Setelah berinteraksi dengan Luther selama beberapa saat, Julia sudah sangat mengenal dengan Luther. Meskipun tidak ahli dengan hal lain, dia sangat pandai dalam mengenal temannya."Cepat lihat! Dia sudah datang!" Pada saat ini, Gretel seolah-olah melihat sesuatu dan tiba-tiba menunjuk ke arah pintu.Saat mengikuti arah yang ditunjuk Gretel, Julia melihat Luther yang berpakaian putih sedang perlahan-lahan memasuki ruangan. Yang membuat mereka senang adalah Luther datang sendirian, tanpa membawa orang untuk membantunya. Semuanya terjadi sesuai dengan rencana mereka."Luther, kamu akhirnya datang. Silakan duduk." Setelah Luther mendekat, Julia segera bangkit untuk menyambut Luther sambil tersenyum. Sikapnya yang sangat ramah itu seolah-olah Luther adalah teman yang sudah lama tak berjumpa.Luther malah langsung duduk tanpa sungkan dan berkata dengan dingin, "Aku sudah datang, langsung katakan saja.""Nggak perlu terburu-buru, minum teh ini dulu dan kita pelan-pelan membahasnya," kata Juli
Harus diakui, wanita berpakaian merah itu sangat cantik. Bukan hanya penampilannya yang cantik, yang paling menonjol adalah auranya yang spesial hingga bisa membuat orang terpesona dengan mudah."Ternyata dia tahu pesona." Setelah tertegun sejenak, Luther segera menyadari situasinya.Saat wanita berpakaian merah itu turun sambil berputar, tubuhnya akan menyebarkan aroma yang lembut, sehingga orang yang mencium aroma itu akan terhanyut. Ini tentu hanya sebuah trik kecil saja. Sebenarnya, yang paling menakutkan adalah tatapannya yang memancarkan cahaya putih yang memiliki kekuatan magis untuk memikat. Ini adalah trik yang disebut pesona di dunia persilatan. Jelas wanita ini bukan orang biasa."Amber sudah keluar!""Memang pantas menjadi wanita cantik peringkat sepuluh besar di Peringkat Bidadari, kecantikannya sangat memikat!""Kalau bisa tidur satu malam dengan Amber, aku rela mati!""Amber adalah bintang terbaik di Restoran Raksi ini. Dia hanya menjual bakat, tapi nggak menjual tubuhny
Luther sudah bertemu banyak wanita cantik, mana mungkin terkena efek sihir pemikat ini. Luther juga bukan pria yang dikendalikan oleh hasrat."Tuan, kenapa marah-marah?" Amber menghampiri sambil tersenyum manis. Dia pun menjulurkan tangan untuk menuangkan dua gelas anggur, lalu meneruskan, "Tamu adalah raja. Aku merasa sangat terhormat karena kedatanganmu. Kalau begitu, aku akan bersulang untukmu."Selesai berbicara, Amber langsung mengangkat gelas anggur dan meneguknya hingga habis. Luther hanya menyesap anggurnya sedikit, lalu berkata dengan ekspresi datar, "Terima kasih.""Aku dan Julia berteman. Kudengar, kalian punya masalah sebelumnya. Aku benar-benar berterima kasih karena Tuan nggak bersikap perhitungan padanya," ujar Amber dengan tersenyum."Nona, sebaiknya kamu jangan ikut campur masalah kami. Ini juga demi kebaikanmu sendiri," timpal Luther dengan dingin."Tuan berbakat dan berkarisma, untuk apa bersikap perhitungan dengan wanita? Kalau Tuan mau membantuku kali ini, aku past
Luther melirik kunci itu, lalu bertanya, "Kenapa sok misterius begini? Jangan-jangan, kamu sudah merencanakan sesuatu?""Jangan bicara begitu. Kami cuma wanita lemah, mana mungkin bisa membuat rencana jahat," balas Julia yang memaksakan senyuman."Ya, kami benar-benar ingin bertobat, jadi nggak mungkin berbuat jahat lagi. Kalau nggak, kami akan disambar petir!" sumpah Gretel.Demi meyakini Luther, Gretel sampai berani bersumpah seperti itu. Mendengar ini, sudut bibir Julia berkedut. Dia ingin sekali menampar Gretel. Julia membatin, 'Silakan kalau kamu mau disambar petir, tapi jangan melibatkanku!'"Kalau begitu, kalian temani aku masuk," ujar Luther dengan nada datar."Eh ...." Ekspresi Julia membeku. Dia melirik Gretel, lalu menjelaskan, "Gretel naik kursi roda, susah beraktivitas. Aku harus menjaganya di sini. Lagi pula, pelaku itu kejam dan berbahaya. Apa yang bisa dilakukan wanita lemah seperti kami?""Benar, ini terlalu berbahaya bagi kami." Gretel buru-buru mengangguk.Luther tid
