"Lancang!"Jayden memelotot. "Sebagai sesama pesilat ulung tingkat grandmaster, aku nggak percaya pengalaman puluhan tahunku akan kalah dengan bocah kecil sepertimu!""Kalau Paman Jayden masih keras kepala, jangan salahkan aku kurang ajar pada senior. Silakan!" kata Luther sambil mengulurkan tangan membuat gerakan mengundang."Terima seranganku!" Jayden juga tidak basa-basi lagi. Setelah mengentakkan kakinya, dia langsung maju dan melancarkan serangan yang hebat. Teknik pedangnya sangat cepat dan kuat, setiap gerakannya langsung mengarah pada titik-titik vital. Gerakannya tidak mencolok, tetapi sangat mudah dan tidak memiliki celah.Jayden memang memiliki bakat yang luar biasa, ditambah lagi berpengalaman di medan perang selama bertahun-tahun dan pernah melihat berbagai teknik pedang yang luar biasa. Saat ini, dia sudah menguasai berbagai jenis teknik, sehingga dia sudah melepaskan semua kelemahannya dan menciptakan teknik pedangnya sendiri yang unik.Teknik pedang Jayden ini berfokus
"Benar kata Ratu Haruna. Meskipun Pangeran Gerald hebat, tetap saja dia masih terlalu muda. Menghadapi Jayden yang licik, peluangnya untuk menang nggak besar," kata Arafu setelah merenungkannya. Gerald memang seorang genius, tetapi Jayden juga bukan orang biasa. Perbedaan kultivasi selama dua puluh tahun itu sangat besar, sehingga siapa yang akan menang masih belum bisa dipastikan."Pemikiranku malah berbeda," kata Sandya lagi."Menurut Tuan Sandya, peluang Pangeran Sandya untuk menang lebih besar?" tanya Rajib.Sandya menganggukkan kepala. "Benar. Raja Walter sangat bijaksana dan cerdas. Kalau dia bisa menyetujui pertarungan ini, berarti dia yakin dia akan menang. Kita harus percaya dengan penilaian Raja Walter.""Meskipun begitu, ada terlalu banyak perubahan dalam duel ilmu bela diri. Terutama dalam duel antara ahli pada tingkat yang sama. Sedikit kesalahan saja bisa mengubah situasi pertarungannya. Tidak ada yang bisa memprediksi hasilnya sampai detik terakhir, bahkan Raja Walter pu
Sandya menggelengkan kepala dan berkata, "Tentu saja nggak. Sebenarnya, ada peraturan tak tertulis di Peringkat Nirwana, raja dan para pejabat nggak boleh masuk ke dalam peringkat.""Jadi, Jayden ini sebenarnya nggak boleh atau nggak mampu masuk ke dalam peringkat?" tanya Arafu."Nggak boleh dan juga nggak mampu masuk ke peringkat itu," kata Sandya."Kalau begitu, aku bisa lebih tenang," kata Arafu sambil menghela napas lega."Kalau Peringkat Nirwana nggak salah, berarti kekuatan Pangeran Gerald pasti lebih kuat dari Jayden. Asalkan dia nggak meremehkan lawannya, dia pasti bisa menang," analisis Rajib."Meskipun begitu, tetap harus berhati-hati," gumam Haruna.Perasaan Haruna sangat rumit saat mendengar keunggulan Gerald. Dia berharap Gerald bisa menang untuk mengembalikan kehormatan istana, tetapi dia juga khawatir Gerald akan berniat buruk pada putranya setelah menjadi raja. Perlu diketahui, putranya itu sangat percaya dan bahkan sangat bergantung pada Gerald. Jika Gerald berkhianat,
"Jenderal Abram, apa pendapatmu?" tanya Chokri dengan ragu-ragu.Meskipun Chokri adalah orang Jayden, dia sangat menghormati Walter. Jika Walter mati, dia akan memberontak bersama Jayden dengan tanpa ragu-ragu. Namun, sekarang Walter masih hidup dan situasinya berbeda, sehingga dia harus mempertimbangkan akibatnya. Seperti yang dikatakan Firus, dia harus memikirkan keluarga dan teman-temannya meskipun dia tidak memikirkan dirinya sendiri."Jenderal Chokri, pertarungan belum berakhir, kita nggak bisa sembarangan membuat keputusan. Dari pertarungan antara Jenderal Jayden dan Gerald ini, aku lebih yakin pada Jenderal Jayden. Kalau Jenderal Jayden menang, kita masih punya harapan untuk membalikkan situasinya," kata Abram."Benar! Jenderal Jayden sangat kuat, pasti bisa menang. Mana mungkin Gerald itu bisa menandingi Jenderal Jayden," kata Chokri sambil terus menganggukkan kepala."Tuan Firus, jangan menggoyahkan semangat pasukan. Kita semua di pihak yang sama, berbagi kejayaan dan kerugian
