"Kesempatan? Kesempatan apa?" Begitu mendengar perkataan itu, Gretel langsung bersemangat. Saat ini, Keluarga Fabiano dan Keluarga Ghanim sudah berada dalam bahaya besar, siapa lagi yang akan menyelamatkan mereka?Julia berkata dengan ekspresi serius. "Keluarga Devano punya pengaruh besar, tapi mereka bukan satu-satunya. Bukankah masih ada Keluarga Luandi di Empat Keluarga Kerajaan yang bisa melawan mereka? Kamu harus tahu, Luther sudah membunuh Daniel, Keluarga Luandi nggak akan membiarkannya begitu saja meskipun Keluarga Devano membantunya. Jadi, kita bisa bergabung dengan Keluarga Luandi untuk melawan Luther. Dengan begitu, bukan hanya bisa melindungi diri sendiri, kita juga bisa membalaskan dendam kita!""Bagus sekali! Ide ini bagus sekali!" Mendengar perkataan itu, ekspresi Gretel terlihat gembira. Mengapa tadi dia tidak terpikir cara ini? Meskipun mereka ditindas oleh Keluarga Devano, mereka masih memiliki harapan untuk selamat dengan adanya dukungan dari Keluarga Luandi."Julia,
"Tenang saja, masih belum mati. Kalau terjadi masalah besar, aku juga nggak bisa mengobati lukaku di sini. Nanti aku akan naik kursi roda ke sana agar terlihat lebih tulus," kata Gretel."Baiklah, ayo kita pergi ke Vila Dewarom." Julia tidak membujuk Gretel lagi. Dia segera memanggil orang untuk membawa kursi roda dan membantu Gretel duduk di atasnya. Kemudian, keduanya naik mobil dan langsung menuju Vila Dewarom.....Malam sudah larut. Saat ini, Roman sedang duduk di dalam ruang studi di Vila Dewarom dan membaca data di tangannya dengan ekspresi serius. Sejak insiden siang tadi dengan Luther di Vila Dewarom, dia segera menggerakkan semua sumber dayanya untuk mulai menyelidiki identitas Luther. Hanya dalam beberapa jam saja, dia sudah mendapatkan hasilnya.Data itu menunjukkan bahwa Luther berasal dari Jiloam dan pernah menikah dengan Ariana. Awalnya, dia hanya seseorang yang biasa saja dan hanya memiliki sedikit pengetahuan medis. Namun, setelah bercerai, dia seolah-olah berubah dan
"Gerald?"Mendengar perkataan itu, pengikut Roman memelotot. "Bagaimana mungkin? Bukankah orang itu sudah mati?""Gerald hanya menghilang, nggak berarti dia sudah mati. Setidaknya sampai hari ini pun mayatnya belum ditemukan," kata Roman dengan ekspresi serius.Badai sepuluh tahun yang lalu itu terjadi terlalu mendadak dan berakhir dengan begitu cepat juga. Sebagai sosok yang dikagumi semua orang, Gerald menghilang secara misterius sejak malam itu dan pemerintah hanya menemukan sebuah mayat yang diduga adalah Luther. Mayat itu sudah hangus terbakar, tidak bisa diketahui dengan jelas identitasnya. Namun, banyak orang yang percaya mayat itu adalah Gerald karena pengumuman resmi dari pemerintah, hanya orang-orang yang benar-benar cerdas yang menyadari ada banyak kejanggalan dengan hal itu. Namun, seiring berjalannya waktu, semuanya perlahan-lahan menerima hasil itu karena tidak ada kabar keberadaan Gerald.Roman bisa teringat dengan hal itu karena dia merasa Luther begitu mirip dengan Ger
"Tuan, mereka bilang mereka bisa membantumu untuk membunuh pembunuh Daniel. Mereka harap kamu bisa memberi mereka kesempatan untuk bertemu," kata pengawal."Oh? Benarkah?" kata Roman sambil mengernyitkan alis.Setelah merenung sejenak, dia akhirnya menganggukkan kepala. "Baiklah, biarkan mereka masuk.""Baik!" Setelah merespons, pengawal itu segera pergi. Tak lama kemudian, dia sudah membawa Julia dan Gretel memasuki ruangan.Julia masih lumayan, hanya pipi yang sedikit bengkak. Sementara itu, Gretel terlihat agak menyedihkan dengan wajah pucat, kurang bersemangat, dan duduk di kursi roda kesulitan bergerak. Dia bahkan sesekali batuk beberapa kali, jelas sangat lemah."Hormat pada Tuan Roman." Saat melihat Roman, Julia segera bersujud dan sikapnya sangat hormat.Gretel berusaha untuk bangkit dari kursi roda, tetapi Roman mengangkat tangan dan menghentikannya. "Sudahlah. Nggak perlu begitu formal, cepat berdiri.""Terima kasih banyak Tuan Roman." Julia segera bangkit, lalu menundukkan k