"Tuan, ini ruangannya. Selamat bersenang-senang." Setelah mengantar Luther ke ruang privat nomor 4, pengawal itu pun pergi.Luther mengetuk pintu dengan pelan, tetapi tidak ada respons apa pun. Dia mencoba merasakan, tetapi tidak merasakan bahaya apa pun. Setidaknya, tidak ada niat membunuh di ruangan ini.Luther membuka pintu dengan kunci, lalu langsung masuk. Ada aromaterapi di dalam ruangan ini, pencahayaannya tampak hangat. Di seberang pintu, terlihat sebuah meja dan kursi cendana dengan anggur dan camilan di atas.Di sebelah kiri, ada kain kasa merah yang digantung dan terlihat berbagai macam mainan seks. Di sebelah kanan, ada kain kasa putih yang digantung beserta ranjang di baliknya.Luther memandang ke sekeliling. Segera, dia mendapati seseorang berbaring di ranjang tersebut. Hanya saja, dia tidak bisa melihat wajah orang itu karena ditutupi selimut."Siapa kamu? Apa bisa keluar sebentar?" tanya Luther dengan tidak acuh. Orang itu tidak bergerak ataupun merespons, seolah-olah s
"Da ... dasar pembunuh! Berani sekali kamu membunuh Amber! Ini dosa besar! Pengawal, cepat tangkap pembunuh ini!" Kedua wanita itu terus berteriak. Mereka yakin bahwa Luther adalah orang yang membunuh Amber.Dalam sekejap, Luther dikepung oleh orang-orang. Semuanya memelototinya dengan galak. Amber menduduki posisi penting di tempat ini. Ada banyak pria yang mengejarnya. Orang-orang tentu menyayangkan kematiannya."Besar sekali nyalimu! Beraninya kamu membunuh orang di sini. Benar-benar cari mati!""Restoran Raksi termasuk industri Organisasi Mondial. Amber adalah adik Adam. Kamu nggak bakal bisa lolos kali ini!""Segera menyerah atau kami nggak akan segan-segan padamu."Orang-orang yang berkerumun sibuk berteriak. Penampilan mereka yang galak terlihat seperti ingin mencabik-cabik Luther."Bukan aku yang membunuhnya. Waktu aku masuk, dia sudah mati," jelas Luther dengan ekspresi datar."Omong kosong! Cuma kamu di dalam kamar. Siapa lagi kalau bukan kamu?""Benar! Kamu yang membunuh Amb
Julia tidak menyangka bahwa jebakan itu adalah jasad Amber. Asal tahu saja, Amber adalah adik Adam. Adam tidak mungkin berpangku tangan atas kematian Amber. Semua orang yang berkaitan dengan insiden ini pasti akan mendapatkan akibatnya.Bukan hanya Luther yang akan bernasib sial, tetapi Julia dan Gretel juga sama. Hingga saat ini, Julia baru menyadari bahwa dirinya telah dimanfaatkan oleh Roman. Di mata pria itu, dirinya sama saja dengan bidak catur yang bisa dibuang kapan saja.Namun, tidak ada gunanya untuk menyesal lagi. Julia hanya bisa berusaha agar dirinya tidak terlibat dalam masalah ini.Luther memicingkan matanya sembari bertanya, "Jadi, kamu yakin masalah ini nggak berhubungan dengan kalian?""Yakin, kami benar-benar nggak tahu apa pun!" sahut Julia yang buru-buru menggeleng."Benar, kami dijebak seseorang. Kamu jangan salah paham!" tambah Gretel."Oke. Kalau begitu, beri tahu aku kebenarannya. Siapa yang menginstruksi kalian melakukan semua ini?" tanya Luther."Eee ...." Eks
"Mami Sonia, ka ... kamu nggak bercanda, 'kan? Amber benar-benar tewas dibunuh?" tanya Elon yang tidak bisa memercayai kenyataan ini.Amber adalah anggota Organisasi Mondial yang berkemampuan dan ahli dalam mengamati situasi. Dia tidak pernah meremehkan musuh, jadi bagaimana bisa dibunuh?"Astaga, mana mungkin aku berani bercanda. Kedua anak didikku melihatnya dengan mata kepala sendiri. Jasad Amber ada di atas. Kamu periksa saja sendiri kalau nggak percaya," timpal Sonia yang bercucuran keringat dingin."Kalian berdua, cepat pergi periksa!" Elon tidak berani menunda-nunda sehingga segera menyuruh kedua anak buahnya.Tidak berselang lama, kedua pria itu berlari turun dengan tergesa-gesa dan memberi kabar buruk. Amber tewas ditikam, bahkan tidak berkesempatan untuk melawan.Begitu mendapatkan laporan itu, Elon menatap Luther dengan galak dan menghardik, "Bocah, kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan? Kamu telah melakukan kesalahan besar! Cepat, serang dia!"Tanpa berbasa-basi, Elon lan