampai memenuhi medan tempur.Sebaliknya, jumlah Gunung Narima hanya sekita
Serangan mematikan dari Danice langsung menyapu bersih lawannya. Para ahli bela diri yang tadi menyerbunya langsung mati dan terluka, sama tidak memiliki kemampuan untuk melawan."Ini ... nggak mungkin!" teriak Tico yang ketakutan sampai sudut matanya berkedut dan keringat dingin terus mengalir. Di bawah tahanan dari formasi segel, bahkan ahli tingkat grandmaster pun tidak mampu mengerahkan kekuatannya yang sebenarnya.Namun, Danice malah mengandalkan sebotol arak saja mampu melancarkan kekuatan magisnya jauh melampaui tingkat kultivasinya. Meskipun kultivasinya hanya tingkat master, teknik Delapan Hutan Belantara yang dikeluarkannya tadi memiliki kekuatan seperti tingkat grandmaster. Jika dia melakukannya sekali lagi, Tico khawatir semua orang di sini dan bahkan dirinya sendiri pun pasti mati."Kembali!"Saat itu, Danice menarik napas dalam-dalam dan ribuan bayangan semu yang diluncurkannya pun langsung kembali ke tubuhnya. Setelah itu, wajahnya berubah-ubah warna dan napasnya menjadi
"Coba kamu tebak." Danice tidak menjawab langsung dan hanya menyesap anggurnya. Basis kultivasinya memang tersegel, tetapi kekuatan tempurnya berasal dari anggurnya.Anggur yang diminumnya dimurnikan dengan berbagai obat spiritual sehingga mengandung energi spiritual yang kental. Sementara itu, Danice bisa mengolah energi spiritual itu untuk meningkatkan kekuatan tempurnya.Dengan kata lain, makin banyak anggur yang diminum Danice, kekuatannya akan makin dahsyat. Sekalipun basis kultivasinya tersegel, dia tetap bisa melancarkan serangan mematikan."Apa mungkin karena anggurmu?" Lamine segera bereaksi saat melihat anggur di tangan Danice. Sebelum dan sesudah melancarkan serangan, Danice selalu minum anggur. Jelas, ada yang aneh dari hal ini."Seratus untukmu. Tapi, nggak dapat hadiah." Danice menyeringai dan menyerang lagi. Pukulan ini tidak sehebat saat dia berada di puncaknya, tetapi sangat mematikan bagi Lamine yang sudah terluka parah."Tuan Tico, tolong aku!" seru Lamine melihat di
Luther yang memegang pedang tampak menyerbu ke kerumunan. Dia seperti harimau yang menyerbu kawanan domba. Saat berikutnya, pembantaian dimulai.Meskipun tidak bisa menggunakan energi sejatinya, fisiknya justru jauh lebih kuat daripada pesilat biasa. Baik itu kecepatan, kekuatan, reaksinya, ataupun teknik tempurnya, semuanya sudah cukup untuk menjatuhkan musuhnya.Setiap serangan pedang yang dilancarkan Luther mengenai titik vital secara akurat. Serangannya ini sungguh tak terbendung.Tidak ada seorang pun yang sanggup menghalangi Luther. Semuanya kewalahan. Teriakan histeris terdengar tanpa henti. Mayat-mayat berjatuhan. Berbeda dengan duel di arena, Luther sama sekali tidak menahan kekuatannya saat ini."Merepotkan sekali." Tico tak kuasa mengernyit melihat orang-orangnya yang tidak bisa berkutik menghadapi Luther. Dia tidak menyangka Luther yang basis kultivasinya sudah disegel masih bisa sekuat ini. Genius seperti ini harus dibunuh jika memilih untuk menjadi musuhnya."Kalian semua
