"Obat penawar ... beri aku obat penawarnya! Aku sudah salah! Aku minta maaf!" Gretel akhirnya tidak tahan lagi dengan siksaan kematian sehingga mulai memohon dan meratap. Charlotte hanya berjongkok sambil menatapnya. Kedua tangannya menopang dagu. Dia tidak memperlihatkan reaksi apa pun."Kepalaku sakit sekali! Aku juga nggak tahan lagi! Aku akan minta maaf dan bayar kompensasi! Beri aku obat penawarnya!" Roselyn juga menyerah. Jika dibandingkan dengan nyawa, harga diri tidak ada apa-apanya. Sementara itu, Charlotte menatap Julia yang masih belum bersuara."Julia! Cepat ... cepat minta maaf! Wanita ini sudah gila! Kalau kamu nggak minta maaf, kita semua akan mati di sini!" seru Gretel dengan panik."Kalau terus diam, teman-temanmu akan mati lho," ucap Charlotte sambil tersenyum."Julia! Kenapa diam saja? Cepat minta maaf! Kalau mau mati, jangan libatkan kami!" teriak Gretel dengan cemas. Untuk apa berpura-pura lagi? Pada akhirnya, mereka memang harus menyerah."Aku akan minta maaf! Cep
"Cantik sekali! Auranya benar-benar elegan!""Siapa wanita cantik ini? Kenapa aku nggak pernah melihatnya?""Dari paras dan karismanya, dia bisa dibilang sebagai wanita tercantik di dunia!"Kemunculan Ariana membuat orang-orang sontak menjadi heboh. Baik itu pria ataupun wanita, semuanya terpana dengan kecantikannya.Ada banyak wanita cantik di Midyar, tetapi kecantikan Ariana termasuk langka di sini. Aura dingin di tubuhnya membuatnya terlihat seperti dewi yang turun dari kayangan dan tidak nyata."Kak!" Begitu melihat Ariana, Roselyn langsung menyambut dengan wajah berseri-seri, seolah-olah telah bertemu dengan penyelamatnya."Aku menyuruhmu datang untuk membahas kerja sama, tapi kamu malah gagal dan bahkan harus membayar kompensasi 200 miliar? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Ariana dengan dingin."Aku ...." Roselyn seketika tidak bisa berkata-kata. Dia tidak mungkin memberi tahu Ariana bahwa dirinya mengambil token emas Ernest untuk menyombongkan diri, tetapi malah diberi pelaja
"Jadi menurutmu, mereka boleh menindas kami, tapi kami nggak boleh melawan? Memangnya orang nggak berkuasa seperti kami harus menerima penindasan dan penghinaan kalian begitu saja? Kami bahkan berdosa karena melindungi diri sendiri?" ejek Luther.Meskipun Ariana hilang ingatan, sikapnya sama sekali tidak berubah. Wanita ini tetap merasa diri sendiri paling benar dan tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah."Aku nggak ngerti ucapanmu. Kami datang untuk membahas bisnis. Kalau kamu pemegang saham Perusahaan Farmasi Chuwardi, kamu seharusnya memperlakukan kami dengan sopan, bukannya mengancam seperti ini," ujar Ariana sambil mengernyit."Kami tentu menyambut para tamu. Tapi kalau musuh yang datang, jangan salahkan kami bertindak kejam," sindir Luther."Kamu sudah salah dan membuat masalah, tapi masih nggak merasa menyesal?" tanya Ariana yang masih mengernyit."Nona, semua ini salah paham." Berry akhirnya maju untuk mencairkan suasana. "Nona Roselyn ini ngotot memotong barisan, bahk
"Luther, kamu dengar itu? Segera berlutut dan meminta maaf, lalu bayar kompensasi 600 miliar. Kalau nggak, aku akan membuatmu dipenjara seumur hidup!" seru Roselyn yang berkacak pinggang dengan angkuh.Dengan sokongan Ariana, Roselyn tidak takut pada apa pun. Dia memang bukan siapa-siapa, tetapi kakak sepupunya ini adalah putri angkat Ernest. Di kediaman Keluarga Luandi, Ariana yang paling dimanjakan. Sebagian besar aset Ernest bahkan telah diserahkan kepada Ariana.Bisa dibilang, status Ariana ini tidak ada bedanya dengan tuan putri Negara Drago. Siapa pun yang melihatnya pasti harus memberi hormat. Meskipun Luther punya kemampuan, dia tidak akan bisa dibandingkan dengan Ariana."Luther, Kak Ariana sangat dekat dengan Keluarga Luandi sekarang. Sebaiknya kamu pertimbangkan statusmu!" bentak Gretel sambil tersenyum sinis. Dia merasa sangat senang atas penderitaan Luther.Jika Luther mengaku salah dan meminta maaf, Gretel akan memanfaatkan kesempatan ini untuk mempermalukannya. Namun, ad
