Charlotte menunggangi seekor elang raksasa hitam dan berputar-putar di udara. Sepasang mata yang tajam dan dingin itu menatap semua orang yang berada di bawah.Karena Anderson berhasil menyingkirkan kabut beracun, hanya setengah pasukan yang tumbang. Tentunya, Charlotte bisa menjatuhkan sisanya dengan mudah. Sekte Sihir tidak pernah takut pada kesenjangan jumlah saat bertarung."Charlotte?" Luther cukup terkejut melihat gadis itu. Dia tidak menyangka Charlotte akan menjadi orang pertama yang datang untuk membantunya."Paman, kamu baik-baik saja?" tanya Charlotte dari udara."Nggak apa-apa, aku masih bisa bertahan kok," sahut Luther sambil tersenyum. Dia mengeluarkan pil dan memasukkan ke mulutnya.Energi Luther terkuras cukup banyak karena pertarungan tadi. Baik itu energi sejati atau kekuatan fisiknya, semua perlu diisi ulang. Untungnya, Luther selalu membawa berbagai pil sehingga dia bisa menutupi kekurangan ini."Gadis Kecil, siapa kamu? Berani sekali kamu ikut campur urusan kami!"
Bola hitam yang dilempar oleh Charlotte jauh lebih berbahaya daripada kabut putih sebelumnya. Kabut putih termasuk racun kronis. Setelah terkena racun itu, orang akan menjadi lemas dan jatuh pingsan. Jika mendapat pertolongan tepat waktu, nyawa orang itu masih bisa diselamatkan.Namun, hal ini berbeda untuk kabut hitam. Sifat korosif yang kuat bisa membuat manusia berubah menjadi mayat dalam hitungan detik. Mereka akan berakhir mengenaskan."Dasar siluman!" Roman menatap Charlotte sambil menggertakkan giginya dengan penuh kebencian. Hanya dengan satu bola racun, wanita ini berhasil membunuh ratusan prajurit elitenya. Hasil seperti ini benar-benar mengerikan. Jika Charlotte melemparkan beberapa bola beracun lagi, bukankah 99% pasukan ini akan mati?"Gimana? Sekarang sudah tahu kehebatanku, 'kan?" Charlotte yang menunggang elang berteriak dengan arogan, "Kalau tahu diri, segera tinggalkan tempat ini. Kalau nggak, aku akan melempar bola beracun lagi. Kujamin kalian semua akan mati di sini
Setelah pasukan lebih tenang, Anderson melirik ke arah langit dan berkata dengan dingin, "Bocah, aku yakin racunmu nggak akan bisa membunuh semua orang di sini. Kalau kamu memang hebat, lemparkan saja semua bola racunmu itu.""Kamu nggak peduli pada bawahanmu?" tanya Charlotte yang mengernyit. Dia menyiapkan banyak jenis racun, tetapi jumlahnya tidak akan cukup. Apalagi racun korosif itu yang hanya tersisa 3 buah. Musuh tidak akan terbunuh semuanya meskipun dia melemparkan ketiga bola racun itu.Itu sebabnya, Charlotte melontarkan berbagai ancaman untuk membuat para prajurit takut. Tanpa diduga, Anderson malah begitu kejam. Pria tua ini sama sekali tidak peduli pada nyawa para prajurit."Mereka semua adalah pahlawan yang nggak takut mati. Aku yakin mereka bersedia berkorban demi menyelesaikan misi," sahut Anderson."Benar!" Roman berteriak, "Hei, sebaiknya jangan ikut campur urusan orang! Kalau tahu diri, cepat tinggalkan tempat ini! Kalau nggak, kamu hanya akan mati hari ini!""Huh! D
Charlotte berbalik, lalu mendapati Anderson dan lainnya masih berada di tengah-tengah kabut. Karena tidak bisa melihat dengan jelas, mereka kesulitan membedakan arah."Hati-hati!" Ekspresi Luther berubah drastis. Dia segera mengadang di hadapan Charlotte. Energi sejatinya memancar ke luar untuk membentuk perisai pelindung.Whoosh! Saat berikutnya, panah hitam yang tajam menembus langit dan mengenai tubuh si elang sebelum akhirnya mendarat di perisai Luther.Krek! Perisai hancur. Kekuatan yang dahsyat itu membuat Luther dan Charlotte terpental. Adapun si elang, dia meraung kesakitan dan akhirnya mati."Elangku!" seru Charlotte dengan terkejut. Elang ini adalah tunggangan Wanita Suci Sekte Sihir, juga peninggalan ibunya. Dia sangat menyayangi elang ini, bahkan menganggapnya sebagai teman. Tanpa diduga, dia malah harus kehilangan elangnya di sini.Whoosh! Panah kedua memelesat lagi dari hutan. Serangan kali ini lebih cepat dan kuat, bahkan mengandung kekuatan destruktif yang mengerikan."