"Siapa pun yang berani maju, akan mati!" Menghadapi para pembunuh bayaran yang menyerang dengan nekat, Luther sama sekali tidak berbelas kasihan. Dia mengayunkan pedang panjangnya dan cahaya pedang yang tajam pun langsung menerangi langit malam.Semua orang hanya merasa pandangan mereka tiba-tiba menjadi putih dan secara refleks menghentikan langkah mereka. Tubuh beberapa orang yang berada di barisan terdepan tiba-tiba menjadi kaku saat cahaya pedang itu menghilang, seolah-olah sama sekali tidak bisa bergerak.Pada detik berikutnya, beberapa kepala pun terlepas dari tubuhnya dan berguling-guling di tanah. Tubuh tanpa kepala itu berdiri di tempatnya selama dua detik, lalu akhirnya tumbang dan darah menyembur ke segala arah.Pemandangan ini membuat semua orang terkejut dan saling memandang dengan ragu karena tidak tahu harus berbuat apa. Mereka tidak menyangka pedang Luther bisa begitu cepat sampai mereka tidak sempat untuk bereaksi.Perlu diketahui, orang-orang yang baru saja tewas ini
Orang-orang yang keluar dari kabut semuanya memakai topeng, sehingga wajah mereka tidak terlihat jelas. Namun, terdapat logo yang melambangkan Kuil Dewa di tubuh mereka.Beberapa di antara orang-orang itu adalah anggota dari tim yang dipimpin Luther. Namun, saat tadi merasakan adanya pertempuran, dia sengaja meninggalkan timnya di dalam kabut dan keluar sendirian untuk memeriksa situasinya. Dia tidak menyangka ada tim lain yang akan membawa mereka keluar dari kabut itu."Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba begitu banyak orang yang mati?""Sepertinya mereka menghadapi musuh yang kuat. Semuanya hati-hati."Melihat mayat yang berserakan di sekitar, orang-orang yang baru keluar dari kabut menjadi waspada. Mereka terus mengamati Luther dan pria berpakaian abu-abu itu."Luther, kenapa kamu sendirian di sini?" tanya pria yang memimpin tim itu yang langsung mengenali identitas Luther.Kuil Dewa merekrut banyak tim dan setiap tim memakai topeng dengan warna yang berbeda. Untuk membedakan setiap
"Dia pelindung area terlarang. Setelah membunuhnya, kita baru bisa mengambil harta karun." Meskipun agak kebingungan, Bambang tetap menjelaskan. Dia terluka parah, jadi hanya bisa mengandalkan Luther untuk membunuh pria tua itu. Makanya, dia mau tak mau membujuk Luther."Kita bicarakan itu nanti. Sekarang, kita selesaikan masalah kita dulu." Usai berbicara, Luther sontak menjulurkan tangannya. Pedang di tanah pun memantul dan mendarat di tangannya."Masalah apa? Apa maksudmu?" Bambang termangu sebelum bertanya dengan bingung. Ketika melihat Luther mengambil pedang, firasat buruk sontak menyelimuti hatinya."Kamu dan pria bertubuh kekar itu bersekongkol supaya aku jadi tameng kalian. Kamu kira aku nggak tahu soal ini? Karena kalian ingin mencelakaiku, kenapa aku harus sungkan-sungkan pada kalian?" timpal Luther dengan ekspresi datar."A ... apa maumu?" Bambang pun panik. "Kita sama-sama dari Kuil Dewa. Kenapa malah saling membunuh? Kalau misi gagal, kita bakal sama-sama mati. Sebaiknya
Saat energi hitam itu masuk ke tubuh, pria tua berpakaian abu itu merasakan sakit yang dahsyat, seolah-olah digerogoti oleh sesuatu. Bukan hanya tubuhnya yang sakit, tetapi juga jiwanya."Berengsek! Keluar kamu!" Pria tua berpakaian abu itu berteriak sambil mencoba mengeluarkan energi hitam dari dalam tubuhnya.Namun, energi hitam itu malah terus bergejolak hebat di dalam tubuhnya, bahkan terus melahap vitalitas dan energi astralnya. Jika terus seperti ini, dia akan diisap hingga kering dalam waktu kurang dari tiga menit."Nggak mau keluar, 'kan? Oke, kita mati bersama!" Pria tua itu sungguh murka. Dia membulatkan tekadnya untuk mempertaruhkan nyawanya.Saat berikutnya, dia mengangkat tangannya. Sejumlah Jimat Magis terbang dan membentuk formasi di atas kepalanya. Ketika formasi itu berputar, awan halilintar hitam terbentuk. Guntur bergemuruh, membuat suasana makin mencekam.Formasi ini didasarkan pada halilintar. Jika dibandingkan dengan serangan tapak, kekuatan formasi ini jauh lebih