Glek! Roselyn tanpa sadar menelan ludah. Sesudah tersadar, dia segera menjulurkan tangannya untuk mengorek tenggorokannya, berharap pil tersebut bisa dimuntahkan.Alhasil, setelah muntah beberapa kali, tidak ada hasil apa pun. Pil itu telah meleleh dan larut dalam tubuhnya.Saat ini, ekspresi Roselyn berubah drastis. Dia bertanya dengan suara bergetar, "A ... apa yang kamu berikan kepadaku?""Bukan apa-apa, hanya suplemen," jawab Charlotte sambil tersenyum."Kamu bohong! Itu jelas-jelas racun!" Roselyn sungguh panik sekarang."Eh, tertebak, ya? Maaf sekali," balas Charlotte dengan senyuman yang masih tidak berubah."Dasar siluman! Cepat berikan obat penawarnya kepadaku!" pekik Roselyn."Kusarankan kamu jangan emosional karena itu hanya akan membuatmu cepat mati. Omong-omong, racunnya nggak akan bekerja secepat itu. Kamu akan disiksa dengan perlahan sampai organ dalammu membusuk," jelas Charlotte."Apa?" Begitu mendengarnya, kedua kaki Roselyn sontak melemas. Dia memohon kepada Ariana,
Luther menarik napas dalam-dalam sambil menatap wajah familier itu. Kemudian, dia berucap dengan dingin, "Bukan aku yang keras kepala, tapi kamu terlalu percaya diri. Atas dasar apa kamu merasa semua ini salahku? Atas dasar apa kamu merasa aku berada di bawah kalian?""Masalah sudah seperti ini, tapi kamu masih mau berdalih?" Ariana mengernyit sambil membalas, "Aku sudah bertanya tadi, orang itu jelas mengatakan kamu yang bersalah. Jangan kira kamu bisa semena-mena di Midyar karena ada yang menyokongmu. Asal kamu tahu, ada banyak orang hebat yang bersembunyi di sini!""Sudahlah. Aku malas berbasa-basi denganmu, terserah kamu saja." Luther menggeleng, tidak ingin berdebat dengan Ariana lagi. Sifat wanita ini tidak ada bedanya dengan sebelum hilang ingatan. Dia tidak punya tenaga untuk berbicara panjang lebar lagi."Luther, sikap macam apa ini? Aku berniat baik menasihatimu, tapi kamu malah nggak mau dengar. Kalau sampai terjadi masalah, kamu baru akan menyesal!" Ariana seperti seorang i
"Tampan, sepertinya kita dalam masalah besar." Berry menatap orang-orang yang pergi itu, lalu berucap dengan cemas, "Keluarga Fabiano dan Keluarga Ghanim masih mending karena ada Tuan Hemdar yang membantu. Tapi, Keluarga Luandi nggak mudah untuk diusik. Ariana ataupun Daniel, mereka bukan orang yang bisa kita singgung."Sebenarnya, Berry tidak terlalu takut pada Ariana karena wanita ini punya reputasi yang baik. Ariana seharusnya tidak akan bersikap perhitungan pada mereka.Namun, hal ini tidak berlaku untuk Daniel. Pria ini memiliki reputasi yang buruk di dunia bisnis. Dia terkenal pendendam. Selain itu, dia selalu menggunakan berbagai cara untuk mencapai tujuannya."Nggak perlu cemas. Mereka pasti akan mencariku kalau ingin membalas dendam. Masalah ini nggak akan melibatkan perusahaan," sahut Luther."Tampan, aku bukan takut kamu melibatkan kami. Maksudku adalah kamu harus bersembunyi dulu untuk sementara waktu ini supaya nggak terkena masalah," nasihat Berry."Bersembunyi nggak akan
Kring, kring, kring .... Luther menjawab panggilan dari Simon. Simon langsung berbicara ke intinya, "Yang Mulia, aku sedang berada di depan Perusahaan Farmasi Chuwardi. Ada hal penting yang ingin kulaporkan. Apa kita bisa bertemu?""Oke, aku akan segera keluar." Luther mengangguk. Tanpa bertele-tele, dia mengakhiri panggilan dan berkata kepada Berry, "Nona Berry, kamu bawa Charlotte jalan-jalan dulu. Ada yang harus kuurus."Kemudian, Luther segera berjalan ke luar. Dia hanya menyuruh Simon melakukan 2 hal, yaitu mencari obat spiritual untuk mengobati penyakit dan mencari tahu kebenaran tentang insiden 20 tahun lalu. Kedua hal ini sama pentingnya bagi Luther.Sesudah keluar, Luther langsung melihat mobil sedan hitam biasa yang terparkir di seberang sana. Jendela mobil itu diturunkan sedikit sehingga terlihat setengah wajah Simon. Pria ini memberi isyarat mata pada Luther.Luther melirik ke kiri kanan. Setelah mendapati tidak ada yang memperhatikan, dia baru mendekati dan masuk. Jendela