Julia berteriak dengan ekspresi yang kesal, "Buktinya sudah jelas, apa yang masih perlu kamu selidiki? Aku perintahkan kamu, segera tangkap mereka. Kalau nggak, aku akan melanggar hukum demi keuntungan pribadi!""Eh?" Dilan mengernyitkan alis dan ekspresinya menjadi buruk."Pak Dilan, lihatlah sekelilingmu. Banyak orang yang sedang menatapmu dan juga ada banyak wartawan di sini. Kamu benar-benar ingin melindungi orang-orang ini?" kata Yudas dengan nada yang tajam."Ini ...." Ekspresi Dilan terlihat ragu dan merasa sangat kesulitan. Dia tidak berani menyinggung Keluarga Oktavius, tetapi kekuatan opini publik sangat menakutkan. Jika berita ini dikabarkan dengan berlebihan, saat itu semuanya akan menjadi sangat merepotkan."Yudas, sebaiknya perhatikan kata-katamu. Hati-hati aku akan menuntutmu sudah memfitnah," kata Hemdar dengan tenang."Tuan Hemdar, ini adalah urusan kami dengan Keluarga Chuwardi, aku harap kamu jangan ikut campur," kata Yudas."Keluarga Oktavius dan Keluarga Chuwardi s
Setelah Eira menunjukkan bukti terakhirnya, pria paruh baya itu sudah putus asa sepenuhnya. Jika buktinya hanya polis asuransi dan transaksi di bank, dia masih bisa membantahnya. Namun, racunnya sudah ditemukan dan juga ada sidik jarinya di atas, sekarang dia tidak bisa mengatakan apa pun lagi."Ternyata, orang ini sengaja menipu! Benar-benar menyebalkan!""Ayah sendiri saja dibunuh, sungguh tak punya hati nurani!""Bajingan! Dia benar-benar bajingan!"Pada saat ini, kerumunan di sekitar mulai mencaci maki pria paruh baya itu. Awalnya, mereka mengira pedagang busuk itu yang mencelakai orang, tetapi akhirnya malah pria paruh baya ini yang sengaja mencemarkan nama baik orang. Yang paling menyebalkan adalah orang ini malah membunuh ayahnya sendiri. Mereka merasa orang ini sudah kehilangan hati nuraninya, lebih parah daripada hewan."Benar-benar nggak berguna!" maki Julia dengan suara pelan dan mengernyitkan alis. Hal sekecil ini saja tidak bisa dilakukan dengan benar dan malah meninggalka
"Hemdar, keuntungan apa yang sudah diberikan Keluarga Chuwardi untukmu sampai kamu begitu membantu mereka?" tanya Julia sambil mengernyitkan alis."Aku ini selalu membantu orang nggak bersalah yang ditindas. Kenapa? Kamu keberatan?" kata Hemdar sambil mengangkat dagunya."Hemdar, nggak ada musuh yang abadi, hanya kepentingan yang abadi. Aku nggak peduli berapa banyak keuntungan yang diberikan Keluarga Chuwardi padamu, Keluarga Ghanim bersedia memberimu dua kali lipatnya," kata Julia yang mulai menawarkan kesepakatan kepada Hemdar.Mendengar perkataan itu, Hemdar tersenyum sinis, "Dua kali lipat? Sejujurnya, aku adalah pemegang saham terbesar dari Salep Halimun ini sebanyak 40% saham. Kalau kamu mau menawarkanku dua kali lipat, berarti aku mendapat 80% saham. Apa Keluarga Ghanim sanggup memberikannya?""Apa?" Mendengar perkataan itu, ekspresi Julia akhirnya berubah. Dia mengira Hemdar hanya mendapat sedikit keuntungan sehingga turun tangan membantu Keluarga Chuwardi. Tak disangka, kedua
Melihat ketiganya sudah setuju, hati Julia merasa senang dan tersenyum licik. Benar-benar sekelompok orang bodoh. Dia tidak menyangka hanya beberapa kata yang menantang saja, mereka sudah terjebak dengan mudah. Jika tidak yakin sepenuhnya, dia tidak mungkin akan memulai taruhan ini. Sebelumnya, memfitnah mereka dengan jenazah hanya rencana awal, sekarang adalah rencananya selanjutnya untuk menghabisi mereka sepenuhnya. Asalkan Luther dan yang lainnya berani menerima taruhan ini, berarti mereka sudah masuk ke dalam jebakannya."Pengawal, siapkan perjanjiannya untuk ditandatangani mereka!" perintah Julia. Mendengar perintah itu, para bawahannya segera mulai sibuk dan langsung menyiapkan dua kontrak. Perjanjian taruhan ditulis dengan jelas bahwa pihak yang kalah harus mengungkapkan resep obatnya, lalu memohon maaf dan berjanji tidak akan menjual produk itu lagi."Sudah baca dengan jelas? Kalau sudah, langsung tanda tangan saja," desak Julia.Luther dan yang lainnya tidak banyak omong koso
