Melihat mayat yang tergeletak di lantai, suasana di seluruh arena langsung menjadi hening. Para penonton tercengang dan ekspresi mereka terlihat tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Tidak ada yang menyangka pertarungan ini akan berakhir begitu cepat. Dalam sekejap, pemenangnya sudah diputuskan."Aku ... nggak salah lihat, 'kan? Pemimpin Sekte Ilmu Kegelapan, Liam, malah dibunuh?""Hanya menunjuk dari kejauhan saja dan bahkan nggak menggunakan pedangnya, Liam langsung terbunuh. Kekuatan ini ... terlalu mengerikan!""Apa ini kekuatan dari ahli peringkat pertama di Peringkat Genius? Benar-benar menakutkan!"Setelah hening sejenak, suasana di seluruh arena langsung menjadi gempar dan semua orang terlihat sangat terkejut. Saat Liam menyerang dengan tombaknya, mereka mengira keduanya akan bertarung dengan sengit. Bagaimanapun juga, Liam adalah sosok yang terkenal di dunia persilatan juga dan dianggap sebagai seorang ahli di mana pun dia berada.Menurut para penonton, meskipun Liam aka
Sebelumnya orang-orang sangat kesal dengan tindakan Giorgio yang menyiksa jasad Yoda. Kini, banyak yang bergosip dan memaki melihatnya kembali ke arena."Buset! Aku kesal sekali melihat gorila jelek ini! Aku ingin sekali membunuhnya!""Dia nggak punya perikemanusiaan! Cih!""Dia cuma beruntung sebelumnya. Kali ini, dia pasti mati bertemu Wanita Suci Sekte Sihir!"Orang-orang sungguh kesal melihat Giorgio. Namun, Giorgio tidak peduli, hanya menatap Charlotte lekat-lekat. Muncul senyuman jahat pada wajahnya. Hasrat pada tatapannya pun tidak bisa disembunyikan."Tsk, tsk .... Cantik, bertarung itu tugas pria. Sebagai wanita, tanggung jawabmu adalah melahirkan keturunan." Giorgio terus mengamati Charlotte dari atas hingga bawah. Senyumannya makin lebar. "Sayang sekali, pesilat Negara Drago lemah. Kamu nggak bakal puas. Tapi, aku bisa membuatmu terbang sampai ke awang-awang. Hahaha ...."Giorgio tertawa terbahak-bahak. Ucapannya ini membuat orang-orang makin murka."Gorila sialan! Aku bisa
Karena kesakitan, Giorgio langsung melempar ular aneh itu. Namun, ular itu malah menyerangnya lagi."Cari mati!" Giorgio mendengus, lalu meninju ular itu hingga hancur dan menyisakan kabut darah. Kemudian, dia mendongak menatap Charlotte sambil tersenyum sinis. "Cantik, kamu kira ular kecil seperti ini bisa melukaiku?""Kamu rasa ularku nggak bisa melukaimu? Coba lihat tanganmu yang digigit." Charlotte tersenyum mengejek."Hm?" Giorgio menunduk, mendapati ada dua lubang kecil seperti ditusuk jarum. Namun, tidak ada darah yang mengalir.Hanya saja, ada warna hitam yang terlihat aneh di sekitar luka itu. Warna hitam itu jauh lebih gelap daripada kulit Giorgio. Yang paling aneh adalah bekas itu terus menjalar ke pembuluh darah Giorgio. Dalam sekejap, bekas itu sudah sebesar setengah telapak tangan Giorgio."Apa ini?" Giorgio mengernyit. Senyumannya pun hilang. Dia tahu dirinya tahan terhadap berbagai serangan sehingga tidak peduli dengan serangan Charlotte tadi.Siapa sangka, racun ular a
