Jennie yang ditunjuk Luther langsung tertegun sejenak dan secara refleks bertanya, "Aku? Kenapa?"Tadi semuanya sudah dibicarakan dengan baik, mengapa tiba-tiba berubah pikiran?"Aku sangat benci orang yang nggak tahu berterima kasih, apa alasan ini cukup?" kata Luther dengan dingin. Dia selalu tidak suka dengan tindakan Jennie. Sebelumnya tindakan Jennie tidak memengaruhinya, sehingga dia tidak mengabaikannya.Namun, sekarang berbeda. Masalah hari ini tidak akan terjadi tanpa ikut campur Jennie. Jika tidak cukup kuat, Luther mungkin sudah terbunuh dan harta mereka dirampas. Oleh karena itu, dia tidak bisa memaafkan tindakan Jennie."Kak Luther, dengar penjelasanku. Hal ini nggak ada hubungannya denganku, aku juga dipaksa," kata Jennie yang panik dan menunjukkan ekspresi yang kasihan."Nggak ada hubungannya denganmu? Dipaksa? Yang tahu kami punya harta hanya beberapa orang saja. Kalau bukan kamu, siapa lagi? Siapa yang bisa menghubungi Sekte Merpati dan Sekte Gauta?" tanya Luther."Buk
Tok tok tok.Saat Luther baru saja bangun keesokan paginya, dia mendengar ketukan di pintu. Begitu membuka pintunya, dia melihat Misandari sedang berdiri di luar dengan sarapan di tangannya. Ada susu kedelai, bakpao, cakwe, telur herbal, dan yang lainnya."Makan sedikit dulu, ada yang ingin aku bicarakan," kata Misandari sambil tersenyum, lalu meletakkan sarapan di meja dan duduk di kursi."Terima kasih," kata Luther tanpa sungkan. Setelah duduk di samping, dia mulai makan dengan lahap. Ini adalah makanan yang sederhana, tetapi rasanya sangat enak."Kalau ada masalah, katakan saja. Aku mendengarkan," kata Luther sambil memakan cakwe."Pagi ini aku menerima beberapa berita dan intinya ada tiga hal penting."Misandari berdiri dan membuat dua cangkir teh untuk dirinya dan Luther, lalu melanjutkan, "Hal pertama, belakangan ini sering ada fenomena aneh di Gunung Narima dan orang-orangku curiga itu karena sumber energi naga.""Oh?"Luther mengernyitkan alis dan berkata setelah merenungkannya
"Kapan kita berangkat?" tanya Luther."Aku akan mengatur dua orang untuk mengantarmu ke Gunung Narima dulu untuk menyelidiki situasinya. Aku harus kembali ke Midyar dulu untuk mengurus mutiara spiritual ini dan menyelesaikan beberapa urusan pribadi. Tapi, tenang saja, aku pasti akan tiba di Gunung Narima dan berkumpul bersamamu sebelum turnamen bela diri dimulai," kata Misandari."Baiklah, kita tetapkan begitu saja," kata Luther sambil menganggukkan kepala untuk menyetujuinya. Dia sudah lama ingin mengunjungi Gunung Narima, tetapi belum pernah ada kesempatan. Dengan adanya turnamen bela diri ini, dia bisa memanfaatkan kesempatan itu untuk berjalan-jalan di sana."Raine, Baize." Pada saat itu, Misandari memanggil seseorang ke arah pintu.Tak lama kemudian, dua pengawal wanita yang mengenakan pakaian tempur dan terlihat anggun masuk ke dalam ruangan.Setelah mengamati dengan saksama, Luther menyadari kedua wanita itu kembar. Mereka berusia sekitar dua puluh tahun, cantik, bertubuh tinggi
Kemuncul pemuda cantik itu membuat mata Raine dan Baize bersinar. Meskipun mereka sudah menjalani pelatihan profesional dan tidak mudah tergoda, mereka mengakui pria di depan mereka ini terlalu canting. Saking cantiknya sampai mereka yang sebagai wanita pun merasa minder. Jika pemuda itu terlahir sebagai wanita, pasti akan masuk ke peringat atas di Peringkat Bidadari."Siapa kamu?" tanya Luther dengan dingin setelah mengamati pemuda itu dari atas ke bawah. Gunung Narima berbeda dengan tempat lain karena di sana banyak tokoh hebat yang bersembunyi. Terutama orang-orang yang tidak jelas asal-usulnya, sehingga mereka harus waspada."Namaku Ozias, berasal dari Solari. Aku dengar kali ini Gunung Narima akan mengadakan turnamen bela diri, jadi aku sengaja datang untuk menyaksikannya," jawab pemuda cantik yang bernama Ozias itu sambil memberi hormat dan tersenyum dengan sangat memikat.Baik itu pria ataupun wanita, sebagian besar para pengunjung yang sedang makan di sekitar mereka pun menatap
