Luther tidak mengganggu pertemuan saudara antara Christo dan Karin, melainkan perlahan-lahan menutup pintunya untuk memberikan keduanya cukup waktu dan ruang. Bagi orang biasa, mungkin akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menghapus kenangan mengerikan setelah mengalami hal seperti ini."Gerald, apa pendapatmu tentang kejadian hari ini?" tanya Misandari tiba-tiba sambil menatap setengah wajah pria di sampingnya."Bajingan seperti ini, akan kubunuh kalau kulihat lagi," jawab Luther dengan nada dingin."Atlandia lebih besar daripada Midyar. Kejadian seperti ini pasti bukan kasus khusus, mungkin masih ada banyak rakyat yang ditindas dan menderita juga di tempat yang nggak terlihat. Kamu mungkin bisa menyelamatkan beberapa bahkan ratusan orang dengan kemampuanmu sekarang, tapi kamu nggak mungkin menyelamatkan semuanya," kata Misandari dengan ambigu."Apa maksudmu?" kata Luther sambil mengernyitkan alis."Aku tahu kamu nggak suka dengan urusan pemerintahan, lebih suka dengan persete
Tengah malam, sebuah mobil tiba-tiba berhenti di depan gerbang rumah Keluarga Kosasih. Begitu pintu mobil terbuka, sebuah karung goni besar penuh dengan darah dilempar keluar, seperti ada seseorang di dalamnya."Hei! Apa yang kalian lakukan?" Beberapa penjaga gerbang Keluarga Kosasih segera menyadari ada yang aneh dan segera berteriak untuk menghentikan mobil itu. Namun, mobil itu langsung tancap gas dan pergi. Para penjaga itu mendekati karung goni itu dengan hati-hati dan menendangnya. Karung itu pun bergetar dan muncul wajah yang penuh dengan darah dari dalamnya, ternyata itu adalah Preston yang alat kelaminnya sudah dipotong dan dipukul hingga hampir mati."Selamatkan aku ... cepat selamatkan aku ...." Preston merintih dengan lemah, seolah-olah bisa mati kapan pun saja.Setelah menyelidiki dengan cermat, ekspresi para penjaga itu langsung berubah drastis. "Ini Tuan Preston! Cepat antar Tuan Preston ke rumah sakit!"Para penjaga itu tidak berani menunda dan segera mengantar Preston
Preston berkata dengan wajah pucat dan suara yang lemah, "Nggak tahu ... aku belum pernah melihat orang ini. Tapi, dia berhubungan dengan Keluarga Anduk. Dia mencari masalah denganku untuk menyelamatkan seorang gadis bernama Karin.""Keluarga Anduk? Karin?"Ekspresi Mino berubah dan langsung berbalik untuk memerintahkan, "Aku beri kalian waktu satu jam. Segera tangkap Karin dan keluarganya dan paksa dia untuk memberi tahu siapa pelakunya.""Baik!" Setelah merespons, semua anggota Keluarga Kosasih langsung menyebar.Keluarga Kosasih memiliki pengaruh yang sangat besar di kota kerajaan Atlandia. Bukan hanya keluarga mereka makmur, Mino sebagai kepala keluarga juga merupakan seorang jenderal yang memimpin puluhan ribu pasukan. Bagi orang biasa, mereka memiliki kekuasaan penuh atas hidup dan mati. Kali ini Preston dipukul menjadi seperti ini, Mino tentu saja tidak akan membiarkan masalah ini berlalu begitu saja. Bukan hanya pelakunya harus dibunuh, semua yang berhubungan dengan pelakunya j
"Tuan, ini tentang Tuan Muda Fauzi," jawab kepala pelayan dari balik pintu.Sutan langsung mengernyitkan alis. "Fauzi? Apa anak ini membuat masalah lagi?"Dari ketiga anak Sutan, Fauzi yang paling sulit untuk diatur."Bukan membuat masalah, tapi Tuan Fauzi dipukul orang," jelas kepala pelayan dengan segera."Apa? Dipukul?"Begitu mendengar perkataan itu, Sutan langsung melompat dari tempat tidurnya dan segera membuka pintu kamar, lalu bertanya, "Apa yang terjadi? Siapa yang begitu berani memukul putraku?"Sutan bisa memahami jika putranya membuat masalah, tetapi dia tidak bisa membiarkan putranya dipukul."Masih belum jelas siapa pelakunya. Tadi ada sebuah mobil yang melempar Tuan Fauzi di depan. Saat kami menemukannya, Tuan Fauzi sudah terluka parah dan pelakunya melarikan diri," jawab kepala pelayan itu."Ayo bawa aku ke sana!" kata Sutan yang merasa cemas. Dia bahkan tidak memakai jaket dan langsung berlari keluar dari kamar. Saat mengikuti kepala pelayan itu ke ruang medis di dalam