"Argh!" Giorgio berseru sambil menerjang ke arah Charlotte. Kedua bilah di tangan yang memancarkan kilatan dingin, berhasil menembus leher Charlotte. Karena kecepatan Giorgio terlalu tinggi, dia pun meluncur beberapa meter sebelum perlahan-lahan berhenti."Hahaha! Jalang, ini akibat dari membuatku marah!" Giorgio menoleh sambil tertawa dengan wajah ganas. Racun tidak berguna. Kekuatan barulah aspek terpenting untuk menentukan pemenang."Hei, apa yang kamu tertawakan?" Tiba-tiba, terdengar suara jernih dari depan sana. Giorgio pun termangu. Dia mendongak, melihat Charlotte menatapnya seperti menatap idiot.Seketika, senyuman Giorgio hilang dan digantikan keterkejutan. Apa yang terjadi? Bukankah pisaunya berhasil menembus leher Charlotte? Kenapa tidak ada luka sedikit pun? Apa mungkin serangannya meleset?Ini tidak mungkin! Gerakannya sangat cepat tadi. Selain itu, Charlotte jelas-jelas hanya berdiri di tempatnya tadi. Tidak mungkin ada yang meleset. Sebenarnya apa yang terjadi?"Aku pas
Charlotte berjinjit dan melompat ke udara untuk menyusul Giorgio. Kemudian, dia mengangkat kakinya tinggi-tinggi dan menghantam perut Giorgio.Bam! Terdengar suara benturan dahsyat. Giorgio yang masih melayang tiba-tiba berbalik arah seperti bola sepak, hingga akhirnya tubuhnya menghantam arena. Sebelum mendarat, dia lagi-lagi memuntahkan banyak darah.Bam! Benturan dahsyat itu memunculkan lubang besar di permukaan arena. Seketika, batu dan debu beterbangan. Sekalipun Giorgio punya pertahanan kuat, tulangnya tetap retak dan organ dalamnya bergeser. Cederanya termasuk parah.Jika lawannya adalah master biasa, pertahanan Giorgio tentu tak tertandingi. Namun, masalahnya Charlotte bukan master biasa. Dia adalah grandmaster yang telah membangkitkan garis keturunan foniks!Setiap pukulan dan tendangannya mengandung kekuatan destruktif yang fatal. Giorgio sudah sangat hebat karena tidak mati setelah serangan berturut-turut dari Charlotte."Masih belum berakhir." Ketika Giorgio hendak bangkit
Saat ini, Eddie yang duduk di pojok tak kuasa mengernyit melihat kematian tragis Giorgio. Dia tahu betul sehebat apa Giorgio. Jika dibandingkan dengan Brody yang dimanjakan keluarganya sejak kecil, Giorgio jelas jauh lebih kuat.Giorgio bahkan telah memodifikasi gennya. Baik itu kekuatan, pertahanan, ataupun kecepatannya, semuanya telah mencapai tahap ekstrem. Pesilat Negara Drago jelas bukan lawan Giorgio.Eddie sungguh tidak menyangka Giorgio yang tak terkalahkan malah dibunuh oleh seorang wanita. Apalagi, Giorgio terbunuh hanya dengan tinju lawan. Jika tidak melihat dengan mata kepala sendiri, Eddie tidak akan percaya."Benar-benar memusingkan!" Eddie memicingkan mata. Ekspresinya tidak karuan. Dia tahu misi kali ini tidak mudah, tetapi tidak menyangka akan sesulit ini.Mereka bertiga datang ke Negara Drago bersama, tetapi sekarang hanya tersisa Eddie. Eddie merasa sangat tertekan. Jika menyerah begitu saja, dia tidak bisa memberikan penjelasan kepada Kuil Dewa. Untuk sekarang, dia
Orangnya belum tiba di arena, tetapi pisaunya sudah tiba. Cahaya tajam membuat pisau itu terlihat sangat mendominasi."Pisau itu familier sekali.""Kalau nggak salah, itu Pisau Api Emas milik Ketua Sekte Plasma!""Ketua Sekte Plasma? Orang seperti ini juga ikut kompetisi? Bukannya usianya melebihi kriteria?""Setahuku, Pisau Api Emas telah diwariskan kepada murid kebanggaannya. Sekarang itu pisau Wolfie, ahli bela diri kedelapan di Peringkat Genius."Ketika orang-orang masih sibuk berdiskusi, sebuah sosok hitam tiba-tiba mendarat di arena. Pria itu berpakaian hitam dan berwajah dingin. Usianya sekitar 30 tahun. Tubuhnya tegap, matanya tajam. Terdapat pisau hitam patah di belakang punggungnya. Auranya membuat orang segan.Pria ini tidak lain adalah Wolfie. Sebagai ahli bela diri kedelapan di Peringkat Genius, tidak banyak orang yang pernah melihat Wolfie. Namun, orang-orang tentu tahu namanya. Basis kultivasi Wolfie tinggi, teknik pisaunya luar biasa. Sejak menjadi terkenal, dia tak ter
