Pertarungan ronde kedua segera dimulai. Delapan arena dan delapan pertarungan berlangsung secara bersamaan. Dibandingkan dengan tempat penonton lainnya, suasana di sekitar meja Charlotte jauh lebih ramai. Hampir ratusan orang berkumpul di depan meja besar itu dan sebagian besar sudah memasang taruhan.Begitu pertandingan dimulai, orang-orang di bawah arena bahkan lebih bersemangat daripada para kandidat di atas arena. Suara sorak-sorai dan teriakan dukungan terus bergema.Semua orang yang memasang taruhan berteriak untuk menyemangati kandidat yang mereka pilih. Bagi mereka, saat ini pertarungan ini bukan hanya sekedar hiburan lagi, melainkan berkaitan dengan keuntungan pribadi. Menang berarti berkesempatan untuk meraih banyak Batu Spiritual, sedangkan kalah berarti rugi besar. Dalam situasi seperti ini, mereka tidak mungkin tidak bersemangat.Waktu perlahan-lahan berlalu dan suasana di lokasi itu makin memanas. Dari delapan arena, dua arena sudah menyelesaikan pertarungannya lebih awal
Perjudian memang sangat mudah membuat orang kecanduan. Terutama setelah merasakan manisnya kemenangan, sering kali membuat seseorang kesulitan untuk berhenti. Orang yang tidak mampu mengendalikan diri, akan mudah terjebak makin dalam."Selamat untuk kalian berdua atas kemenangannya, ini Batu Spiritual yang kalian menangkan," kata Charlotte sambil tersenyum, lalu menyerahkan Batu Spiritual dengan sangat ramah."Pedang besi hitam yang tadi dijadikan taruhan bernilai lima Batu Spiritual, 'kan? Bolehkah aku menebusnya kembali?" tanya Yuki."Tentu saja boleh," jawab Charlotte sambil tersenyum dan menganggukkan kepala, lalu memerintahkan bawahannya untuk mengambil pedang besi hitam yang dipertaruhkan Yuki."Tunggu sebentar!"Saat Yuki hendak menebus pedangnya, Elio menghentikannya dan berkata, "Yuki, kenapa kamu begitu terburu-buru? Taruhan baru saja dimulai, babak selanjutnya yang paling penting. Kalau kamu menebus pedangmu sekarang, nanti modal taruhanmu akan berkurang dan kemenanganmu jug
Setelah pertarungan ronde kedua berakhir, orang-orang dengan ekspresi gembira dan kecewa berkumpul di depan meja Charlotte. Orang yang menang taruhan tentu saja akan sangat gembira seolah-olah mendapatkan harta karun, sedangkan yang kalah akan merasa sangat menyesal dan kesal."Sialan! Nggak disangka orang ini begitu lemah, andai saja tadi aku bertaruh pada nomor 36.""Benar! Dasar berengsek! Buat aku kehilangan sebotol pil saja.""Aku juga. Harta yang baru saja kudapatkan semuanya hilang!""Huh! Aku sudah bilang tadi untuk bertaruh pada nomor 36, tapi kalian nggak percaya. Sekarang sudah rugi, 'kan?"Di tengah suara keluhan itu, tiba-tiba terdengar suara yang berbeda. Beberapa orang itu langsung melihat ke arah suara itu dan mendapatkan seorang pria berpakaian abu-abu yang sedang berbicara. Pria itu membawa pedang panjang di punggungnya, ekspresinya terlihat angkuh, dan memegang beberapa Batu Spiritual yang baru saja dimenangkannya."Teman, dilihat dari penampilanmu, tadi kamu menang
Pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara Charlotte.Setelah ronde kedua taruhan, makin banyak ahli yang tertarik untuk bertaruh. Mereka awalnya hanya berniat menonton saja, tetapi sekarang tidak tahan lagi setelah melihat keseruannya. Dikarenakan tadi banyak pejudi yang berhasil memenangkan Batu Spiritual, orang-orang yang tidak berpartisipasi sebelumnya merasa iri.Cara untuk mendapatkan Batu Spiritual sangat terbatas. Namun, sekarang kesempatan itu ada di depan mata, sehingga banyak orang yang tidak bisa menahan diri. Oleh karena itu, makin banyak pejudi yang ikut bertaruh.Harta langka dan berharga yang didapatkan Charlotte makin banyak, sedangkan Batu Spiritual di kotaknya makin berkurang. Namun, dia tidak terlalu peduli dengan hal itu. Selama ada yang bersedia bertaruh, itu saja sudah cukup baginya."Para kandidat sudah naik ke arena, pertandingan ronde ketiga akan segera dimulai. Silakan segera pasang taruhan kalian, waktu nggak akan menunggu," teriak Charlotte.Untuk menghindari
