Mendengar bisa memenangkan Batu Spiritual, para ahli di sekitar langsung bersemangat. Jika sebelumnya hanya penasaran, sekarang mereka sudah sangat bersemangat. Bagaimanapun juga, kesempatan untuk mendapatkan batu spiritual sangat langka. Kesempatan untuk menukar barang dan memenangkan dua kali lipat seperti ini benar-benar sangat jarang dan tidak boleh dilewatkan.Yang paling pentingnya, Luther dan yang lainnya tadi sudah mendapatkan Batu Spiritual. Dengan adanya contoh seperti itu, keraguan terakhir mereka pun hilang.Oleh karena itu, para ahli yang berani segera mendekat begitu Charlotte mengumumkan taruhan dibuka. Meskipun reputasi Sekte Sihir tidak terlalu baik, daya tarik Batu Spiritual terlalu besar untuk diabaikan. Lagi pula, ini adalah Gunung Narima, sepertinya orang-orang dari Sekte Sihir tidak akan berani menipu atau membuat keributan."Kami juga boleh ikut bertaruh, 'kan?" tanya dua pemuda yang mendekat terlebih dahulu. Mereka berusia dua puluhan tahun dan memiliki penampil
"Paman, daripada bersenang-senang sendiri, lebih baik bersenang-senang bersama. Aku melakukan ini untuk memberikan hiburan pada semua orang. Menonton pertandingan sambil bertaruh beberapa ronde, bukankah itu menyenangkan?" jelas Charlotte sambil terus memeriksa barang-barang yang diberikan oleh para ahli di sekeliling.Meskipun kata-katanya terdengar bagus, ekspresi serakah Charlotte tetap tidak bisa disembunyikan. Dia adalah bandar taruhan dan bukan dermawan, tidak mungkin dia bisa begitu antusias jika tidak ada keuntungan."Aku hanya khawatir kamu akan sial dan kehilangan semua Batu Spiritual yang kamu bawa," kata Luther mengingatkan.Biasanya, kasino akan memanfaatkan peraturan untuk mendapatkan keuntungan. Meskipun keuntungannya sangat kecil, bandar pasti akan menang jika jumlah taruhannya cukup banyak dalam jangka panjang. Oleh karena itu, kasino tidak takut pemain menang, hanya takut tidak ada pemain.Namun, dalam taruhan yang dibuka kali ini, Charlotte tidak mendapatkan keuntung
Pertarungan ronde kedua segera dimulai. Delapan arena dan delapan pertarungan berlangsung secara bersamaan. Dibandingkan dengan tempat penonton lainnya, suasana di sekitar meja Charlotte jauh lebih ramai. Hampir ratusan orang berkumpul di depan meja besar itu dan sebagian besar sudah memasang taruhan.Begitu pertandingan dimulai, orang-orang di bawah arena bahkan lebih bersemangat daripada para kandidat di atas arena. Suara sorak-sorai dan teriakan dukungan terus bergema.Semua orang yang memasang taruhan berteriak untuk menyemangati kandidat yang mereka pilih. Bagi mereka, saat ini pertarungan ini bukan hanya sekedar hiburan lagi, melainkan berkaitan dengan keuntungan pribadi. Menang berarti berkesempatan untuk meraih banyak Batu Spiritual, sedangkan kalah berarti rugi besar. Dalam situasi seperti ini, mereka tidak mungkin tidak bersemangat.Waktu perlahan-lahan berlalu dan suasana di lokasi itu makin memanas. Dari delapan arena, dua arena sudah menyelesaikan pertarungannya lebih awal
Perjudian memang sangat mudah membuat orang kecanduan. Terutama setelah merasakan manisnya kemenangan, sering kali membuat seseorang kesulitan untuk berhenti. Orang yang tidak mampu mengendalikan diri, akan mudah terjebak makin dalam."Selamat untuk kalian berdua atas kemenangannya, ini Batu Spiritual yang kalian menangkan," kata Charlotte sambil tersenyum, lalu menyerahkan Batu Spiritual dengan sangat ramah."Pedang besi hitam yang tadi dijadikan taruhan bernilai lima Batu Spiritual, 'kan? Bolehkah aku menebusnya kembali?" tanya Yuki."Tentu saja boleh," jawab Charlotte sambil tersenyum dan menganggukkan kepala, lalu memerintahkan bawahannya untuk mengambil pedang besi hitam yang dipertaruhkan Yuki."Tunggu sebentar!"Saat Yuki hendak menebus pedangnya, Elio menghentikannya dan berkata, "Yuki, kenapa kamu begitu terburu-buru? Taruhan baru saja dimulai, babak selanjutnya yang paling penting. Kalau kamu menebus pedangmu sekarang, nanti modal taruhanmu akan berkurang dan kemenanganmu jug