Ketika melihat gelombang emas itu makin dekat dengannya, mata Yadira sontak terbelalak. Dia merasakan bahaya besar.Yadira mengira pertarungan akan berlangsung beberapa menit, tetapi Wolfie langsung melancarkan serangan yang begitu mengerikan. Tanpa sempat berpikir, Yadira mengeluarkan payung merah.Payung merah itu memiliki simbol aneh di atasnya. Ketika payung itu bercahaya, simbol itu seakan-akan hidup dan berputar dengan cepat."Payung Orfik?" Para penonton segera mengenali payung merah itu. Itu adalah senjata pertahanan yang kuat. Dulunya adalah harta karun Sekte Orfik. Setelah Sekte Orfik binasa, payung itu pun hilang. Siapa sangka, payung itu jatuh ke tangan Sekte Sihir.Begitu payung itu dibuka, gelombang emas pun terdorong. Payung Orfik melayang ke udara dan memancarkan cahaya emas. Cahaya merah melindungi Yadira dari serangan apa pun. Yadira seperti berada di dalam cangkang telur.Ketika gelombang emas menghantam cahaya merah Payung Orfik, terdengar gemuruh yang keras. Cahaya
"Tuan-tuan, aku sudah menghargai kalian dan teh pun sudah habis. Aku masih ada urusan lain, jadi nggak bisa menemani kalian lagi. Aku pamit," kata Gema. Melihat ketiga orang itu tidak menjawab, dia juga tidak banyak berbicara lagi. Setelah memberi hormat, dia langsung bangkit dan pergi.Saat pintu ruangan itu terbuka, ekspresi Loland menjadi muram dan segera meraih pedangnya. Namun, sebelum dia sempat bertindak, Weker menggenggam lengannya dan menggelengkan kepala.Gema sempat berhenti sejenak di ambang pintu karena merasa ada sesuatu yang tidak beres, lalu langsung melangkah pergi.Melihat Gema berjalan keluar dengan selamat, Loki yang kini sedang berjaga di luar pintu akhirnya menghela napas lega.Namun, saat melihat ekspresi ketiga orang yang berada di dalam ruangan itu terlihat muram, Loki kembali merasa gelisah. Kelihatan jelas, pembicaraan mereka tadi tidak berjalan dengan baik. Untung saja tidak terjadi sesuatu, dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya kepada pi
Gema kembali mengambil secangkir teh dan meminumnya, "Selera tuan-tuan memang unik. Tapi, aku ini orangnya penakut, nggak tahan ditakut-takuti. Jadi, mohon tuan-tuan kelak jangan bercanda seperti ini lagi."Weker tersenyum dan menganggukkan kepala. "Tentu saja. Ini pertama kalinya kita bertemu, jadi Tuan Loland hanya ingin mencairkan suasana. Kalau ada hal yang nggak berkenan, aku mewakili Tuan Loland minta maaf padamu. Jangan dimasukkan ke hati."Mendengar perkataan itu, ekspresi Gema akhirnya menjadi lebih ramah. Dia sudah berani menghadiri jamuan berbahaya ini, dia tentu saja tidak takut diintimidasi. Jika mereka berbicara baik-baik dengannya, dia tidak keberatan mengungkapkan sedikit informasi.Namun, sikap ketiga orang itu begitu sombong. Begitu membuka mulut, mereka langsung mengintimidasi, memerintah, dan sama sekali tidak menghargainya sama sekali. Hal ini tentu saja membuatnya merasa sangat kesal. Namun, demi menjaga harga dirinya, dia tidak langsung menunjukkan amarahnya."Ng