Ketika melihat senyuman lugu Edran, Luther seketika merasa sangat risau. Anderson sudah begitu sulit untuk dihadapi dan sekarang muncul Edran lagi.Edran sudah menjabat bertahun-tahun. Bukan hanya kekuatannya yang luar biasa, dia juga terkenal akan kekejamannya. Jika ada yang berani menentang perintah, mereka akan ditekan habis-habisan oleh dewan militer dan akhirnya binasa."Sepertinya kamu masih ingat padaku. Ini suatu kehormatan untukku," ujar Edran sambil tersenyum lebar."Aku nggak sangka pemimpin dewan militer sampai turun tangan. Sepertinya, Paviliun Lingga benar-benar nggak sabar untuk membunuhku," ucap Luther yang perlahan-lahan mengumpulkan kekuatan.Luther baru mencapai tingkat grandmaster sehingga tidak memiliki keyakinan untuk melawan Edran yang sudah lama mencapai tingkatan ini. Sekarang, dia hanya bisa bertarung mati-matian."Pangeran, kamu nggak seharusnya datang ke Midyar. Tanpa perlindungan 3 ahli bela diri Keluarga Bennett, kamu hanya akan mati," ejek Edran sambil te
Mendengar ini, Anderson tak kuasa mengernyit. Namun, dia segera berekspresi normal dan menyahut dengan tidak acuh, "Oke."Meskipun kurang puas dengan sikap Edran yang berpangku tangan, Anderson yakin dia sanggup menghabisi Luther dan Charlotte sendirian. Paling-paling, dia akan merasa lebih lelah."Pangeran, hari ini kamu nggak bakal bisa selamat. Aku akan mengantarmu ke alam baka!" Usai mengatakan itu, Anderson berkelebat dan menerjang ke arah Luther."Charlotte, bantu aku awasi Edran. Serahkan saja bajingan yang satu ini kepadaku," pesan Luther. Kemudian, Pedang Cakrawala bergetar. Luther tidak menghindar, melainkan langsung menikam ke arah depan. Setahun lalu, mereka telah membuat kesepakatan perang. Kebetulan, Luther bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mengalahkan Anderson.Bam, bam, bam! Kedua sosok itu sontak bertarung dengan sengit. Ilmu pedang Luther tiada tara, apalagi dia memperoleh warisan dari Dewa Pedang. Dengan bantuan Pedang Cakrawala, serangan Luther pun menjadi maki
"Kenapa bisa begitu?" kata Charlotte sambil memegang dadanya dan mengernyitkan alis. Panah tadi benar-benar sangat cepat. Meskipun dia sudah menghindar, dia tidak menyangka panah hitam itu masih bisa berbelok dengan kecepatan seperti itu. Dadanya langsung tertusuk panah itu karena tidak sempat menghindar lagi. Jika tidak mengenakan baju pelindung dari neneknya, panah ini akan membunuhnya. Pesilat ulung peringkat delapan di Peringkat Nirwana memang sangat kuat.Edran tersenyum dengan tenang. "Ternyata kamu bisa menahan panahku ini, garis keturunan foniks memang hebat. Menarik sekali. Tapi masih ada dua panah lagi, apa kamu bisa menahannya?"Saat mengatakan itu, Edran kembali membuat posisi menarik busur dan memasang anak panah. Busur besar dan anak panah yang berwarna hitam perlahan-lahan muncul di tangannya, semua itu terbentuk dari energi astral yang berkumpul. Kelihatan jelas, caranya mengendalikan energi astral sudah mencapai tingkat yang luar biasa. Dia tidak membutuhkan senjata ap
"Pedang Arkais?" Melihat pedang yang turun dari langit, Edran menyipitkan matanya. Senyuman tenang di wajahnya pun langsung menghilang, digantikan dengan ekspresi serius. Pedang Arkais adalah pedang nomor satu di dunia dan pemiliknya adalah ahli pedang nomor satu yang dikenal sebagai dewa pedang, Azka."Kenapa Tuan Azka nggak menunjukkan diri padahal sudah datang ke sini?" teriak Edran ke kejauhan sambil mengangkat kepala dan melihat ke sekeliling.Begitu Edran selesai berbicara, terlihat seorang pria berpakaian putih perlahan-lahan turun dari atas awan, lalu akhirnya berdiri di atas batu besar dan menatap Edran dari kejauhan. Pria itu adalah dewa pedang, Azka. Kedatangan Azka memang tidak menunjukkan tanda-tanda bahaya, tetapi mampu menarik perharian semua orang. Bahkan Luther dan Anderson yang sedang bertarung dengan sengit pun menghentikan pertarungan mereka."Paman Azka?" Melihat orang yang tiba, Luther merasa gembira. Dari ketiga ahli utama Keluarga Bennett, Azka adalah ahli yang