Buk, buk, buk .... Tidak lama setelah beberapa pesilat wanita itu jatuh, pesilat lainnya juga tidak sadarkan diri. Keanehan ini terus terjadi hingga akhirnya situasi menjadi agak di luar kendali.Sejumlah besar pasukan menunjukkan gejala keracunan yang sama. Kabut putih itu seperti angin kencang yang menyapu dedaunan. Hanya dalam beberapa menit, hampir setengah pasukan jatuh pingsan."Apa yang terjadi? Kenapa mereka semua terjatuh?" Kedelapan komandan itu menyadari ada yang tidak beres. Ekspresi mereka dipenuhi keterkejutan."Ada racun! Kabut beracun! Hati-hati!" Seorang prajurit berteriak, tetapi sayangnya semua sudah terlambat. Ada makin banyak prajurit yang kehilangan kesadaran diri. Jika situasi seperti ini terus berlanjut, pasukan mereka akan habis."Cepat makan Pil Penawar Racun!" seru kedelapan komandan itu. Tim medis selalu menyediakan beberapa macam obat yang bisa menetralisasi racun. Akan tetapi, obat itu tidak akan cukup untuk pasukan sebanyak ini. Hanya saja, ini lebih baik
Charlotte menunggangi seekor elang raksasa hitam dan berputar-putar di udara. Sepasang mata yang tajam dan dingin itu menatap semua orang yang berada di bawah.Karena Anderson berhasil menyingkirkan kabut beracun, hanya setengah pasukan yang tumbang. Tentunya, Charlotte bisa menjatuhkan sisanya dengan mudah. Sekte Sihir tidak pernah takut pada kesenjangan jumlah saat bertarung."Charlotte?" Luther cukup terkejut melihat gadis itu. Dia tidak menyangka Charlotte akan menjadi orang pertama yang datang untuk membantunya."Paman, kamu baik-baik saja?" tanya Charlotte dari udara."Nggak apa-apa, aku masih bisa bertahan kok," sahut Luther sambil tersenyum. Dia mengeluarkan pil dan memasukkan ke mulutnya.Energi Luther terkuras cukup banyak karena pertarungan tadi. Baik itu energi sejati atau kekuatan fisiknya, semua perlu diisi ulang. Untungnya, Luther selalu membawa berbagai pil sehingga dia bisa menutupi kekurangan ini."Gadis Kecil, siapa kamu? Berani sekali kamu ikut campur urusan kami!"
Bola hitam yang dilempar oleh Charlotte jauh lebih berbahaya daripada kabut putih sebelumnya. Kabut putih termasuk racun kronis. Setelah terkena racun itu, orang akan menjadi lemas dan jatuh pingsan. Jika mendapat pertolongan tepat waktu, nyawa orang itu masih bisa diselamatkan.Namun, hal ini berbeda untuk kabut hitam. Sifat korosif yang kuat bisa membuat manusia berubah menjadi mayat dalam hitungan detik. Mereka akan berakhir mengenaskan."Dasar siluman!" Roman menatap Charlotte sambil menggertakkan giginya dengan penuh kebencian. Hanya dengan satu bola racun, wanita ini berhasil membunuh ratusan prajurit elitenya. Hasil seperti ini benar-benar mengerikan. Jika Charlotte melemparkan beberapa bola beracun lagi, bukankah 99% pasukan ini akan mati?"Gimana? Sekarang sudah tahu kehebatanku, 'kan?" Charlotte yang menunggang elang berteriak dengan arogan, "Kalau tahu diri, segera tinggalkan tempat ini. Kalau nggak, aku akan melempar bola beracun lagi. Kujamin kalian semua akan mati di sini