"Ini .... Ada beberapa hal yang nggak bisa dikatakan, tapi aku yakin kamu pasti mengerti," kata Trisno dengan serius."Aku ini bodoh, jadi nggak tahu apa yang Tuan Trisno maksud. Mohon Tuan Trisno memakluminya," jawab Gema dengan tenang."Kamu!" teriak Trisno yang mulai marah. Melihat sikap Gema saat masuk, dia mengira Gema menyadari situasinya dan pandai membaca keadaan. Namun, dia tidak menyangka Gema malah berpura-pura bodoh, jelas tidak menghargainya."Sudahlah, Trisno. Biar aku saja yang bertanya."Loland mengambil alih pembicaraan dan bertanya dengan terus terang, "Gema, 'kan? Kami nggak akan bertele-tele lagi denganmu. Kami sudah tahu maksud kedatanganmu ke sini, sekarang kami hanya ingin tahu informasi apa saja yang sudah kamu dapatkan.""Informasi tentang apa yang dimaksud Tuan Loland?" tanya Gema lagi.Bang!Loland tiba-tiba memukul meja dan berkata dengan ekspresi muram, "Anak muda, jangan berpura-pura bodoh denganku, kesabaranku ada batasnya. Kalau kamu nggak menjawab denga
Setelah membuat keputusan, Gema tidak ragu-ragu lagi. Dia segera meminta sopirnya untuk berbalik arah dan langsung menuju lokasi pertemuan.Tempat pertemuan berada di sebuah restoran yang tidak jauh dari istana. Perjalanan kembali hanya memakan waktu sekitar 10 menit.Saat Gema dan Loki melangkah masuk ke restoran, mereka langsung menyadari bahwa tempat itu kosong. Selain beberapa pegawai penyambut tamu, tidak ada satu pun pelanggan.Jelas sekali, restoran ini telah dikosongkan."Silakan, Jenderal Loland sudah menunggu di lantai atas."Begitu memasuki ruangan, pemilik restoran sendiri yang menyambut mereka dan mengantar Gema serta Loki ke ruang privat di lantai dua.Saat ini, di dalam ruangan, Loland, Weker, serta Trisno sedang menikmati teh dengan santai.Mereka bertiga mengobrol dengan akrab dan penuh semangat. Namun, begitu Gema dan Loki memasuki ruangan, mereka segera menghentikan pembicaraan dan mengalihkan perhatian mereka kepada Gema.Ketiganya sangat penasaran, siapa sebenarnya
"Apa? Siapa itu?" tanya Trisno segera."Jangan-jangan wakil jenderal yang masuk saat siang tadi?"Loland mengerutkan alisnya. "Aku sudah menyelidiki orang itu. Nggak punya latar belakang, nggak punya dukungan, cuma orang biasa. Jadi, nggak ada yang perlu dikhawatirkan.""Bukan dia, tapi ada hubungannya dengannya." Weker tiba-tiba merendahkan suara. "Masih ingat apa yang dikatakan Pangeran Huston siang tadi? Saat memanggil wakil jenderal itu, Pangeran Huston secara khusus menyebut Keluarga Paliama.""Keluarga Paliama?" Trisno menunjukkan ekspresi terkejut. "Maksudmu Keluarga Paliama dari Midyar sudah bertemu dengan Raja?""Itu belum. Tapi menurut informasiku, seseorang bernama Gema mengobrol dengan Pangeran Huston selama 4 jam hari ini. Mereka berbincang dan tertawa seperti sahabat. Bahkan, Pangeran Huston secara khusus mengundangnya untuk makan malam di istana."Wajah Weker sedikit muram. "Semuanya, coba pikirkan baik-baik. Pada saat genting seperti ini, Keluarga Paliama mengirim seseo
Setelah berbicara sejenak di aula pertemuan, Huston mengundang Gema untuk mulai berkeliling di Kediaman Raja Atlandia. Kediaman itu sangat luas dan memiliki berbagai fasilitas, orang yang tidak mengenal tempat itu akan sangat mudah tersesat.Gema yang merasa dirinya sudah melihat banyak hal pun tetap merasa sangat terkejut saat diajak untuk melihat keadaan Kediaman Raja Atlandia yang sebenarnya. Berbeda dengan kemewahan dari rumah orang kaya baru, kediaman ini bisa dibilang mewah dan berwibawa. Setiap sudut yang terlihat memancarkan aura yang sangat kuat.Yang membuat Gema paling terkesan adalah ada aula pahlawan dengan sembilan lantai di dalam kediaman itu dan terlihat seperti sebuah pagoda kuno dari luar. Isi di dalamnya adalah makam simbolis untuk puluhan ribu para pahlawan yang gugur di medan perang dan memenuhi seluruh ruangan.Para pahlawan itu memiliki batu peringatan dengan catatan jelas kehidupan mereka agar generasi berikutnya bisa mengenangnya. Keluarga Paliama juga memiliki