Melihat adegan itu, Yudas tertawa dengan makin senang. "Luther, kamu sudah lihat ini? Ini adalah kejutan yang kami siapkan untuk kalian!""Ternyata kalian sudah merencanakannya sejak awal. Sungguh licik!" marah Berry."Hehe .... Nggak ada salahnya menggunakan trik, siapa suruh kalian bodoh dan malah menyetujui taruhan kami," kata Yudas dengan bangga."Di sisi kami sudah begitu ramai, sedangkan di sisi kalian sepi. Kemenangannya sudah diputuskan, sebaiknya kalian menyerah saja," kata Julia sambil tersenyum dingin. Meskipun rencana untuk memfitnah telah gagal, untungnya trik menghasut berguna. Tidak sia-sia mereka sudah merencanakan semua ini dengan cermat."Kenapa tergesa-gesa? Sebelum matahari terbenam, kita masih punya kesempatan," jawab Luther dengan ekspresi yang tetap tenang.Yudas tersenyum sinis. "Kenapa? Masih belum menyerah? Baiklah, aku akan tambah kesulitannya sedikit lagi agar kamu kalah dengan puas."Setelah mengatakan itu, Yudas mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseora
"Berbalik? Apa maksudmu? Apa kamu pikir kamu masih bisa mengubah situasinya?" kata Yudas sambil tersenyum sinis, lalu berbalik. Dia melihat perusahaan mereka masih tetap ramai dan pelanggan terus berdatangan. Para miliarder di Kota Narata pun semuanya datang meramaikan tempat itu. Selain itu, dia tidak melihat ada keanehan apa pun."Luther, kamu sudah dewasa, tapi masih bermain-main dengan trik kekanak-kanakan seperti ini. Apa menarik ya?" sindir Yudas.Julia berkata dengan nada aneh, "Hei. Kalian ini nggak sanggup menerima kekalahan ya? Kami sudah punya buktinya dan perjanjian taruhan juga sudah ditandatangani. Meskipun kalian membantahnya, juga nggak akan berguna. Lebih baik serahkan saja resep obatnya, mungkin masih bisa menyelamatkan sedikit harga diri kalian.""Siapa bilang kami sudah kalah? Buka mata kalian besar-besar dan lihatlah, apa yang ada di sana?" kata Luther sambil menunjuk ke arah jalanan di kejauhan dengan dagunya."He .... trik yang sama lagi. Kamu pikir aku akan tert
Yudas dan Julia benar-benar tidak menyangka akan ada begitu banyak elite kaya yang datang menyelamati Luther dan yang lainnya hanya dalam waktu setengah jam. Dalam sekejap, hati mereka merasa agak gugup. Jika situasi seperti ini terus berlanjut, mereka benar-benar tidak yakin mereka akan menang."Terima kasih atas kehadiran kalian semua, silakan masuk ...." Berry dan Sabian merasa sangat senang dan segera mempersilakan para tamu terhormat itu untuk duduk di dalam perusahaan. Pasaran di Kota Narata sudah dikuasai oleh Keluarga Ghanim dan Keluarga Suratman. Dengan kekuatan Keluarga Chuwardi, mereka tidak sanggup mengundang siapa pun lagi. Untungnya, sekarang ada bantuan dari Keluarga Oktavius yang mengundang semua pengusaha kaya dari Kota Easton. Jika tidak, hari ini Perusahaan Farmasi Chuwardi akan kalah dengan memalukan."Tuan Hemdar, aku nggak menyangka kamu sudah mempersiapkan ini sejak awal. Kali ini kita akhirnya bisa bersaing dengan Keluarga Ghanim dan Keluarga Suratman," kata Ber
Pada saat itu, semua orang dari Keluarga Ghanim dan Keluarga Suratman mulai merasa gelisah. Mereka benar-benar tidak menyangka Keluarga Lambert yang merupakan pemimpin dari delapan keluarga kaya akan mendukung Keluarga Chuwardi. Kedua keluarga itu sangat berbeda jauh, sama sekali tidak berada dalam satu tingkatan. Apakah Keluarga Lambert adalah pendukung di belakang Keluarga Chuwardi?"Bagaimana mungkin? Kenapa Tuan Simon bisa datang ke sini?" kata Julia dengan mata yang membelalak, tidak percaya dengan apa yang telah dilihatnya. Simon adalah kepala Keluarga Lambert dan seorang pejabat tinggi pemerintahan. Dia adalah keberadaan yang sangat berkuasa. Biasanya, Simon selalu angkuh dan tidak pernah terlibat aliansi dengan keluarga mana pun. Jangankan Hemdar dan Luther, bahkan ayahnya pun tidak sanggup untuk mengundang tokoh besar seperti Simon. Dia bertanya-tanya, siapa yang sanggup mengundang Simon sendiri yang datang ke sini."Kali ini kita dalam masalah besar!" Yudas langsung berkering