Setelah pasukan lebih tenang, Anderson melirik ke arah langit dan berkata dengan dingin, "Bocah, aku yakin racunmu nggak akan bisa membunuh semua orang di sini. Kalau kamu memang hebat, lemparkan saja semua bola racunmu itu.""Kamu nggak peduli pada bawahanmu?" tanya Charlotte yang mengernyit. Dia menyiapkan banyak jenis racun, tetapi jumlahnya tidak akan cukup. Apalagi racun korosif itu yang hanya tersisa 3 buah. Musuh tidak akan terbunuh semuanya meskipun dia melemparkan ketiga bola racun itu.Itu sebabnya, Charlotte melontarkan berbagai ancaman untuk membuat para prajurit takut. Tanpa diduga, Anderson malah begitu kejam. Pria tua ini sama sekali tidak peduli pada nyawa para prajurit."Mereka semua adalah pahlawan yang nggak takut mati. Aku yakin mereka bersedia berkorban demi menyelesaikan misi," sahut Anderson."Benar!" Roman berteriak, "Hei, sebaiknya jangan ikut campur urusan orang! Kalau tahu diri, cepat tinggalkan tempat ini! Kalau nggak, kamu hanya akan mati hari ini!""Huh! D
Charlotte berbalik, lalu mendapati Anderson dan lainnya masih berada di tengah-tengah kabut. Karena tidak bisa melihat dengan jelas, mereka kesulitan membedakan arah."Hati-hati!" Ekspresi Luther berubah drastis. Dia segera mengadang di hadapan Charlotte. Energi sejatinya memancar ke luar untuk membentuk perisai pelindung.Whoosh! Saat berikutnya, panah hitam yang tajam menembus langit dan mengenai tubuh si elang sebelum akhirnya mendarat di perisai Luther.Krek! Perisai hancur. Kekuatan yang dahsyat itu membuat Luther dan Charlotte terpental. Adapun si elang, dia meraung kesakitan dan akhirnya mati."Elangku!" seru Charlotte dengan terkejut. Elang ini adalah tunggangan Wanita Suci Sekte Sihir, juga peninggalan ibunya. Dia sangat menyayangi elang ini, bahkan menganggapnya sebagai teman. Tanpa diduga, dia malah harus kehilangan elangnya di sini.Whoosh! Panah kedua memelesat lagi dari hutan. Serangan kali ini lebih cepat dan kuat, bahkan mengandung kekuatan destruktif yang mengerikan."
Ketika melihat senyuman lugu Edran, Luther seketika merasa sangat risau. Anderson sudah begitu sulit untuk dihadapi dan sekarang muncul Edran lagi.Edran sudah menjabat bertahun-tahun. Bukan hanya kekuatannya yang luar biasa, dia juga terkenal akan kekejamannya. Jika ada yang berani menentang perintah, mereka akan ditekan habis-habisan oleh dewan militer dan akhirnya binasa."Sepertinya kamu masih ingat padaku. Ini suatu kehormatan untukku," ujar Edran sambil tersenyum lebar."Aku nggak sangka pemimpin dewan militer sampai turun tangan. Sepertinya, Paviliun Lingga benar-benar nggak sabar untuk membunuhku," ucap Luther yang perlahan-lahan mengumpulkan kekuatan.Luther baru mencapai tingkat grandmaster sehingga tidak memiliki keyakinan untuk melawan Edran yang sudah lama mencapai tingkatan ini. Sekarang, dia hanya bisa bertarung mati-matian."Pangeran, kamu nggak seharusnya datang ke Midyar. Tanpa perlindungan 3 ahli bela diri Keluarga Bennett, kamu hanya akan mati," ejek Edran sambil te
Mendengar ini, Anderson tak kuasa mengernyit. Namun, dia segera berekspresi normal dan menyahut dengan tidak acuh, "Oke."Meskipun kurang puas dengan sikap Edran yang berpangku tangan, Anderson yakin dia sanggup menghabisi Luther dan Charlotte sendirian. Paling-paling, dia akan merasa lebih lelah."Pangeran, hari ini kamu nggak bakal bisa selamat. Aku akan mengantarmu ke alam baka!" Usai mengatakan itu, Anderson berkelebat dan menerjang ke arah Luther."Charlotte, bantu aku awasi Edran. Serahkan saja bajingan yang satu ini kepadaku," pesan Luther. Kemudian, Pedang Cakrawala bergetar. Luther tidak menghindar, melainkan langsung menikam ke arah depan. Setahun lalu, mereka telah membuat kesepakatan perang. Kebetulan, Luther bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mengalahkan Anderson.Bam, bam, bam! Kedua sosok itu sontak bertarung dengan sengit. Ilmu pedang Luther tiada tara, apalagi dia memperoleh warisan dari Dewa Pedang. Dengan bantuan Pedang Cakrawala, serangan Luther pun menjadi maki
