Jayden sungguh panik sekarang. Dia tidak menyangka bahwa Walter masih hidup, bahkan berdiri di hadapannya sekarang. Ini sungguh pukulan besar.Faktanya, bukan hanya Walter, tetapi Firus dan semuanya juga tercengang. Wajah mereka sampai memucat. Mereka berani memberontak dan mengikuti Jayden jelas karena Walter sudah meninggal. Jika tidak, mereka tidak akan melakukan hal berbahaya seperti ini."Hari ini ramai sekali ya!" ucap Walter sambil berjalan ke depan. Kerumunan segera menyingkir untuk memberinya jalan."Raja, bukannya kamu ...." Haruna tampak ragu-ragu dan tidak percaya. Dia jelas-jelas melihat Walter ditikam dan tidak bernapas lagi. Selain itu, dia yang mengatur pemakaman Walter. Dia tidak mengerti bagaimana orang yang sudah meninggal bisa hidup kembali?"Jangan takut. Aku bukan hantu." Walter tersenyum tipis dan meneruskan, "Serangan pembunuh itu memang hampir mencabut nyawaku, tapi untung aku selamat. Aku menggunakan energi sejati untuk melindungi jantungku.""Raja! Kenapa kam
"Jayden, kita ini keluarga. Asalkan kamu menyerah, aku akan mengampuni nyawamu," ujar Walter dengan nada datar."Kenapa kamu belum mati? Kamu jelas-jelas sudah sekarat. Kenapa masih mau menduduki takhta?" tanya Jayden sambil menggertakkan gigi. Matanya memerah, ekspresinya tampak mengerikan."Aku tahu kepribadianmu. Kamu cerdas dan jago bertarung. Kamu memang berbakat, tapi kamu nggak punya toleransi terhadap orang lain. Orang kejam sepertimu nggak cocok menjadi raja," kata Walter dengan terus terang."Omong kosong!" Jayden berteriak, "Kamu sudah menjadi raja selama puluhan tahun. Kamu sudah sekarat, jadi takhta ini seharusnya untukku! Di seluruh Atlandia, nggak ada yang lebih pantas lagi daripada aku!""Aku sudah memilih pewaris, tapi bukan kamu orangnya." Walter menggeleng."Pewaris? Hahaha." Jayden tertawa terbahak-bahak dan mengejek, "Huston terlalu muda untuk menjadi raja. Baik itu bakat ataupun prestisenya, dia nggak bisa dibandingkan denganku. Atas dasar apa dia berebutan takhta
"Bersaing secara adil?" Begitu ucapan ini dilontarkan, semua orang bertatapan dengan bingung. Tidak ada yang menduga Walter akan menyarankan hal seperti itu.Situasi jelas-jelas sudah berbalik. Walter hanya perlu memerintahkan Pasukan Naga Hitam untuk menangkap Jayden, tetapi dia malah memberi Jayden kesempatan lagi. Keputusan ini benar-benar tidak bisa dimengerti."Raja ...." Haruna hendak berbicara, tetapi Walter menyela, "Tenang saja, aku tahu apa yang sedang kulakukan.""Walter, kamu yakin ingin membiarkan putramu bersaing denganku?" tanya Jayden yang merasa agak terkejut. Dia sudah bersiap untuk melawan mati-matian, tetapi Walter malah menyetujui usulnya. Sebenarnya apa yang direncanakan oleh Walter?"Ya, kamu ingin keadilan, 'kan? Aku bisa memberikannya kepadamu. Kamu pasti akan puas dengan hasilnya nanti," timpal Walter dengan nada datar."Oke. Kamu sendiri yang mengatakannya." Jayden merasa senang. Dia meneruskan, "Atlandia sangat mementingkan keterampilan bela diri. Untuk menj
"Huh! Ternyata kamu masih punya kesadaran diri." Jayden terkekeh-kekeh, lalu berkata, "Walter, putramu sudah mengaku kalah. Jadi, di mana putra pertamamu?""Gerald, kamu sudah lama bersembunyi. Sudah saatnya untuk menunjukkan diri, 'kan?" tanya Walter tiba-tiba.Walter memang belum bertemu dengan Gerald, tetapi dia tahu Gerald ada di sini. Walter bisa menyingkirkan para pengkhianat itu juga berkat laporan Gerald. Dengan karakter Gerald, dia tidak mungkin berpangku tangan jika terjadi kekacauan sebesar ini di istana."Dasar pria tua licik. Kamu bukan cuma menipu Jayden, tapi menipu kami semua. Sekarang kamu malah menyuruhku menjadi tamengmu? Nggak pantas sekali," ujar Luther yang akhirnya melepaskan topengnya.Karena Walter belum mati, berarti situasi di istana masih bisa distabilkan. Luther tidak mungkin terus bersembunyi lagi. Bagaimanapun, hari ini adalah waktu terbaik untuk membangun prestisenya.Asalkan Luther mengalahkan Jayden di hadapan Pasukan Naga Hitam, mudah saja baginya unt
