Ketika melihat gelombang emas itu makin dekat dengannya, mata Yadira sontak terbelalak. Dia merasakan bahaya besar.Yadira mengira pertarungan akan berlangsung beberapa menit, tetapi Wolfie langsung melancarkan serangan yang begitu mengerikan. Tanpa sempat berpikir, Yadira mengeluarkan payung merah.Payung merah itu memiliki simbol aneh di atasnya. Ketika payung itu bercahaya, simbol itu seakan-akan hidup dan berputar dengan cepat."Payung Orfik?" Para penonton segera mengenali payung merah itu. Itu adalah senjata pertahanan yang kuat. Dulunya adalah harta karun Sekte Orfik. Setelah Sekte Orfik binasa, payung itu pun hilang. Siapa sangka, payung itu jatuh ke tangan Sekte Sihir.Begitu payung itu dibuka, gelombang emas pun terdorong. Payung Orfik melayang ke udara dan memancarkan cahaya emas. Cahaya merah melindungi Yadira dari serangan apa pun. Yadira seperti berada di dalam cangkang telur.Ketika gelombang emas menghantam cahaya merah Payung Orfik, terdengar gemuruh yang keras. Cahaya
Tidak ada banyak peraturan ketat di Gunung Narima. Makanya, ketika Charlotte mengadakan taruhan, Harit yang penasaran pun ikut bermain. Dia awalnya menang banyak, tetapi makin ke belakang makin kalah.Setelah kalah hingga tidak tersisa sepeser pun, Harit yang masih belum ingin berhenti berjudi pun menggunakan Jimat Magis sebagai bahan taruhan. Pada akhirnya, dia masih kalah.Setelah kehilangan belasan Jimat Magis, Harit baru menyadari ada yang tidak beres. Dia pun memilih untuk menyerah. Itu sebabnya, Yadira punya Jimat Magis."Gimana bisa kamu punya Jimat Magis?" tanya Wolfie sambil mengernyit dengan ekspresi masam. Jimat Magis adalah kartu truf Gunung Narima. Apalagi, petir tadi sangat mengerikan. Bagaimana bisa murid Sekte Sihir memiliki barang seperti itu? Ini sungguh tidak masuk akal."Hehe ... rahasia." Yadira tersenyum nakal. Sebelum pertarungan dimulai, Charlotte memberinya tiga lembar Jimat Magis. Dia sudah menggunakan selembar tadi dan hasilnya sangat memuaskan. Jika bisa men
"Huh! Anggap saja kamu lagi beruntung!" Wolfie memelototi Yadira dengan kesal, lalu menyimpan pisaunya dan menuruni arena.Meskipun menang, Wolfie sama sekali tidak merasa senang. Pertama karena lawannya adalah wanita. Kedua karena lawanya berhasil melukainya. Sejak menjadi terkenal, Wolfie tidak pernah berakhir menyedihkan seperti ini.Meskipun semua itu karena Jimat Magis, tetap saja Wolfie menderita kerugian dan mempermalukan diri sendiri. Sayangnya, dia tidak punya kesempatan untuk membalas dendam. Wolfie pun bertekad akan membalaskan dendamnya kepada murid Sekte Sihir yang lain jika bertemu mereka di arena."Kuumumkan, kandidat nomor 5 menang!" seru Nabel. Segera, terdengar suara tepuk tangan meriah di bawah arena. Baik itu Yadira ataupun Wolfie, keduanya sama-sama patut dipuji.Di pertarungan sebelumnya, semuanya bertarung mati-matian. Jika tidak berwaspada, kemungkinan besar akan mati. Namun, Yadira memiliki kesadaran diri. Dia tahu dirinya tidak bisa melawan Wolfie, jadi langsu
"Ahli bela diri Peringkat Genius tentu nggak usah diragukan lagi. Tapi, Sekte Yama nggak bakal menyerah sebelum bertarung. Kami punya tanggung jawab besar. Jadi, mohon bimbingannya." Ozias tersenyum tanpa merendahkan diri."Karena kamu begitu nggak tahu diri, maju saja. Aku juga penasaran, sehebat apa kamu." Ravin meletakkan kedua tangannya di belakang punggung. Ekspresinya tampak angkuh, seolah-olah tidak menghargai lawannya.Jika lawannya ahli bela diri hebat, Ravin tentu tidak berani bersikap lalai. Namun, dia tidak pernah mendengar tentang Ozias. Pertarungan ini hanya membuang-buang waktunya."Oke." Ozias menangkupkan tangan, lalu maju dan melayangkan pukulan ke arah Ravin. Pukulan ini terlihat pelan, tetapi sebenarnya sangat cepat. Sebelum pukulan tiba, aura dingin sudah menyapu. Permukaan arena bahkan membeku.Ini adalah jurus andalan Sekte Yama, Tapak Es. Menurut rumor, bukan hanya punya kekuatan besar, tetapi teknik ini juga bisa membuat tubuh orang kaku, bahkan mungkin langsun