"Kak, kamu yakin mau pilih kandidat nomor 33 itu? Apa dia bisa diandalkan?" tanya Yuki.Yuki awalnya mengikuti pilihan Elio, tetapi Elio tiba-tiba percaya pada perkataan pria berpakaian abu dan bertaruh untuk kandidat nomor 33. Yuki tidak bisa memercayai orang yang tidak dikenalnya. Meskipun Elio menjamin, Yuki hanya bertaruh setengah dari Batu Spiritual untuk berjaga-jaga."Tenang saja, Yuki. Aku sudah mengamati kandidat nomor 33 itu. Dia memang kuat, nggak masalah kalau bertaruh untuknya," ujar Elio dengan penuh percaya diri.Elio tidak memilih tanpa alasan. Setelah mendengar pria berpakaian abu itu membual, dia langsung melakukan observasi. Kandidat nomor 33 itu memang terlihat biasa-biasa saja, tetapi orang yang menggunakan Cambuk Besi Hitam jelas punya kemampuan.Senjata ini sangat sulit untuk dilatih. Jika ingin menguasainya secara menyeluruh, seseorang harus berlatih lebih giat berkali-kali lipat daripada orang biasa. Begitu sempurna, kekuatan cambuk yang dikerahkan akan sangat
Ketika dilayangkan, cambuk itu terlihat sangat kuat dan tak terelakkan. Setiap cambukan mendarat dengan akurat. Meskipun lawannya hebat, tetap saja kewalahan dan tidak bisa mendekat.Hanya dalam beberapa menit, lawan telah mendapat belasan cambukan. Sekujur tubuhnya dipenuhi luka dan darah. Setelah bertahan sekitar dua menit, dia akhirnya terlempar dari arena.Ketika melihat hasil ini, semua orang yang bertaruh pun bersorak kegirangan. Banyak yang meloncat karena terlalu gembira."Hahaha! Menang! Menang! Kandidat nomor 33 benar-benar menang!""Bagus! Ini bagus sekali! Akhirnya pilihanku nggak salah!""Sial! Kalau tahu begini, aku pasti mempertaruhkan semua Batu Spiritual biar menang banyak!"Kemenangan kandidat nomor 33 membuat para pejudi merasa girang. Beberapa pun merasa sayang karena bertaruh terlalu sedikit, terutama setelah menerima Batu Spiritual. Mereka bisa menang lebih banyak, tetapi hasilnya berkurang banyak karena mereka terlalu berwaspada."Kak! Kamu hebat sekali! Tadi kam
Setelah ronde tiga berakhir, kini ronde keempat akan berlangsung. Banyak orang berkumpul di sekitar Charlotte. Beberapa pesilat yang sebelumnya melihat dari kejauhan, kini bergabung dengan keramaian.Di satu sisi untuk bersenang-senang, di sisi lain untuk mendapat keuntungan. Banyak yang berhasil mendapat Batu Spiritual, jadi jumlah pesilat yang berpartisipasi pun menjadi makin banyak.Kotak pertama Batu Spiritual telah habis, jadi mereka memindahkan kotak kedua dan kotak ketiga. Ketika melihat Batu Spiritual yang memenuhi kedua kotak itu, para pesilat pun dipenuhi antusiasme.Ambisi manusia tak terbatas. Meskipun beberapa orang sudah menang banyak, mereka tetap ingin lebih banyak. Lagi pula, siapa yang tidak tergoda dengan Batu Spiritual yang bisa meningkatkan kekuatan?"Gimana, Kak? Sudah lihat jelas? Siapa yang bakal kamu pilih kali ini?" Setelah para kandidat naik ke arena, tatapan semua orang tertuju pada pria berpakaian abu itu.Setelah dua kompetisi sebelumnya, mereka menjadi sa
Bagaimana bisa seorang pria yang kakinya pincang dan tubuhnya sekurus lidi, naik ke arena dan bertarung dengannya? Benar-benar tidak tahu diri!"Kamu memang tinggi dan tegap, tapi belum tentu bakal menang dariku," balas kandidat nomor 95 dengan ekspresi datar."Belum tentu menang?" Kandidat nomor 24 tergelak, lalu meledek, "Bocah, kamu sadar dengan apa yang kamu katakan? Lihat dulu ukuran tubuhmu yang kecil macam semut. Aku bisa menginjakmu dengan mudah.""Oh ya? Dicoba saja kalau begitu." Kandidat nomor 95 tetap terlihat tenang. Dia menengadah dan menatap kandidat nomor 24 tanpa rasa takut sedikit pun. Tubuhnya memang kecil, tetapi auranya tidak."Oke. Kalau nggak memberimu pelajaran, kamu nggak bakal tahu kehebatanku." Kandidat nomor 24 terkekeh-kekeh, lalu menghunuskan pedangnya secara perlahan.Ketika melihat ini, kandidat nomor 95 bergeming. Dia tetap berdiri di tempatnya dengan memegang tongkatnya."Kenapa diam saja? Keluarkan senjatamu!" seru kandidat nomor 24. Pedangnya terliha