"Dasar anak kurang ajar! Kamu sudah pulang, tapi nggak mau menampakkan diri. Kalau aku nggak menggunakan cara ini, mana mungkin kamu mau keluar?" tegur Walter dengan kesal."Sudahlah, jangan berbasa-basi lagi. Aku akan membuat perhitungan denganmu nanti. Sekarang aku akan mengatasi pengkhianat ini dulu," ujar Luther sambil melirik Jayden.Walter merasa sangat sakit hati. Begitu anggota Paviliun Lingga yang tersisa menyerangnya, Jayden langsung ingin merebut takhta. Itu sebabnya, Walter menyimpulkan bahwa Jayden punya hubungan dengan Paviliun Lingga. Baik itu pemberontakan ataupun persekongkolan yang dilakukannya, semua adalah dosa besar."Gerald!" Setelah termangu sejenak, raut wajah Jayden sontak menjadi suram. Dia baru menyadari bahwa dirinya telah dijebak.Walter jelas-jelas mengetahui keberadaan Gerald sehingga menyetujui usulnya dengan senang hati. Dengan kata lain, dia mengakui kemampuan Gerald.Jayden harus mengakui, meskipun tidak bertemu Gerald selama 10 tahun, Gerald masih di
"Lancang!"Jayden memelotot. "Sebagai sesama pesilat ulung tingkat grandmaster, aku nggak percaya pengalaman puluhan tahunku akan kalah dengan bocah kecil sepertimu!""Kalau Paman Jayden masih keras kepala, jangan salahkan aku kurang ajar pada senior. Silakan!" kata Luther sambil mengulurkan tangan membuat gerakan mengundang."Terima seranganku!" Jayden juga tidak basa-basi lagi. Setelah mengentakkan kakinya, dia langsung maju dan melancarkan serangan yang hebat. Teknik pedangnya sangat cepat dan kuat, setiap gerakannya langsung mengarah pada titik-titik vital. Gerakannya tidak mencolok, tetapi sangat mudah dan tidak memiliki celah.Jayden memang memiliki bakat yang luar biasa, ditambah lagi berpengalaman di medan perang selama bertahun-tahun dan pernah melihat berbagai teknik pedang yang luar biasa. Saat ini, dia sudah menguasai berbagai jenis teknik, sehingga dia sudah melepaskan semua kelemahannya dan menciptakan teknik pedangnya sendiri yang unik.Teknik pedang Jayden ini berfokus
"Benar kata Ratu Haruna. Meskipun Pangeran Gerald hebat, tetap saja dia masih terlalu muda. Menghadapi Jayden yang licik, peluangnya untuk menang nggak besar," kata Arafu setelah merenungkannya. Gerald memang seorang genius, tetapi Jayden juga bukan orang biasa. Perbedaan kultivasi selama dua puluh tahun itu sangat besar, sehingga siapa yang akan menang masih belum bisa dipastikan."Pemikiranku malah berbeda," kata Sandya lagi."Menurut Tuan Sandya, peluang Pangeran Sandya untuk menang lebih besar?" tanya Rajib.Sandya menganggukkan kepala. "Benar. Raja Walter sangat bijaksana dan cerdas. Kalau dia bisa menyetujui pertarungan ini, berarti dia yakin dia akan menang. Kita harus percaya dengan penilaian Raja Walter.""Meskipun begitu, ada terlalu banyak perubahan dalam duel ilmu bela diri. Terutama dalam duel antara ahli pada tingkat yang sama. Sedikit kesalahan saja bisa mengubah situasi pertarungannya. Tidak ada yang bisa memprediksi hasilnya sampai detik terakhir, bahkan Raja Walter pu
Sandya menggelengkan kepala dan berkata, "Tentu saja nggak. Sebenarnya, ada peraturan tak tertulis di Peringkat Nirwana, raja dan para pejabat nggak boleh masuk ke dalam peringkat.""Jadi, Jayden ini sebenarnya nggak boleh atau nggak mampu masuk ke dalam peringkat?" tanya Arafu."Nggak boleh dan juga nggak mampu masuk ke peringkat itu," kata Sandya."Kalau begitu, aku bisa lebih tenang," kata Arafu sambil menghela napas lega."Kalau Peringkat Nirwana nggak salah, berarti kekuatan Pangeran Gerald pasti lebih kuat dari Jayden. Asalkan dia nggak meremehkan lawannya, dia pasti bisa menang," analisis Rajib."Meskipun begitu, tetap harus berhati-hati," gumam Haruna.Perasaan Haruna sangat rumit saat mendengar keunggulan Gerald. Dia berharap Gerald bisa menang untuk mengembalikan kehormatan istana, tetapi dia juga khawatir Gerald akan berniat buruk pada putranya setelah menjadi raja. Perlu diketahui, putranya itu sangat percaya dan bahkan sangat bergantung pada Gerald. Jika Gerald berkhianat,