"Paman Jayden, kesabaranku ada batasnya. Kamu setuju atau nggak?" Ekspresi Luther perlahan-lahan menjadi dingin."Aku akan menerima persyaratanmu, tapi kamu harus mengalahkanku secara jujur. Kalau nggak, lupakan saja!" teriak Jayden. Di Atlandia, kekuatan adalah segalanya. Sebagai seorang jenderal besar yang melalui berbagai pertempuran darah, dia tentu saja memahami betapa pentingnya kekuatan. Sebagai seorang pesilat ulung, hanya yang kuat yang bisa berbicara dengan lantang. Sementara itu, yang lemah tidak berhak untuk berbicara.Luther berkata dengan tegas, "Baiklah. Kalau Paman Jayden bersikeras ingin bertarung, aku akan mengabulkan keinginanmu. Aku hanya akan mengeluarkan tiga teknik. Kalau Paman Jayden bisa menahan tiga teknikku, aku akan segera menyerah.""Bocah sombong! Aku akan mengalahkanmu!" Merasa diremehkan, Jayden merasa sangat marah dan serangannya langsung menjadi lebih ganas. Cahaya pedang yang memenuhi langit pun langsung menghantam Luther, sehingga Luther langsung mel
Saat ini, Jayden masih bersusah payah untuk bertahan di dalam lubang yang terbentuk karena ledakan. Perisai pelindung di tubuhnya terlihat samar-samar dan retakan-retakan mulai menyebar dengan cepat, sedangkan pedang raksasa hitam di atas kepalanya bergetar dan terus menekan ke bawah. Dia merasa tubuhnya tertindih oleh kekuatan yang sangat besar hingga kedua tangannya gemetar dan kedua kakinya bertekuk.Namun, Jayden tetap harus bertahan karena dia pasti akan langsung tewas jika pedang raksasa di atas kepalanya berhasil menebas ke bawah. Pada saat ini, dia baru menyadari betapa kuatnya Luther. Ternyata sejak awal lawannya tidak mengeluarkan seluruh tenaga, sekarang lawannya baru mulai bertarung dengan serius dan membuatnya kesulitan menahan."Argh!" Merasa terancam akan mati, Jayden menjerit dengan marah. Energi astral di tubuhnya menyembur keluar dan terus memperkuat perisai pelindungnya. Namun, tidak peduli bagaimanapun dia memperbaikinya, retakan di perisai pelindung itu malah makin
Luther perlahan-lahan mengangkat Pedang Cakrawala dan menunjuk Jayden di depannya dengan ujung pedangnya."Teknik kedua, Pemusnah Pasukan!" Begitu mengatakan itu, Luther tiba-tiba menghilang dari tempatnya. Tubuh dan pedangnya langsung berubah menjadi cahaya hitam dan tiba-tiba memelesat ke arah Jayden.Serangan Luther ini tidak memiliki kekuatan dahsyat yang menggetarkan langit serta bumi dan hawa dingin yang mengerikan juga, hanya kecepatan yang luar biasa saja. Dalam sekejap, cahaya hitam itu sudah melintasi puluhan meter dan langsung muncul di depan dada Jayden."Eh?" Jayden langsung menyipitkan mata. Dia sama sekali tidak sempat bereaksi, hanya bisa mengandalkan kemampuannya untuk mengaktifkan energi astral pelindung tubuhnya.Bang!Terdengar suara ledakan saat cahaya hitam itu menghantam perisai pelindung Jayden dengan keras dan langsung menyebarkan energi mengerikan yang terkandung di dalam cahaya itu. Perisai pelindung yang awalnya sangat kokoh pun langsung meledak, sama sekali
Terdengar suara dengung, lalu Pedang Cakrawala yang mengerikan itu akhirnya berhenti di atas kepala Jayden dengan jarak tidak sampai sepuluh sentimeter. Dia bisa merasakan cahaya dingin yang terpancar dari pedang itu, sehingga seluruh tubuhnya merinding dan punggungnya dipenuhi dengan keringat dingin."Kembali!" kata Luther sambil mengarahkan jarinya untuk kembali. Pedang Cakrawala yang memelesat itu pun berubah menjadi sebuah cahaya hitam dan kembali ke tangannya."Paman Jayden, kamu sudah kalah," kata Luther dengan tenang."Nggak disangkan aku akan kalah di tanganmu," kata Jayden sambil menundukkan kepala dan menatap kedua tangannya dengan ekspresi muram, sulit untuk menerima hasil ini.Sejak kecil, Jayden selalu berlatih bela diri dengan gigih dan tidak pernah lengah selama sepuluh tahun ini. Ditambah lagi, dia sangat berbakat, sehingga di usia empat puluhan tahun sudah mencapai tingkat grandmaster. Dia adalah salah satu ahli terbaik di seluruh Atlandia.Jayden berpikir dengan fonda