Kemunculan lima orang membuat banyak pendekar tua di dunia persilatan yang mundur karena ketakutan. Orang-orang yang tersisa tidak lari ketakutan, tetapi ekspresi mereka tetap terkejut."Bukankah ini lima iblis dari Aula Yama? Kenapa mereka datang ke sini?""Apa? Lima iblis? Maksudmu, orang-orang yang suka memakan daging manusia itu?""Sialan! Hari ini benar-benar hari sial, kenapa malah bertemu dengan pembawa sial seperti mereka?"Orang-orang terus berbisik-bisik dengan ekspresi bingung.Lima iblis dari Aula Yama sangat terkenal dengan kekejamannya. Konon, lima orang ini bukan hanya kejam dan suka mematahkan tangan serta kaki orang tanpa alasan, mereka juga memiliki kegemaran yang sangat mengerikan. Kegemaran itu adalah memakan daging dan darah manusia. Hanya dengan mendengar hal itu saja sudah cukup untuk membuat orang-orang di dunia persilatan ketakutan.Yang terpentingnya adalah kelima iblis ini tidak hanya kejam, mereka juga sangat kuat dan masing-masing memiliki kemampuan yang lu
"Memang nama yang bagus," puji Luther dengan tenang. Dia tahu status Ozias tidak sederhana, tetapi tidak menyangka Ozias adalah kakak senior dari lima iblis."Luther, kamu terlalu memuji, semua nama itu hanya dibuat sembarangan," kata Ozias sambil tersenyum. Dengan wajahnya yang putih dan indah, keseluruhan penampilannya menjadi terlihat menawan."Hei! Kamu ini siapa? Apa hakmu duduk satu meja dengan Kak Ozias?" kata Ever yang tiba-tiba memukul meja dan nadanya mendesak. Dia paling benci pria yang lebih tampan darinya, terutama pria seperti Luther. Dia makin tidak senang saat melihat Luther sampai ingin menguliti wajah Luther."Kamu sedang berbicara denganku?" tanya Luther sambil menunjuk dirinya sendiri."Tentu saja. Apa masih ada orang lain di sini?" kata Ever sambil mengangkat dagunya dengan tatapan yang meremehkan."Namamu Ever, 'kan? Tadi kamu makan kotoran ya? Mulutmu sampai begitu bau. Tolong kamu kumur-kumur dulu, jangan membuat orang di sini merasa jijik," kata Luther sambil m
"Kamu berhasil menahannya?" Brian dan lainnya mengernyit. Ekspresi mereka menjadi sangat serius.Mereka awalnya meremehkan Luther, merasa Luther tidak pantas berteman dengan Ozias. Namun, dilihat dari situasi sekarang, sepertinya Luther bukan orang biasa.Orang lain mungkin tidak tahu, tetapi mereka tahu betul kehebatan Ever. Pesilat tingkat sejati biasa tidak akan bisa mendekatinya. Sementara itu, tindakan Luther barusan sungguh di luar nalar. Bisa dilihat, kemampuan Luther jauh di atas kemampuan Ever."Minggir!" Karena tidak bisa melepaskan diri, Ever pun murka. Dia mengeluarkan sebuah kapak dari punggungnya lagi, lalu menebaskannya ke kepala Luther. Tebasan kali ini sangat cepat dan kuat. Kekuatannya sudah cukup untuk membelah tubuh manusia menjadi 2 bagian."Dasar nggak tahu diri!" Ekspresi Luther tampak dingin. Dia menjentikkan jarinya, lalu gelas anggur sontak memelesat dan mengenai wajah Ever secara akurat."Ah!" Ever berteriak kesakitan. Dia terhempas sejauh 3 atau 4 meter, men