Setelah pertarungan ronde kedua berakhir, orang-orang dengan ekspresi gembira dan kecewa berkumpul di depan meja Charlotte. Orang yang menang taruhan tentu saja akan sangat gembira seolah-olah mendapatkan harta karun, sedangkan yang kalah akan merasa sangat menyesal dan kesal."Sialan! Nggak disangka orang ini begitu lemah, andai saja tadi aku bertaruh pada nomor 36.""Benar! Dasar berengsek! Buat aku kehilangan sebotol pil saja.""Aku juga. Harta yang baru saja kudapatkan semuanya hilang!""Huh! Aku sudah bilang tadi untuk bertaruh pada nomor 36, tapi kalian nggak percaya. Sekarang sudah rugi, 'kan?"Di tengah suara keluhan itu, tiba-tiba terdengar suara yang berbeda. Beberapa orang itu langsung melihat ke arah suara itu dan mendapatkan seorang pria berpakaian abu-abu yang sedang berbicara. Pria itu membawa pedang panjang di punggungnya, ekspresinya terlihat angkuh, dan memegang beberapa Batu Spiritual yang baru saja dimenangkannya."Teman, dilihat dari penampilanmu, tadi kamu menang
Pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara Charlotte.Setelah ronde kedua taruhan, makin banyak ahli yang tertarik untuk bertaruh. Mereka awalnya hanya berniat menonton saja, tetapi sekarang tidak tahan lagi setelah melihat keseruannya. Dikarenakan tadi banyak pejudi yang berhasil memenangkan Batu Spiritual, orang-orang yang tidak berpartisipasi sebelumnya merasa iri.Cara untuk mendapatkan Batu Spiritual sangat terbatas. Namun, sekarang kesempatan itu ada di depan mata, sehingga banyak orang yang tidak bisa menahan diri. Oleh karena itu, makin banyak pejudi yang ikut bertaruh.Harta langka dan berharga yang didapatkan Charlotte makin banyak, sedangkan Batu Spiritual di kotaknya makin berkurang. Namun, dia tidak terlalu peduli dengan hal itu. Selama ada yang bersedia bertaruh, itu saja sudah cukup baginya."Para kandidat sudah naik ke arena, pertandingan ronde ketiga akan segera dimulai. Silakan segera pasang taruhan kalian, waktu nggak akan menunggu," teriak Charlotte.Untuk menghindari
"Kak, kamu yakin mau pilih kandidat nomor 33 itu? Apa dia bisa diandalkan?" tanya Yuki.Yuki awalnya mengikuti pilihan Elio, tetapi Elio tiba-tiba percaya pada perkataan pria berpakaian abu dan bertaruh untuk kandidat nomor 33. Yuki tidak bisa memercayai orang yang tidak dikenalnya. Meskipun Elio menjamin, Yuki hanya bertaruh setengah dari Batu Spiritual untuk berjaga-jaga."Tenang saja, Yuki. Aku sudah mengamati kandidat nomor 33 itu. Dia memang kuat, nggak masalah kalau bertaruh untuknya," ujar Elio dengan penuh percaya diri.Elio tidak memilih tanpa alasan. Setelah mendengar pria berpakaian abu itu membual, dia langsung melakukan observasi. Kandidat nomor 33 itu memang terlihat biasa-biasa saja, tetapi orang yang menggunakan Cambuk Besi Hitam jelas punya kemampuan.Senjata ini sangat sulit untuk dilatih. Jika ingin menguasainya secara menyeluruh, seseorang harus berlatih lebih giat berkali-kali lipat daripada orang biasa. Begitu sempurna, kekuatan cambuk yang dikerahkan akan sangat