Pukul lima pagi, di aula utama kediaman Raja Atlandia. Walter mengenakan jubah bergambar ular dan duduk di tengah aula dengan di sisi kirinya berdiri kapten pengawal pribadi, Dodi, dan di sisi kanan berdiri ahli yang dijuluki Pembantai Manusia, Fuso. Dengan bantuan cahaya yang terang, dia membaca tumpukan surat di atas meja dengan cermat. Surat-surat itu adalah hasil penyelidikan dari mata-mata rahasia kerajaan dan setiap surat mewakili satu kasus berdarah.Tumpukan surat di meja itu mencapai ratusan. Setengahnya adalah kasus kejahatan Keluarga Kosasih dan setengahnya lagi adalah kasus kejahatan Keluarga Widjaja. Kedua keluarga ini hampir tidak ada bedanya dalam hal kasus kejahatan. Makin banyak surat yang dibaca Walter, dia mengernyitkan alisnya makin erat. Dia tidak menyangka masih ada pejabat korup yang begitu kejam di bawah pengawasannya. Jelas kejahatan-kejahatan ini bukan hanya terjadi dalam satu atau dua hari saja."Raja, beristirahatlah sebentar, kesehatanmu lebih penting," kat
"Aku tahu kamu punya hubungan dengan Sutan, tapi masalah hari ini nggak bisa dibiarkan begitu saja," kata Walter memperingatkan Haruna dengan dingin."Hukum berlaku untuk semua orang. Keluarga Kosasih dan Keluarga Widjaja sudah melakukan banyak kejahatan, jadi wajar saja menerima hukuman berat," kata Haruna dengan tegas. Dia tahu Walter benar-benar marah. Tidak akan ada gunanya jika memohon belas kasihan pada saat ini, malah akan merugikan dirinya sendiri juga. Sebagai orang yang cerdas, dia tentu saja tahu harus bagaimana memilih."Baguslah kalau kamu mengerti," kata Walter sambil menganggukkan kepala, lalu tidak berbicara lagi.Pada saat itu, salah seorang pengawal pribadi tiba-tiba masuk dan melaporkan sambil membungkuk, "Raja, Tuan Mino sudah tiba.""Huh! Bawa dia masuk!" kata Walter dengan nada dingin."Baik." Pengawal pribadi itu merespons dan segera pergi. Tak lama kemudian, pengawal itu segera mengantar masuk Mino yang terlihat takut.Saat melihat Haruna dan Fuso, hati Mino tib
Melihat Walter yang amarahnya tiba-tiba meledak, Mino ketakutan hingga hampir mengompol dan wajahnya pun pucat pasi. Dalam ingatannya, Walter jarang sekali menunjukkan emosinya. Apalagi amarahnya meledak seperti hari ini belum pernah terjadi sebelumnya. Putranya hanya menodai seorang gadis biasa saja, apa Walter perlu emosi sampai begini?"Raja, ini salahku yang nggak mendidik anak dengan baik. Kalau anakku melakukan kesalahan, aku bersedia menanggung semua tanggung jawabnya!" kata Mino sambil berlutut di lantai dan ekspresinya terlihat bertanggung jawab."Tanggung jawab? Apa kamu sanggup menanggungnya?" Walter tiba-tiba mengambil setumpuk surat di meja dan langsung melemparnya ke wajah Mino. Kekuatan lemparan yang besar itu langsung membuat Mino terjatuh duduk di lantai dengan wajah memerah dan nyeri."Apa ini?" kata Mino dengan bingung. Dia memungut surat-surat itu dan membacanya satu per satu. Saat membacanya, ekspresi Mino makin panik, punggungnya makin dingin, dan keringat dingin
Baru saja masuk ke aula utama, Sutan sudah terkejut melihat pemandangan di depannya. Walter berdiri dengan kedua tangan di punggung dan ekspresinya terlihat tidak ramah, sedangkan Haruna berdiri di samping dengan ekspresi serius. Meskipun Fuso menundukkan pandangannya, tatapannya tersirat aura membunuh. Sementara itu, Dodi sudah menempatkan tangannya di pedang yang berada di pinggangnya, seolah-olah siap untuk mencabut pedangnya kapan pun saja.Namun, yang paling membuat Sutan terkejut adalah Mino yang berlutut di lantai dengan ekspresi panik dan terus mengantukkan kepalanya ke lantai, sepertinya sedang menghadapi bencana besar."Hamba memberi hormat pada Raja!" Setelah tertegun sejenak, Sutan segera berlutut di lantai dan memberi hormat. Biasanya, Walter akan memintanya untuk bangkit, tetapi kali ini berbeda."Tuan Sutan, kamu tahu kenapa aku memanggilmu datang di tengah malam seperti ini?" Luther mengatakan kalimat pembuka yang sama seperti sebelumnya."Hamba nggak tahu, mohon petunj