"Kenapa bisa begitu?" kata Charlotte sambil memegang dadanya dan mengernyitkan alis. Panah tadi benar-benar sangat cepat. Meskipun dia sudah menghindar, dia tidak menyangka panah hitam itu masih bisa berbelok dengan kecepatan seperti itu. Dadanya langsung tertusuk panah itu karena tidak sempat menghindar lagi. Jika tidak mengenakan baju pelindung dari neneknya, panah ini akan membunuhnya. Pesilat ulung peringkat delapan di Peringkat Nirwana memang sangat kuat.Edran tersenyum dengan tenang. "Ternyata kamu bisa menahan panahku ini, garis keturunan foniks memang hebat. Menarik sekali. Tapi masih ada dua panah lagi, apa kamu bisa menahannya?"Saat mengatakan itu, Edran kembali membuat posisi menarik busur dan memasang anak panah. Busur besar dan anak panah yang berwarna hitam perlahan-lahan muncul di tangannya, semua itu terbentuk dari energi astral yang berkumpul. Kelihatan jelas, caranya mengendalikan energi astral sudah mencapai tingkat yang luar biasa. Dia tidak membutuhkan senjata ap
Di kediaman Keluarga Paliama, setelah makan malam, Luther diminta untuk duduk dan mengobrol dulu.Ini pertama kalinya Bianca membawa pacarnya pulang ke rumah, makanya Keluarga Paliama sangat memperhatikan hal ini. Sebagai seorang adipati, Ezra menemani mereka, bahkan mengundang pasangan muda itu ke ruang kerja untuk berbincang sambil minum teh.Dengan pengamatannya yang tajam, Ezra bisa melihat bahwa Luther bukan orang biasa. Baik dalam cara berbicara, perilaku, maupun wawasan yang dimiliki, semuanya jauh melampaui orang biasa."Luther, aku sepenuhnya mendukung hubunganmu dengan Bianca. Nggak peduli apa status dan latar belakangmu, yang penting kalian berdua saling mencintai," ujar Ezra dengan bijaksana."Selain itu, cucuku dimanjakan sejak kecil dan nggak pernah mengalami kesulitan. Setelah kalian bersama, aku harap kamu bisa memperlakukannya dengan baik.""Tenang saja, aku nggak akan mengecewakan Bianca," jawab Luther dengan serius. Meskipun hubungan mereka belum sepenuhnya berkemban
Setelah mendengar ucapan Nivan, ekspresi Naim menjadi sangat serius. Alisnya berkerut, dia tampak tenggelam dalam pikirannya.Sepertinya dia terlalu meremehkan situasinya. Naim mengira ini hanya persaingan di antara saudara-saudaranya, tetapi siapa sangka situasi ini justru memberi peluang bagi harimau buas seperti Ernest.Kekuatan Ernest sangat besar. Dengan alasan mendukung putra mahkota untuk naik takhta, dia mulai merekrut banyak orang dan memperluas jaringannya, hingga memiliki pengaruh yang setara dengan keluarga kekaisaran.Jika Ernest benar-benar mendukung Nolan naik takhta, kekuatannya akan melampaui kaisar dan tidak ada yang bisa menekannya. Dalam skenario terburuk, dia bisa memanipulasi kaisar sebagai boneka dan sepenuhnya menggulingkan kekuasaan keluarga mereka."Nivan, apa yang kamu katakan ini benar?" tanya Naim dengan alis berkerut."Benar, sama sekali nggak bohong!" jawab Nivan dengan serius. "Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa mengutus orang untuk menyelidikinya.""Ak