Ketika dilayangkan, cambuk itu terlihat sangat kuat dan tak terelakkan. Setiap cambukan mendarat dengan akurat. Meskipun lawannya hebat, tetap saja kewalahan dan tidak bisa mendekat.Hanya dalam beberapa menit, lawan telah mendapat belasan cambukan. Sekujur tubuhnya dipenuhi luka dan darah. Setelah bertahan sekitar dua menit, dia akhirnya terlempar dari arena.Ketika melihat hasil ini, semua orang yang bertaruh pun bersorak kegirangan. Banyak yang meloncat karena terlalu gembira."Hahaha! Menang! Menang! Kandidat nomor 33 benar-benar menang!""Bagus! Ini bagus sekali! Akhirnya pilihanku nggak salah!""Sial! Kalau tahu begini, aku pasti mempertaruhkan semua Batu Spiritual biar menang banyak!"Kemenangan kandidat nomor 33 membuat para pejudi merasa girang. Beberapa pun merasa sayang karena bertaruh terlalu sedikit, terutama setelah menerima Batu Spiritual. Mereka bisa menang lebih banyak, tetapi hasilnya berkurang banyak karena mereka terlalu berwaspada."Kak! Kamu hebat sekali! Tadi kam
"Oh? Benarkah? Kalau begitu, serahkan buktinya agar semua orang bisa melihatnya dengan jelas," kata Huston sambil tersenyum."Gulp ...." Mendengar laporan itu, Rigen langsung menelan ludahnya dan keringat dingin mulai mengalir. Hanya dalam waktu setengah hari saja, tidak mungkin semua rahasianya bisa terbongkar.Wirya mengeluarkan setumpuk dokumen dan meletakkannya di atas meja, lalu berkata dengan tegas, "Pertama, aku sudah menyelidiki masalah keuangan Tuan Rigen. Gaya hidup Tuan Rigen jauh melampaui gaji resminya. Dia punya 18 rumah mewah, puluhan kereta mewah, emas, barang antik, lukisan terkenal, dan lainnya. Total asetnya mencapai puluhan triliun.""Dengan gaji resmi Tuan Rigen, setidaknya perlu berhemat dan bekerja keras selama ribuan tahun untuk mengumpulkan puluhan triliun ini. Jadi, aku penasaran, dari mana semua harta ini berasal?"Begitu mendengar perkataan itu, semua mata langsung tertuju pada Rigen. Mereka tahu dia memang korupsi, tetapi mereka tidak menyangka jumlahnya ak
Huston melirik Rigen, lalu mengalihkan pandangannya pada para penasihat lainnya dan berkata sambil tersenyum dingin, "Aku juga akan menyelidiki kalian satu per satu dengan teliti. Lebih baik kalian memastikan diri kalian bersih. Kalau aku menemukan kesalahan atau kejahatan kalian sedikit saja, aku akan menindak kalian sesuai hukum. Nggak ada ampun."Begitu mendengar perkataan itu, semua orang langsung menjadi panik. Mereka saling menatap dengan bingung dan jantung berdebar. Setelah menyadari Huston benar-benar marah, mereka semua memilih untuk diam dan hanya Rigen yang terus berteriak dengan marah. Mereka tidak menyangka kini malah mereka yang terkena dampaknya.Hampir semua pejabat memiliki catatan yang buruk setelah menjabat di pemerintahan, Raja biasanya hanya berpura-pura tidak tahu dan tidak mempermasalahkan hal ini dengan mereka. Namun, sekarang Huston ini jelas tidak ingin memberi mereka muka lagi. Jika Huston benar-benar menyelidiki mereka sampai ke akar, sebagian besar dari me
"Rigen, Rigen ... aku benar-benar nggak bisa membedakan kamu ini sengaja pura-pura bodoh atau memang bodoh?"Huston tertawa, tetapi tatapannya penuh dengan ketidakpedulian. "Kamu minta bukti fisik, aku sudah memberikannya. Kamu minta saksi, aku juga sudah menyediakannya. Sekarang bukti dan saksi sudah ada, bahkan pelaku sendiri sudah mengaku. Lalu, apa lagi yang kamu inginkan?""Hmph! Dunia politik ini penuh kegelapan. Aku cuma menuntut keadilan agar kamu nggak membunuh orang yang tak bersalah!" Rigen tetap berdiri tegak dengan sikap penuh keadilan.Beberapa pejabat yang tadi mendukungnya kini memilih diam. Mereka sadar bahwa Huston benar-benar marah. Tak ada yang berani terus menantangnya. Yang lebih penting, mereka kehilangan keyakinan mereka.Seperti yang Huston katakan, bukti-bukti kuat telah diletakkan di depan mereka. Tak ada lagi alasan untuk meragukannya.Rigen adalah bagian dari Keluarga Bennett, paman dari Huston. Dia bisa berbicara sesuka hati tanpa rasa takut. Namun, mereka
