"Argh!" Giorgio berseru sambil menerjang ke arah Charlotte. Kedua bilah di tangan yang memancarkan kilatan dingin, berhasil menembus leher Charlotte. Karena kecepatan Giorgio terlalu tinggi, dia pun meluncur beberapa meter sebelum perlahan-lahan berhenti."Hahaha! Jalang, ini akibat dari membuatku marah!" Giorgio menoleh sambil tertawa dengan wajah ganas. Racun tidak berguna. Kekuatan barulah aspek terpenting untuk menentukan pemenang."Hei, apa yang kamu tertawakan?" Tiba-tiba, terdengar suara jernih dari depan sana. Giorgio pun termangu. Dia mendongak, melihat Charlotte menatapnya seperti menatap idiot.Seketika, senyuman Giorgio hilang dan digantikan keterkejutan. Apa yang terjadi? Bukankah pisaunya berhasil menembus leher Charlotte? Kenapa tidak ada luka sedikit pun? Apa mungkin serangannya meleset?Ini tidak mungkin! Gerakannya sangat cepat tadi. Selain itu, Charlotte jelas-jelas hanya berdiri di tempatnya tadi. Tidak mungkin ada yang meleset. Sebenarnya apa yang terjadi?"Aku pas
Charlotte berjinjit dan melompat ke udara untuk menyusul Giorgio. Kemudian, dia mengangkat kakinya tinggi-tinggi dan menghantam perut Giorgio.Bam! Terdengar suara benturan dahsyat. Giorgio yang masih melayang tiba-tiba berbalik arah seperti bola sepak, hingga akhirnya tubuhnya menghantam arena. Sebelum mendarat, dia lagi-lagi memuntahkan banyak darah.Bam! Benturan dahsyat itu memunculkan lubang besar di permukaan arena. Seketika, batu dan debu beterbangan. Sekalipun Giorgio punya pertahanan kuat, tulangnya tetap retak dan organ dalamnya bergeser. Cederanya termasuk parah.Jika lawannya adalah master biasa, pertahanan Giorgio tentu tak tertandingi. Namun, masalahnya Charlotte bukan master biasa. Dia adalah grandmaster yang telah membangkitkan garis keturunan foniks!Setiap pukulan dan tendangannya mengandung kekuatan destruktif yang fatal. Giorgio sudah sangat hebat karena tidak mati setelah serangan berturut-turut dari Charlotte."Masih belum berakhir." Ketika Giorgio hendak bangkit
Saat ini, Eddie yang duduk di pojok tak kuasa mengernyit melihat kematian tragis Giorgio. Dia tahu betul sehebat apa Giorgio. Jika dibandingkan dengan Brody yang dimanjakan keluarganya sejak kecil, Giorgio jelas jauh lebih kuat.Giorgio bahkan telah memodifikasi gennya. Baik itu kekuatan, pertahanan, ataupun kecepatannya, semuanya telah mencapai tahap ekstrem. Pesilat Negara Drago jelas bukan lawan Giorgio.Eddie sungguh tidak menyangka Giorgio yang tak terkalahkan malah dibunuh oleh seorang wanita. Apalagi, Giorgio terbunuh hanya dengan tinju lawan. Jika tidak melihat dengan mata kepala sendiri, Eddie tidak akan percaya."Benar-benar memusingkan!" Eddie memicingkan mata. Ekspresinya tidak karuan. Dia tahu misi kali ini tidak mudah, tetapi tidak menyangka akan sesulit ini.Mereka bertiga datang ke Negara Drago bersama, tetapi sekarang hanya tersisa Eddie. Eddie merasa sangat tertekan. Jika menyerah begitu saja, dia tidak bisa memberikan penjelasan kepada Kuil Dewa. Untuk sekarang, dia
Di dalam ruang kantor presdir Grup Pesona."Luther, ini adalah perjanjian cerai yang disiapkan Bu Ariana. Silakan ditandatangani," ujar Julie selaku sekretaris Ariana. Kemudian, Julie yang mengenakan seragam kantor sedang meletakkan secarik kertas A4 di atas meja.Di seberangnya, duduk seorang pria tampan yang mengenakan pakaian sederhana."Cerai? Apa maksudnya?" tanya Luther Bennett dengan bingung."Luther, kamu masih tidak mengerti? Pernikahanmu dengan Bu Ariana sudah di ujung tanduk. Kalian tidak lagi sejalur. Keberadaanmu hanya suatu penghalang bagi Bu Ariana," jawab Julie tanpa rasa kasihan."Penghalang?" Luther mengernyit sembari bertanya, "Jadi, aku hanya penghalang di matanya?"Ketika keduanya menikah, Keluarga Warsono sedang berada di posisi yang tidak menguntungkan, bahkan memiliki banyak utang.Luther yang telah membantu Keluarga Warsono melewati kesulitan tersebut. Siapa sangka, setelah kaya raya, Ariana malah ingin mencampakkannya."Kamu boleh berpikir begitu," ujar Julie