Ravin termangu. Dia merasa energi dan darah di dalam tubuhnya membeku. Sekujur tubuhnya seketika tidak bisa digerakkan, bahkan energi astralnya tidak bisa mengalir dengan normal. Ravin memang kuat, tetapi tidak bisa apa-apa untuk sekarang."Buset! Dia berhasil!""Ini seharusnya cuma kebetulan, 'kan? Dia melancarkan serangan berkali-kali, jadi nggak mungkin semuanya bakal meleset."Ketika melihat Ravin yang terhempas, para penonton pun tercengang. Menurut mereka, Ravin pasti memenangkan pertarungan ini. Bagaimanapun, Ravin mempermainkan lawannya sejak tadi.Orang-orang mengira ini hanya kecelakaan tak terduga. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa serangan ini membalikkan situasi pertarungan.Selagi tubuh Ravin di luar kendali, Ozias melancarkan serangan lagi. Ozias berjinjit, lalu melompat ke udara dan menyusul Ravin yang masih melayang di udara. Kemudian, dia memukul dengan kuat."Kamu ...." Ravin membelalakkan matanya. Sebelum sempat menyelesaikan ucapannya, dadanya menderita puk
Kesembilan bayangan itu berkelebat di atas arena. Sulit untuk menilai mana Ravin yang asli. Ravin menguasai teknik tubuh seperti teleportasi, ditambah lagi Teknik Bayangan, sehingga makin sulit diprediksi.Ketika melihat situasi ini, Ozias segera mengerahkan energi astral dan membentuk perisai berwarna putih.Bam, bam, bam .... Begitu perisai terbentuk, tinju langsung menghujani Ozias. Setiap tinju dari Ravin membuat perisai beriak. Ozias seperti perahu yang berlayar di tengah badai. Dia dalam bahaya besar."Kamu kira kamu bisa menang dariku? Aku akan mencabik-cabikmu!" pekik Ravin sambil meninju tanpa henti. Dia terus melampiaskan amarahnya.Bagaimana bisa ahli bela diri kesepuluh Peringkat Genius dilukai pesilat tak dikenal? Sungguh memalukan. Jika tidak meraih kehormatan kembali, bagaimana dia bisa mendapat pijakan kokoh di dunia persilatan?Ozias tidak terburu-buru melancarkan serangan balik. Dia terus mengendalikan energi astral untuk mempertahankan kekokohan perisainya. Klona Rav
Hening! Suasana seketika menjadi hening! Semua orang tercengang melihat Ravin yang tidak sadarkan diri. Tidak ada yang menduga hasilnya akan seperti ini.Sebelum ini, Ravin jelas-jelas berada di posisi unggul. Dia menghujani Ozias dengan tinjunya, bahkan menghancurkan pertahanan Ozias. Sedikit lagi, dia sudah bisa menang. Siapa sangka, Ravin malah dikalahkan pada detik berikutnya. Proses ini terlalu cepat sampai para penonton tidak bisa bereaksi."Apa yang terjadi? Kok Ravin bisa kalah?""Aneh sekali! Apa yang terjadi barusan?""Harus kuakui, pertarungan ini benar-benar tak terprediksi!"Setelah keheningan sejenak, suasana menjadi heboh. Kekalahan Ravin di luar ekspektasi. Awalnya Ravin mempermainkan Ozias. Lantaran Ravin terlalu meremehkan musuh, Ozias pun mendapatkan kesempatan untuk menghajarnya.Kemudian, Ravin marah dan menyerang secara gila-gilaan hingga membuat Ozias kewalahan. Namun, pada akhirnya malah Ravin kalah dan Ozias menang. Seluruh proses ini bak naik kereta luncur. Pa