Satu jam kemudian, Nivan yang sudah menyamar diam-diam memasuki sebuah vila pribadi yang mewah. Naim sudah menyiapkan teh dan camilan di ruang tamu vila itu, terlihat sudah menunggu lama."Kak Naim, maaf sudah membuatmu menunggu lama," kata Nivan sambil melepaskan mantelnya, lalu tersenyum dan berjalan mendekat."Nggak apa-apa. Kita berdua jarang sekali bisa berkumpul. Kamu bisa inisiatif mengajakku bertemu saja, aku sudah merasa sangat senang. Menunggu beberapa menit bukan masalah besar," kata Naim dengan tersenyum sambil mempersilakan Nivan duduk, lalu menuangkan dua cangkir teh dan memberikan salah satunya untuk Nivan.Setelah menerima cangkir itu, Nivan langsung meletakkannya di samping dengan hati-hati. Dia sangat berhati-hati soal makanan dan minumannya saat berada di luar, ini sudah menjadi kebiasaannya."Nivan, kamu tiba-tiba mengajakku bertemu, apa kamu ingin membahas soal urusan resmi atau pribadi?" tanya Naim yang langsung ke topik pembicaraannya setelah menyesap tehnya."In
Saat ini, di sebuah vila mewah lainnya di dalam kota. Seorang mata-mata wanita yang mengenakan pakaian hitam dan jubah sedang melapor pada Nivan tentang hasil penyelidikannya."Tuan, belakangan ini orang-orang dari Keluarga Luandi sangat aktif. Mereka sedang sibuk membentuk aliansi dari delapan keluarga besar dan berbagai pihak lainnya. Banyak yang sudah berpihak pada Keluarga Luandi. Kalau terus membiarkan mereka seperti ini, ini akan menjadi ancaman besar bagi kita," kata mata-mata wanita itu sambil berlutut dengan satu kaki dan menundukkan kepala."Keluarga Luandi mendukung Kak Nolan, 'kan?" tanya Nivan yang duduk dengan tenang dan tidak menunjukkan ekspresi apa pun."Keluarga Luandi punya ambisi besar. Katanya mendukung, tapi sebenarnya mereka sedang menjadi Pangeran Nolan sebagai boneka untuk memperbesar kekuasaan mereka sendiri," kata mata-mata wanita itu yang mengungkapkan rahasia di balik semua itu. Dia sudah menyusup di Keluarga Luandi selama bertahun-tahun, sehingga sangat me
Malam harinya, dua pemuda sedang bermain catur dengan santai di sebuah vila mewah yang tersembunyi di dalam kota. Yang sebelah kirinya adalah pria yang baru saja bertamu ke Keluarga Paliama, Roman, sedangkan yang sebelah kanan adalah pangeran kedua yang bertubuh kekar dengan pakaian mewah, Nolan.Keduanya bermain catur dengan konsentrasi penuh, kadang-kadang melangkah dengan cepat dan kadang-kadang berpikir dengan lama. Setelah bermain sekitar sepuluh menit, Roman akhirnya mengaku kalah."Roman, beberapa hari nggak bertemu, kemampuan caturmu makin hebat. Aku hampir saja kalah," kata Nolan sambil mengusap janggutnya, terlihat agak terkejut."Pangeran Nolan terlalu memujiku. Kemampuan caturku nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan denganmu. Kalau Pangeran Nolan nggak sengaja mengalah, aku pasti sudah kalah sejak awal. Mana mungkin aku bisa bermain selam ini," kata Roman sambil tersenyum."Hahahaha ... kamu memang pandai berbicara," kata Nolan sambil tertawa terbahak-bahak dan ekspresiny
"Sebenarnya, kita nggak perlu bingung siapa yang lebih cocok menjadi kaisar. Yang lebih penting adalah siapa yang paling mungkin menjadi kaisar?" ucap Gandara tiba-tiba.Sebagai seorang pebisnis, Gandara selalu mengejar keuntungan secara maksimal. Jadi, dia tidak peduli siapa yang menjadi kaisar.Yang Gandara pedulikan adalah siapa yang lebih mungkin menjadi kaisar. Memilih orang itu dan mendukungnya adalah pilihan yang paling bijak."Siapa yang paling mungkin? Itu tergantung pada siapa yang punya paling banyak pendukung," ujar Gusdur sambil merenung."Oh ya, tadi aku lupa tanya, pangeran mana yang didukung oleh Keluarga Luandi?" Gema menepuk kepalanya.Setelah berdiskusi panjang lebar, mereka masih belum tahu siapa yang sebenarnya didukung oleh Keluarga Luandi."Aku rasa itu Pangeran Ketiga." Gandara menyipitkan mata dan menganalisis, "Pangeran Ketiga punya hubungan pribadi yang baik dengan Roman dan punya potensi yang luar biasa. Dia sangat disukai oleh Kaisar, jadi Keluarga Luandi m