"Pangeran Huston, hati-hati dengan ucapanmu," kata Gema yang segera memperingatkan sambil melihat ke sekeliling karena khawatir ada yang menguping percakapan mereka.Membahas hidup dan mati anggota keluarga kerajaan secara pribadi adalah pelanggaran besar. Jika hal ini disebarkan oleh orang yang berniat buruk, nama baik hancur masih termasuk hal kecil. Namun, jika nanti diminta pertanggungjawaban, ini akan menjadi masalah besar."Paman Gema, tenang saja. Ini adalah Atlandia, bukan Midyar. Kamu bisa membahas apa pun dengan tenang, nggak perlu khawatir," kata Huston sambil tersenyum, sama sekali tidak peduli apa pun. Dia berpikir hal ini sudah diketahui semua orang, apa salah membicarakannya? Apakah orangnya tidak akan mati jika tidak membicarakannya? Benar-benar konyol."Uhuk uhuk .... Sepertinya aku sudah terlalu banyak berpikir," kata Gema sambil tersenyum dengan canggung. Meskipun tahu apa yang dikatakan Huston benar, dia tetap harus berhati-hati dan tidak berani membicarakan anggota
Huston masuk ke ruang rapat dengan senyuman cerah, sambil menggandeng tangan Gema dengan sikap yang sangat ramah. Sebaliknya, Gema terlihat kebingungan, sama sekali tidak menduga situasi ini.Sebelum masuk, Gema sudah membayangkan berbagai kemungkinan dalam pertemuan mereka. Misalnya, Huston bersikap dingin atau arogan. Semua itu bisa dia terima, bahkan dia sudah siap secara mental.Bagaimanapun menurut rumor, Huston adalah pangeran yang suka membuat onar dan berani melakukan apa saja.Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Bukan hanya tidak ada kesulitan, Huston malah bersikap sangat ramah, membuat Gema bingung bukan main.Seperti kata pepatah, ketika sesuatu terlihat tidak biasa, pasti ada sesuatu yang buruk. Gema tidak tahu apa maksud tersembunyi di balik keramahan ini."Pelayan! Siapkan teh!" Setelah mempersilakan Gema duduk, Huston langsung memerintahkan pelayan untuk menyajikan teh.Teh yang disajikan adalah teh mahal khas Atlandia, yang tidak dijual untuk umum dan hanya diperunt
Setelah mengikuti Huston masuk, Loki merasa sangat cemas. Sebelumnya dia pernah masuk ke istana, tetapi kebanyakan karena urusan resmi dan orang yang memandunya biasanya adalah penjaga atau pelayan.Namun, kali ini berbeda. Kunjungan ini untuk urusan pribadi dan yang memandunya adalah Huston. Hal ini membuatnya merasa sangat terhormat. Dia sangat penasaran, sejak kapan dirinya memiliki pengaruh sebesar ini?Huston bahkan mengabaikan jenderal besar dan hanya bersikap ramah padanya. Apa mungkin kepalanya yang botak terlalu mencolok sehingga menarik perhatian?Dengan segudang pertanyaan di benaknya, Loki mengikuti Huston hingga akhirnya mereka tiba di ruang rapat."Duduk." Setelah Huston duduk di kursi utama, dia memberi isyarat kepada Loki untuk duduk."Nggak perlu, aku berdiri saja," ujar Loki dengan senyuman sungkan."Kalau aku bilang duduk, ya duduk. Kenapa tegang sekali? Aku nggak akan memakanmu," kata Huston dengan nada tidak sabar."Baik, baik." Loki buru-buru mengiakan dan duduk.