"Dokter Luther, semangat!" sorak Greta dan Roselia melihat Luther naik ka arena.Setelah mendengar sorakan mereka, makin banyak penonton yang mulai bersorak. Suasana pun menjadi meriah.Alasannya sangat sederhana. Ini karena Luther memperlihatkan kemampuan yang sangat luar biasa saat melawan ras vampir. Dia juga meraih kehormatan untuk Negara Drago.Pertarungan itu yang membuat Luther menjadi terkenal. Apalagi, di pertarungan terakhir ini, Luther melawan pesilat luar negeri lagi. Itu sebabnya, para penonton memberinya dukungan besar.Ketika menghadapi musuh luar, orang Negara Drago biasanya sangat kompak, meskipun biasanya sering terjadi konflik internal.Setelah Luther naik ke arena, Eddie juga naik. Kalau dibandingkan dengan Brody dan Giorgio, Eddie tidak bersikap angkuh dan semena-mena. Eddie hanya terlihat kuat saat pertarungan sebelumnya. Setelah itu, dia terlihat rendah hati dan normal.Tentunya, Luther tahu semua ini hanya topeng. Di antara ketiga ahli bela diri yang diutus Kuil
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru
Paviliun Soluna memiliki satu aturan, yaitu mereka tidak melayani pelanggan asing. Tamu harus dikenal dengan baik atau diperkenalkan oleh orang yang terpercaya. Setiap transaksi juga harus dilakukan dengan perjanjian terlebih dahulu.Tentu saja, selalu ada pengecualian tanpa perjanjian, biasanya untuk urusan yang sangat mendesak. Namun, dalam kasus seperti itu, biayanya juga akan jauh lebih mahal.Saat Luther sampai di depan gerbang Paviliun Soluna, dia langsung dihentikan oleh para penjaga di kedua sisi.Setelah menyatakan identitasnya dan melakukan verifikasi, para penjaga baru mengizinkan Luther masuk.Begitu melangkah masuk, seorang pelayan wanita berwajah manis langsung menyambutnya dan mengantarnya melewati aula besar, lalu menuju ke bagian belakang bangunan.Setelah melewati taman dengan kolam kecil, mereka berhenti di depan sebuah ruang privat yang tenang."Ini adalah ruang pertemuan pribadi bos kami. Silakan masuk, Tuan Luther," kata pelayan itu dengan senyuman hangat."Bosmu
Nolan berkata dengan ambigu, "Kak Naim, kata-katamu ini salah. Keluarga Luandi memang mendukungku, tapi aku masih kurang banyak hal untuk bisa naik takhta. Selain itu, Nivan juga punya banyak pendukung yang kuat, jadi aku nggak mudah untuk mengalahkannya. Kalau Kak Naim membantuku, aku setidaknya punya 80% peluang untuk menang."Menurut Nolan, Naim jauh lebih berharga daripada Keluarga Paliama yang merupakan keluarga kerajaan. Jika dia bisa meyakinkan Naim untuk membantunya, peluangnya yang tadinya hanya 60% pun bisa langsung meningkat sampai 80% peluangnya. Masalahnya sekarang adalah apakah Naim bisa menahan ambisinya sendiri dan mempertaruhkan segalanya untuk mendukungnya."Nolan, kamu juga tahu aku ini orangnya nggak ambisius dan nggak tertarik dengan kekayaan. Aku nggak akan terlibat dengan perebutan takhta ini, jadi aku harap kamu bisa mengerti," kata Naim.Setelah mempertimbangkannya sejenak, Naim akhirnya memilih untuk menolak. Dia tahu peluangnya untuk menang sangat kecil, teta