Di dalam lift, Luther menatap liontin giok di dadanya. Tatapannya tampak sangat sedih sekarang.Meskipun sudah menduga bahwa hal seperti ini akan terjadi, dia tetap tidak bisa berlapang dada saat perceraian ini benar-benar terjadi.Awalnya, Luther mengira bahwa kebahagiaan itu sangat sederhana. Hanya perlu makan kenyang, melewati kehidupan yang santai, dan merasa gembira.Dia pun baru mengerti bahwa kehidupan biasa ternyata juga merupakan suatu dosa.Luther sudah hidup dengan nyaman selama 3 tahun ini. Sekarang, sudah saatnya dia bangkit.Kring kring kring ....Tepat ketika Luther sedang bengong, ponselnya tiba-tiba berdering.Terdengar suara yang familier saat dia menjawab panggilan tersebut. "Tuan Luther, aku Eril Wirawan dari Kamar Dagang Jiloam. Dengar-dengar, hari ini adalah ulang tahun pernikahanmu dengan Nona Ariana. Aku sudah menyediakan hadiah spesial untuk kalian. Kapan Tuan Luther punya waktu?""Terima kasih atas niat baikmu. Tapi, Pak Eril tidak perlu repot-repot lagi lain
Hanya satu kata dari Luther sudah membuat Helen terperangah di tempatnya. Dia sungguh tidak menyangka bahwa Luther yang biasanya terlihat lembut akan begitu menyeramkan saat murka. Sorot matanya itu seolah-olah menyiratkan akan melahap Helen hidup-hidup."Tolong, ada pembunuh! Ada yang mau membunuh putraku!" teriak Helen dengan lantang setelah tersadar kembali.Dalam sekejap, sekelompok satpam dari Grup Pesona berbondong-bondong menghampiri tempat kejadian."Nyonya Helen, apa yang terjadi?" tanya salah satu satpam yang jelas mengenal Helen. Dia langsung menyatakan sikapnya begitu datang."Doni, cepat tangkap dia. Berani sekali dia memukul putraku! Aku mau dia menerima ganjarannya!" teriak Helen yang pura-pura memberanikan diri."Berengsek! Berani sekali kamu membuat keributan di pintu masuk Grup Pesona! Kamu sudah bosan hidup, ya!" seru satpam yang memimpin. Begitu dia melambaikan tangannya, sekelompok bawahan bergegas menghentikan Luther.Bagaimanapun, ini adalah kesempatan untuk meme
"Ibu, kamu bawa Keenan ke rumah sakit dulu. Biar aku yang urus masalah ini." Ariana membuat keputusan setelah berpikir beberapa saat."Ariana, kamu harus membela adikmu. Jangan biarkan bajingan itu begitu saja!" kata Helen dengan galak."Tenang saja, aku tahu apa yang harus dilakukan," ujar Ariana sembari mengangguk. Kemudian, dia memerintahkan 2 orang satpam untuk mengantar Helen dan Keenan ke rumah sakit."Julie, apa pendapatmu tentang ini?" tanya Ariana sambil menggosok pelipisnya. Dia merasa agak pusing."Bu Ariana, masalah ini sudah sangat jelas. Luther yang memukul adikmu. Selain itu, para satpam juga melihatnya tadi. Mereka tidak mungkin berbohong," jawab Julie."Tapi, ibuku itu ...." Ariana hendak mengatakan sesuatu. Dia tahu betul bagaimana karakter ibu dan adiknya yang tidak masuk akal itu."Bagaimanapun, Luther sudah salah karena memukul orang! Kalaupun ada kesalahpahaman, mereka bisa membahasnya dengan kepala dingin. Apalagi, Keenan adalah adik Bu Ariana. Dia sama sekali ti
"Ba ... bagaimana kamu tahu?" tanya Belinda seraya membelalakkan matanya. Wajahnya sampai memerah. Selain merasa canggung, dia lebih merasa terkejut.Belinda tidak menyangka bahwa Luther bisa menyebutkannya dengan begitu akurat. Pria ini sampai tahu dia sering sakit kepala, mens tidak lancar, bahkan diare yang sedang dideritanya.Apakah dia benar-benar begitu hebat atau ini hanya siasat untuk mengelabui mereka semua?"Pengobatan tradisional mementingkan 4 hal, yaitu mengamati rona wajah pasien, mendengar suara dan napas pasien, menanyakan gejala pasien, dan memeriksa denyut nadi pasien. Dengan ini, kami sudah bisa mendiagnosis," jelas Luther dengan tidak acuh."Belinda, gimana? Kamu sudah percaya, 'kan?" tanya Bianca sembari tersenyum.Pada saat yang sama, dia juga merasa lega karena sudah melihat kemampuan yang dimiliki Luther."Huh! Dia hanya beruntung, apa yang hebat!" seru Belinda yang masih merasa enggan."Tuan Luther, gadis ini memang keras kepala. Tolong jangan tersinggung," kat