"Hei! Kamu sudah bisu ya? Kamu mau ditampar lagi?" bentak Ozias yang berpura-pura ingin menampar Ever lagi.Namun, Brian segera menahan dan memohon, "Kak, tolong bicara baik-baik. Jangan pukul Ever lagi. Dia sudah terluka parah. Wajahnya berlumuran darah.""Kenapa memangnya? Dia sendiri yang mencari masalah kok." Ozias mendorong Brian sambil menghardik, "Kalau kamu nggak minta maaf, akan kupatahkan kakimu hari ini.""Sudah, sudah cukup. Kita masih harus makan," ujar Luther untuk menghentikan kekacauan ini. Dia tahu semua ini hanya sandiwara, tetapi Ozias termasuk menjaga harga dirinya. Itu sebabnya, Luther tidak ingin bersikap perhitungan."Kamu memang murah hati. Aku benar-benar salut padamu." Ozias menangkupkan tangannya, lalu menatap Brian dan lainnya sambil berujar dengan tidak acuh, "Pergi sana. Jangan mengganggu kami makan.""Kak, kami diutus kemari untuk ...." Brian tampak ragu-ragu.Ozias menyela dengan ekspresi dingin, "Aku tahu apa yang harus kulakukan. Kamu nggak perlu mengi
Setelah membuat keputusan, Gema tidak ragu-ragu lagi. Dia segera meminta sopirnya untuk berbalik arah dan langsung menuju lokasi pertemuan.Tempat pertemuan berada di sebuah restoran yang tidak jauh dari istana. Perjalanan kembali hanya memakan waktu sekitar 10 menit.Saat Gema dan Loki melangkah masuk ke restoran, mereka langsung menyadari bahwa tempat itu kosong. Selain beberapa pegawai penyambut tamu, tidak ada satu pun pelanggan.Jelas sekali, restoran ini telah dikosongkan."Silakan, Jenderal Loland sudah menunggu di lantai atas."Begitu memasuki ruangan, pemilik restoran sendiri yang menyambut mereka dan mengantar Gema serta Loki ke ruang privat di lantai dua.Saat ini, di dalam ruangan, Loland, Weker, serta Trisno sedang menikmati teh dengan santai.Mereka bertiga mengobrol dengan akrab dan penuh semangat. Namun, begitu Gema dan Loki memasuki ruangan, mereka segera menghentikan pembicaraan dan mengalihkan perhatian mereka kepada Gema.Ketiganya sangat penasaran, siapa sebenarnya
"Apa? Siapa itu?" tanya Trisno segera."Jangan-jangan wakil jenderal yang masuk saat siang tadi?"Loland mengerutkan alisnya. "Aku sudah menyelidiki orang itu. Nggak punya latar belakang, nggak punya dukungan, cuma orang biasa. Jadi, nggak ada yang perlu dikhawatirkan.""Bukan dia, tapi ada hubungannya dengannya." Weker tiba-tiba merendahkan suara. "Masih ingat apa yang dikatakan Pangeran Huston siang tadi? Saat memanggil wakil jenderal itu, Pangeran Huston secara khusus menyebut Keluarga Paliama.""Keluarga Paliama?" Trisno menunjukkan ekspresi terkejut. "Maksudmu Keluarga Paliama dari Midyar sudah bertemu dengan Raja?""Itu belum. Tapi menurut informasiku, seseorang bernama Gema mengobrol dengan Pangeran Huston selama 4 jam hari ini. Mereka berbincang dan tertawa seperti sahabat. Bahkan, Pangeran Huston secara khusus mengundangnya untuk makan malam di istana."Wajah Weker sedikit muram. "Semuanya, coba pikirkan baik-baik. Pada saat genting seperti ini, Keluarga Paliama mengirim seseo
Setelah berbicara sejenak di aula pertemuan, Huston mengundang Gema untuk mulai berkeliling di Kediaman Raja Atlandia. Kediaman itu sangat luas dan memiliki berbagai fasilitas, orang yang tidak mengenal tempat itu akan sangat mudah tersesat.Gema yang merasa dirinya sudah melihat banyak hal pun tetap merasa sangat terkejut saat diajak untuk melihat keadaan Kediaman Raja Atlandia yang sebenarnya. Berbeda dengan kemewahan dari rumah orang kaya baru, kediaman ini bisa dibilang mewah dan berwibawa. Setiap sudut yang terlihat memancarkan aura yang sangat kuat.Yang membuat Gema paling terkesan adalah ada aula pahlawan dengan sembilan lantai di dalam kediaman itu dan terlihat seperti sebuah pagoda kuno dari luar. Isi di dalamnya adalah makam simbolis untuk puluhan ribu para pahlawan yang gugur di medan perang dan memenuhi seluruh ruangan.Para pahlawan itu memiliki batu peringatan dengan catatan jelas kehidupan mereka agar generasi berikutnya bisa mengenangnya. Keluarga Paliama juga memiliki