"Tuan Weker? Tuan Trisno?" Begitu melihat wajah kedua orang itu, Rigen langsung membelalakkan mata, tampak sangat terkejut. "Ka ... kalian? Gimana bisa jadi seperti ini?"Saat ini, dia benar-benar terkejut. Bagaimana mungkin? Kedua orang ini adalah tokoh besar di Atlandia yang biasanya dihormati ke mana pun mereka pergi. Bahkan, dia sendiri harus memberi hormat kepada mereka.Namun, hanya dalam satu malam, dua pejabat berkuasa yang begitu terhormat telah berubah menjadi tahanan dengan rambut berantakan dan pakaian lusuh."Huston! Ini sudah keterlaluan!" Setelah terkejut, Rigen langsung meledak marah, bahkan cara dia memanggil Huston pun berubah. "Kamu sadar nggak apa yang kamu lakukan? Mereka berdua adalah pilar utama Atlandia!""Mereka adalah tangan kanan Raja! Bahkan juga gurumu dan orang yang lebih tua darimu! Kamu malah memperlakukan mereka seperti ini. Apa kamu masih manusia?""Benar sekali! Mereka telah mengabdi dengan setia pada negara dan rakyat. Kesalahan apa yang mereka lakuk
"Pangeran Huston, jangan bicara sembarangan!" Rigen memasang ekspresi serius. "Aku selalu berjalan di jalan yang benar dan nggak pernah melakukan sesuatu yang melanggar moral. Aku pantas mendapatkan kepercayaan darimu, pantas mendapatkan kepercayaan rakyat. Aku nggak pernah mengecewakan siapa pun!""Kata-katamu terdengar sangat mulia. Kalau kamu memang bersih, kenapa nggak membiarkan Tim Penegak Hukum melakukan penyelidikan?" tanya Huston dengan suara dingin.Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Rigen sedikit berubah dan menunjukkan sedikit rasa gelisah. Siapa pejabat yang tidak punya noda di masa lalunya? Jika benar-benar diselidiki, pasti akan ditemukan beberapa kesalahan. Meskipun kesalahan itu tidak terlalu serius, tetap saja akan mencemari reputasi.Namun, di hadapan begitu banyak rekan sejawat, dia tidak bisa menunjukkan kelemahan. Kalau tidak, bagaimana dia bisa terus berdiri di dunia politik dan mengaku sebagai pejabat yang bersih?"Silakan periksa!" Rigen mengangkat dagunya
Huston yang duduk di kursi mengamati para penasihat yang berpura-pura berwibawa itu dengan tenang dan tidak memberikan tanggapan sedikit pun. Dia bahkan menikmati tehnya dengan santai, seolah-olah tidak peduli dengan tuduhan mereka.Namun, sikap Huston yang cuek ini membuat Rigen dan yang lainnya mengernyitkan alis dan perlahan-lahan berhenti memprotes secara refleks. Mereka sudah berbicara dengan penuh semangat, tetapi Huston malah sama sekali tidak menanggapinya. Bukankah semua ini hanya sia-sia saja?Begitu protesnya perlahan-lahan mereda, Huston akhirnya berkata, "Sudah selesai? Kalau belum, silakan lanjutkan sampai kalian puas.""Pangeran Huston, kami sedang membahas masalah serius denganmu, sikap santaimu ini benar-benar sangat mengecewakan," kata Rigen dengan muram."Masalah serius? Heh ...."Huston mendengus. "Kalian bahkan nggak tahu mana yang benar dan salah pun sudah berani lantang dan menuduhku semena-mena. Bagiku, kalian sama saja sedang melawak.""Kamu ... sombong sekali!