Ketiga pangeran itu bukan orang bodoh, mereka tentu saja mengerti maksud tersembunyi dari perkataan Ezra. Kali ini, mereka memang beralasan datang untuk memberikan penghormatan terakhir, tetapi mereka juga berniat untuk merekrut Keluarga Paliama. Jika berhasil, hal ini tentu akan sangat baik. Namun, jika tidak, mereka setidaknya bisa menambah kesan baik.Namun, bagi ketiga pangeran itu, yang paling penting adalah Keluarga Paliama belum memihak siapa pun dan tidak menjadi musuh mereka. Sebelum semua itu terjadi, mereka masih memiliki ruang untuk berunding. Oleh karena itu, mereka merasa tidak perlu terburu-buru."Adipati Ezra terlalu merendah. Kami hanya datang karena menghargai kesetiaan dan keberanian Jenderal Gema, jadi datang untuk memberi penghormatan terakhir. Kami nggak punya maksud lain," kata Naim yang pertama kali membuka mulut."Benar, Adipati Ezra. Keluarga Paliama masih sangat sibuk dan kamu juga sudah berumur, sebaiknya jaga kesehatan dan jangan terlalu banyak bekerja. Kam
Nivan baru saja hendak memberi penghormatan pada Gema yang wafat, tetapi pandangannya langsung tertuju pada Naim dan Nolan yang berada di altar duka. Dia segera memberi hormat dengan sopan dan berkata, "Oh? Aku nggak menyangka Kak Naim dan Kak Nolan juga ada di sini. Hormat pada Kak Naim dan Kak Nolan."Dia sebenarnya sudah memperkirakan situasi ini sebelum datang ke sini, sehingga dia tidak terkejut saat melihat Naim dan Nolan ada di sana. Dia berniat untuk merekrut semua delapan keluarga bangsawan dan empat keluarga kerajaan. Namun, saat ini Keluarga Paliama masih netral dan belum memutuskan untuk mendukung siapa pun, dia tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan ini."Nivan, aku dengar kamu sedang keluar kota untuk urusan dinas. Kenapa kamu bisa kembali begitu cepat?" tanya Naim dengan ambigu."Itu hanya urusan kecil, jadi aku segera kembali begitu mendengar berita tentang kematian Jenderal Gema. Aku berniat untuk mengantarnya di perjalanan terakhir kalinya," jawab Nivan dengan te
"Hormat pada Pangeran Naim!"Melihat tamu terhormat datang, Gusdur pun tidak berlarut-larut dalam kesedihan lagi. Dia segera memimpin seluruh anggota Keluarga Paliama untuk maju dan membungkuk untuk memberi hormat pada Naim.Namun, Gusdur dan yang lainnya baru saja membungkuk sampai setengah, Naim sudah mengangkat tangan untuk menghentikannya. "Orang yang wafat paling penting, nggak perlu terlalu formal."Setelah mengatakan itu, Naim mengalihkan pandangannya ke foto mendiang yang terpasang di altar dan menghela napas. "Jenderal Gema bisa meninggal di usia muda sungguh merupakan kerugian besar bagi Negara Drago. Relakanlah yang sudah tiada, yang hidup harus tetap kuat. Aku turut berdukacita."Gusdur memberi hormat dengan mata yang berkaca-kaca dan berkata, "Terima kasih atas perhatian Pangeran Naim. Adikku bisa mengalami musibah ini, seluruh anggota Keluarga Paliama sangat sedih."Naim menganggukkan kepala dan melihat sekeliling sekilas, lalu bertanya dengan perhatian, "Aku dengar Adipa
Kekacauan di Atlandia akhirnya mereda setelah Loland ditangkap. Para pejabat yang selama ini punya hubungan dekat dengannya pun langsung diperiksa satu per satu.Dalam pembersihan besar-besaran ini, lebih dari 300 pejabat Atlandia dicopot dari jabatannya. Sebagian besar ditahan dan sebagian kecil yang dosanya terlalu berat langsung dieksekusi.Setelah Huston menunjukkan kemampuannya, situasi di kalangan birokrasi Atlandia berubah drastis. Segala praktik kolusi, korupsi, dan permainan di balik layar seolah-olah tersapu bersih oleh badai besar.Rakyat mulai merasakan perbedaan nyata. Mengurus urusan di kantor pemerintahan kini jauh lebih mudah, tidak lagi dihambat atau diminta sogokan. Urusan-urusan rakyat yang sempat terbengkalai kini mulai dibereskan secara tertib oleh para pejabat baru. Berbagai bidang mengalami perbaikan signifikan.Anehnya, alih-alih ketakutan, rakyat justru menyambut gebrakan ini dengan tepuk tangan dan rasa syukur. Para "hama" yang sudah terlalu lama menggerogoti