"Pangeran Huston, hati-hati dengan ucapanmu," kata Gema yang segera memperingatkan sambil melihat ke sekeliling karena khawatir ada yang menguping percakapan mereka.Membahas hidup dan mati anggota keluarga kerajaan secara pribadi adalah pelanggaran besar. Jika hal ini disebarkan oleh orang yang berniat buruk, nama baik hancur masih termasuk hal kecil. Namun, jika nanti diminta pertanggungjawaban, ini akan menjadi masalah besar."Paman Gema, tenang saja. Ini adalah Atlandia, bukan Midyar. Kamu bisa membahas apa pun dengan tenang, nggak perlu khawatir," kata Huston sambil tersenyum, sama sekali tidak peduli apa pun. Dia berpikir hal ini sudah diketahui semua orang, apa salah membicarakannya? Apakah orangnya tidak akan mati jika tidak membicarakannya? Benar-benar konyol."Uhuk uhuk .... Sepertinya aku sudah terlalu banyak berpikir," kata Gema sambil tersenyum dengan canggung. Meskipun tahu apa yang dikatakan Huston benar, dia tetap harus berhati-hati dan tidak berani membicarakan anggota
Huston masuk ke ruang rapat dengan senyuman cerah, sambil menggandeng tangan Gema dengan sikap yang sangat ramah. Sebaliknya, Gema terlihat kebingungan, sama sekali tidak menduga situasi ini.Sebelum masuk, Gema sudah membayangkan berbagai kemungkinan dalam pertemuan mereka. Misalnya, Huston bersikap dingin atau arogan. Semua itu bisa dia terima, bahkan dia sudah siap secara mental.Bagaimanapun menurut rumor, Huston adalah pangeran yang suka membuat onar dan berani melakukan apa saja.Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Bukan hanya tidak ada kesulitan, Huston malah bersikap sangat ramah, membuat Gema bingung bukan main.Seperti kata pepatah, ketika sesuatu terlihat tidak biasa, pasti ada sesuatu yang buruk. Gema tidak tahu apa maksud tersembunyi di balik keramahan ini."Pelayan! Siapkan teh!" Setelah mempersilakan Gema duduk, Huston langsung memerintahkan pelayan untuk menyajikan teh.Teh yang disajikan adalah teh mahal khas Atlandia, yang tidak dijual untuk umum dan hanya diperunt
Setelah mengikuti Huston masuk, Loki merasa sangat cemas. Sebelumnya dia pernah masuk ke istana, tetapi kebanyakan karena urusan resmi dan orang yang memandunya biasanya adalah penjaga atau pelayan.Namun, kali ini berbeda. Kunjungan ini untuk urusan pribadi dan yang memandunya adalah Huston. Hal ini membuatnya merasa sangat terhormat. Dia sangat penasaran, sejak kapan dirinya memiliki pengaruh sebesar ini?Huston bahkan mengabaikan jenderal besar dan hanya bersikap ramah padanya. Apa mungkin kepalanya yang botak terlalu mencolok sehingga menarik perhatian?Dengan segudang pertanyaan di benaknya, Loki mengikuti Huston hingga akhirnya mereka tiba di ruang rapat."Duduk." Setelah Huston duduk di kursi utama, dia memberi isyarat kepada Loki untuk duduk."Nggak perlu, aku berdiri saja," ujar Loki dengan senyuman sungkan."Kalau aku bilang duduk, ya duduk. Kenapa tegang sekali? Aku nggak akan memakanmu," kata Huston dengan nada tidak sabar."Baik, baik." Loki buru-buru mengiakan dan duduk.