Tanpa perlu kaisar turun tangan, orang-orang yang penuh ambisi itu akan menelan Keluarga Paliama tanpa menyisakan apa-apa. Sebaliknya, jika mereka memilih untuk berpihak dan pilihan mereka benar, Keluarga Paliama dapat berjaya selama ratusan tahun. Namun jika mereka salah, Keluarga Paliama bisa hancur hanya dalam semalam!Jadi, sekarang Ezra tidak tahu harus memilih yang mana. Masalah ini bukan masalah sepele. Jika salah langkah, semuanya akan berakhir dengan kekalahan."Biar aku pertimbangkan dulu. Aku belum bisa memberi jawaban kepada kalian saat ini," kata Ezra sekali lagi.Masalah ini berkaitan dengan banyak aspek. Jika Ezra membuat keputusan yang salah, semuanya akan hancur. Oleh karena itu, dia harus sangat hati-hati."Aku ngerti. Bagaimanapun, ini bukan perkara kecil. Tapi, aku harap kamu bisa segera memutuskan," ucap Roman dengan senyuman tipis."Adipati Ezra, Keluarga Paliama bukan satu-satunya yang ingin beraliansi melalui pernikahan dengan Keluarga Luandi. Waktu nggak menung
"Adipati Ezra, perjodohan di antara dua keluarga ini bukan hanya kehendakku, tapi juga kehendak ayah angkatku dan seluruh Keluarga Luandi," ujar Roman dengan tersenyum."Menurut aturan yang sudah diterima, pernikahan antara keluarga kerajaan yang masih berkerabat langsung nggak diperbolehkan. Apa kalian sudah lupa akan hal ini?" tanya Ezra dengan tenang."Berpegang pada aturan yang kaku nggak akan berguna untuk perkembangan," jawab Roman sambil menggeleng dan tersenyum. "Sekarang, Negara Drago sedang dalam masa kacau. Selain itu, aku dengar kesehatan Kaisar kurang baik dan ada kemungkinan dia akan menunjuk pewaris lebih awal dan mundur dari takhta.""Aku yakin Midyar akan mengalami kerusuhan dalam waktu dekat ini. Pada saat itu, baik Empat Keluarga Kerajaan, Delapan Keluarga Kaya, maupun kekuatan lainnya, semua akan terseret dalam pusaran ini. Makanya sebelum itu terjadi, aku harap Keluarga Luandi dan Keluarga Paliama bisa beraliansi melalui pernikahan untuk mengatasi kesulitan bersama
"Ayah, bagaimana menurutmu?" tanya Gusdur sambil mengalihkan pandangannya ke arah Ezra."Ada tamu yang datang, kita tentu saja nggak boleh nggak sopan. Suruh mereka masuk ke ruang tamu untuk berbicara," kata Ezra dengan tenang. Roman mewakili Keluarga Luandi, dia tentu saja tidak bisa mengusir tidak peduli apa pun niat kedatangan Roman ini. Mengenai hubungan pernikahan ini, tentu harus dipertimbangkan dengan matang."Baik," jawab pengurus rumah, lalu segera pergi."Kalian lanjutkan saja makannya, aku akan menemui orang-orang dari Keluarga Luandi ini," kata Ezra, lalu bangkit dan pergi.Setelah saling memandang sebentar, ketiga putra dari Ezra juga akhirnya mengikuti Ezra. Mereka ingin melihat apa yang sedang direncanakan Keluarga Luandi kali ini."Sudahlah, biarkan mereka yang mengurusnya. Kita makan saja," kata nenek Bianca sambil tersenyum agar semuanya melanjutkan makan malamnya.Tiga menit kemudian, di ruang tamu Keluarga Paliama. Ezra duduk di kursi utama dan langsung menghadap ke