Malam itu berlalu dengan cepat.Keesokan paginya, Luther tiba-tiba menerima telepon dari Julia."Halo. Luther, kami ingin berbicara denganmu, bisa bertemu dengan kami?" kata Julia dengan nada yang lembut."Nggak ada yang bisa dibicarakan di antara kita, semuanya adalah kesalahan kalian sendiri," kata Luther dengan dingin."Luther, aku sudah tahu kesalahanku, aku sangat menyesali pilihanku dulu. Bisa beri aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku?" kata Julia dengan sangat sedih."Beri kamu kesempatan? Bagaimana dengan Berry? Dia jelas-jelas nggak melakukan apa-apa, tapi kalian malah membunuhnya. Apa kalian ada memberinya kesempatan?" kata Luther dengan tanpa ekspresi."Kamu salah paham, kematian Berry nggak ada hubungannya dengan kami. Aku bersumpah, aku awalnya nggak tahu apa pun," kata Julia dengan nada serius."Apa kamu pikir aku akan percaya? Kalian sama seperti Daniel, sama-sama kejam," kata Luther dengan ekspresi dingin. Dia sudah tahu Julia ini kejam, egois, dan berpura-pura
Setelah berinteraksi dengan Luther selama beberapa saat, Julia sudah sangat mengenal dengan Luther. Meskipun tidak ahli dengan hal lain, dia sangat pandai dalam mengenal temannya."Cepat lihat! Dia sudah datang!" Pada saat ini, Gretel seolah-olah melihat sesuatu dan tiba-tiba menunjuk ke arah pintu.Saat mengikuti arah yang ditunjuk Gretel, Julia melihat Luther yang berpakaian putih sedang perlahan-lahan memasuki ruangan. Yang membuat mereka senang adalah Luther datang sendirian, tanpa membawa orang untuk membantunya. Semuanya terjadi sesuai dengan rencana mereka."Luther, kamu akhirnya datang. Silakan duduk." Setelah Luther mendekat, Julia segera bangkit untuk menyambut Luther sambil tersenyum. Sikapnya yang sangat ramah itu seolah-olah Luther adalah teman yang sudah lama tak berjumpa.Luther malah langsung duduk tanpa sungkan dan berkata dengan dingin, "Aku sudah datang, langsung katakan saja.""Nggak perlu terburu-buru, minum teh ini dulu dan kita pelan-pelan membahasnya," kata Juli
Harus diakui, wanita berpakaian merah itu sangat cantik. Bukan hanya penampilannya yang cantik, yang paling menonjol adalah auranya yang spesial hingga bisa membuat orang terpesona dengan mudah."Ternyata dia tahu pesona." Setelah tertegun sejenak, Luther segera menyadari situasinya.Saat wanita berpakaian merah itu turun sambil berputar, tubuhnya akan menyebarkan aroma yang lembut, sehingga orang yang mencium aroma itu akan terhanyut. Ini tentu hanya sebuah trik kecil saja. Sebenarnya, yang paling menakutkan adalah tatapannya yang memancarkan cahaya putih yang memiliki kekuatan magis untuk memikat. Ini adalah trik yang disebut pesona di dunia persilatan. Jelas wanita ini bukan orang biasa."Amber sudah keluar!""Memang pantas menjadi wanita cantik peringkat sepuluh besar di Peringkat Bidadari, kecantikannya sangat memikat!""Kalau bisa tidur satu malam dengan Amber, aku rela mati!""Amber adalah bintang terbaik di Restoran Raksi ini. Dia hanya menjual bakat, tapi nggak menjual tubuhny
Luther sudah bertemu banyak wanita cantik, mana mungkin terkena efek sihir pemikat ini. Luther juga bukan pria yang dikendalikan oleh hasrat."Tuan, kenapa marah-marah?" Amber menghampiri sambil tersenyum manis. Dia pun menjulurkan tangan untuk menuangkan dua gelas anggur, lalu meneruskan, "Tamu adalah raja. Aku merasa sangat terhormat karena kedatanganmu. Kalau begitu, aku akan bersulang untukmu."Selesai berbicara, Amber langsung mengangkat gelas anggur dan meneguknya hingga habis. Luther hanya menyesap anggurnya sedikit, lalu berkata dengan ekspresi datar, "Terima kasih.""Aku dan Julia berteman. Kudengar, kalian punya masalah sebelumnya. Aku benar-benar berterima kasih karena Tuan nggak bersikap perhitungan padanya," ujar Amber dengan tersenyum."Nona, sebaiknya kamu jangan ikut campur masalah kami. Ini juga demi kebaikanmu sendiri," timpal Luther dengan dingin."Tuan berbakat dan berkarisma, untuk apa bersikap perhitungan dengan wanita? Kalau Tuan mau membantuku kali ini, aku past