Saat pintu gerbang terbuka, semua perhatian langsung tertuju ke sana. Di tengah tatapan semua orang, Huston berjalan keluar dengan tubuh tegap, diikuti dua pengawal di belakangnya."Pangeran Huston?" Melihatnya, semua orang langsung menyambut dengan senyuman ramah. Baik itu Weker, Trisno, maupun Loland, semuanya menunjukkan sikap menyanjung.Huston terkenal kuat dan kejam. Meskipun beberapa tahun terakhir ini, dia sudah lebih terkendali, pengaruh masa lalunya masih membuat orang takut.Jadi, jangan sampai mereka membuat Huston marah. Huston seperti bom waktu berjalan. Banyak dari mereka pernah terkena imbasnya dulu."Pangeran, akhirnya kamu keluar juga. Aku ada urusan penting untuk dilaporkan, tolong ....""Minggir!"Saat Trisno maju untuk berbicara, Huston langsung mendorongnya dengan kasar, hingga tubuhnya yang kurus hampir terjatuh."Trisno, segala sesuatu harus ada urutannya. Pangeran sangat menghargai keadilan, mana mungkin dia membiarkan kebiasaan burukmu itu," ejek Loland yang t
"Makan apanya! Aku lagi nggak mood! Kalau mau makan, makan saja sendiri!" bentak Loland dengan murka."Aku juga nggak mau pergi. Aku sedang menjaga kesehatan dan cuma minum teh. Aku nggak minum alkohol," tolak Trisno langsung."Kalau kalian mau menunggu, silakan saja. Aku nggak akan menemani kalian," ucap Weker dengan senyuman tipis. Kemudian, dia hendak berjalan pergi.Begitu berbalik, Weker hampir bertabrakan dengan Loki yang datang dari arah berlawanan. "Tuan Weker, maaf, maaf! Aku nggak sengaja."Di tengah kerumunan tokoh-tokoh penting, Loki merasa sangat tertekan. Tadi dia melamun sejenak sehingga menabrak Weker. Dia ketakutan hingga tidak tahu harus mengatakan apa.Loki tidak seperti para jenderal lainnya yang memiliki dukungan kuat. Dia mencapai posisinya saat ini berkat kerja keras dan usaha sendiri. Jika dia tidak sengaja menyinggung tokoh penting, dia bisa saja kehilangan semua pencapaiannya.Weker awalnya mengerutkan kening, tetapi segera berekspresi normal dan tersenyum. "N
Setelah selesai berbincang, keduanya pun berpisah. Gema mencari hotel di sekitar untuk menginap dan menunggu kabar baik.Sementara itu, Loki langsung mengganti pakaian dan pergi ke istana Kerajaan Atlandia untuk menyerahkan surat permohonan audiensi. Namun, saat dia tiba, dia terkejut melihat pemandangan di depan matanya.Saat ini, banyak orang yang sudah berkumpul di depan gerbang besar istana Kerajaan Atlandia. Ada beberapa tokoh besar yang dikenal Loki juga, seperti Panglima Weker, Jenderal Besar Loland, dan Sarjana Trisno. Mereka semua adalah pejabat kelas satu dan sangat berkuasa di Atlandia.Terutama dengan Loland ini yang merupakan atasan dari atasan Loki. Dia akan berjalan dengan langkah yang tegap setiap kali bertemu dengan Loland, khawatir akan meninggalkan kesan yang buruk.Selain ketiga tokoh besar yang memiliki kedudukan tinggi ini, ada beberapa pejabat kelas dua dan yang setingkat juga yang berdiri sejajar di depan gerbang. Bisa dibilang, mereka semua jauh lebih berkuasa