"Apa kamu pantas duduk dan berbicara denganku?" kata Huston dengan tegas dan menusuk hati sampai Rigen langsung terdiam.Dalam sekejap, Rigen duduk kaku di tempatnya dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia benar-benar tidak menyangka Huston yang masih begitu muda ternyata memiliki lidah yang begitu tajam.Rigen tahu harga dirinya akan terjaga jika dia mengaku datang untuk urusan pribadi, tetapi dia akan kehilangan hak berbicara. Semua kata-kata yang sudah disiapkannya sebelumnya untuk menyerang Huston pun akan sia-sia. Namun, jika mengaku untuk urusan resmi, dia harus sopan dan memberi hormat pada Huston. Tidak peduli memilih yang mana pun, dia tidak mendapatkan keuntungan."Aku tanya sekali lagi, kalian datang untuk membahas urusan resmi atau pribadi?" tanya Huston dengan dingin."Urusan ... resmi," jawab Rigen akhirnya dengan terpaksa setelah berada dalam posisi sulit."Jadi? Apa begini sikapmu sebagai seorang penasihat?" tanya Huston.Mendengar perkataan itu, Rigen terpaksa berdi
Setelah satu malam penuh gejolak, Pasukan Api Merah ada yang mati, ada yang dipenjara, hingga akhirnya seluruh pasukan benar-benar lenyap.Bukan hanya itu, kediaman Jenderal Loland juga mengalami pembersihan besar-besaran. Semua harta hasil korupsi disita, sementara para pelaku kejahatan dijebloskan ke dalam penjara.Siapa pun yang memiliki keterkaitan dengan kediaman jenderal langsung ditempatkan dalam tahanan rumah dan diperiksa satu per satu. Sementara itu, orang yang menyebabkan semua ini, yakni Loland, kini menjadi buronan nomor satu.Selama dia belum tertangkap, Atlandia tetap dalam keadaan siaga penuh. Semua jalur transportasi utama diblokir, sementara regu patroli terus melakukan pencarian untuk menangkapnya.Banyak pejabat senior yang tidak mengetahui kebenaran di balik peristiwa ini merasa tidak puas dengan tindakan Huston yang mengerahkan pasukan besar-besaran untuk melakukan perburuan. Beberapa yang lebih radikal bahkan berkumpul di depan istana untuk melakukan protes keras
Dua kalimat ringan dari Huston terdengar seperti petir yang menyambar jantung ketiga orang itu.Jika mereka menjawab pertanyaan, mungkin masih ada secercah harapan untuk hidup. Namun, jika mereka tetap diam, satu-satunya jalan yang tersisa adalah kematian.Setelah bertahan hingga mencapai kejayaan dan kemakmuran saat ini, siapa yang rela mati jika masih bisa hidup? Namun, demi harga diri dan kehormatan, mereka enggan menanggung hinaan sebagai pengkhianat. Itu sebabnya, mereka tampak ragu.Mana yang lebih penting? Kehormatan dan nama baik, atau nyawa mereka? Ini adalah pilihan yang sulit."Waktu kalian hanya tersisa belasan detik. Kalau masih nggak mau bicara, kalian nggak akan punya kesempatan lagi." Suara Huston terdengar datar tanpa sedikit pun emosi, tetapi bagai belati yang menembus hati, membuat ketiga pemimpin Pasukan Api Merah itu berkeringat deras.Melihat waktu yang hampir habis, jenderal yang berada di sisi kiri akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. "Pangeran! Aku akan bicar