Luther berkata dengan tenang, "Orang dari Kementerian Kesehatan nggak punya surat perintah penangkapan, atas dasar apa kalian menangkap orang?""Benar sekali! Kalian boleh menghentikan pengedaran obat-obatan, tapi nggak berhak menangkap orang!" kata Sabian yang segera menanggapi perkataan Luther.Setiap departemen memiliki tanggung jawabnya masing-masing. Kementerian Kesehatan memang bertanggung jawab tentang hal medis, tetapi mereka tidak berhak untuk menangkap dan menginterogasi seseorang."Kalian sudah melanggar hukum, jadi kami sebagai pejabat pemerintahan tentu saja bertanggung jawab menangani kalian," kata pria botak itu dengan tegas."Nggak perlu berlagak hebat. Kalaupun kami melanggar hukum, kalian tetap saja nggak berhak menangkap kami, apalagi kita nggak melanggar hukum," kata Luther dengan ekspresi yang tetap tenang.Mata pria botak itu memelotot. Merasa otoritasnya ditantang, dia marah karena malu dan berkata, "Lancang! Anak muda, kuperingatkan kamu, jangan halangi kami men
Pada saat itu, Dilan terkejut dan menjadi sangat panik. Dia tidak menyangka masalah ini malah berhubungan dengan Keluarga Oktavius yang merupakan keluarga tingkat kedua di antara delapan keluarga kaya dan hanya kalah dengan Keluarga Lambert. Terutama dalam bidang medis, keluarga ini adalah pemimpinnya. Bahkan kepala Kementerian Kesehatan pun didukung oleh keluarga ini. Dia ini hanya direktur kecil, bagaimana mungkin dia berani menyinggung keluarga ini?Dilan gemetar dan berkata dengan ketakutan, "Tuan ... Hemdar, hal ini pasti hanya salah paham. Keluarga Oktavius adalah teladan dalam bidang ini dan punya reputasi yang baik, nggak akan melanggar hukum.""Benarkah? Jadi, apa yang terjadi dengan Salep Halimun? Bukankah tadi kamu mau menangkap orang?" tanya Hemdar dengan nada dingin.Dilan ketakutan hingga terus mengayunkan tangannya. "Nggak ... hanya salah paham! Orang dari Kementerian Kesehatan hanya bertanggung jawab dalam urusan medis, nggak punya hak untuk menangkap orang. Aku tentu s
Julia berteriak dengan ekspresi yang kesal, "Buktinya sudah jelas, apa yang masih perlu kamu selidiki? Aku perintahkan kamu, segera tangkap mereka. Kalau nggak, aku akan melanggar hukum demi keuntungan pribadi!""Eh?" Dilan mengernyitkan alis dan ekspresinya menjadi buruk."Pak Dilan, lihatlah sekelilingmu. Banyak orang yang sedang menatapmu dan juga ada banyak wartawan di sini. Kamu benar-benar ingin melindungi orang-orang ini?" kata Yudas dengan nada yang tajam."Ini ...." Ekspresi Dilan terlihat ragu dan merasa sangat kesulitan. Dia tidak berani menyinggung Keluarga Oktavius, tetapi kekuatan opini publik sangat menakutkan. Jika berita ini dikabarkan dengan berlebihan, saat itu semuanya akan menjadi sangat merepotkan."Yudas, sebaiknya perhatikan kata-katamu. Hati-hati aku akan menuntutmu sudah memfitnah," kata Hemdar dengan tenang."Tuan Hemdar, ini adalah urusan kami dengan Keluarga Chuwardi, aku harap kamu jangan ikut campur," kata Yudas."Keluarga Oktavius dan Keluarga Chuwardi s
Setelah Eira menunjukkan bukti terakhirnya, pria paruh baya itu sudah putus asa sepenuhnya. Jika buktinya hanya polis asuransi dan transaksi di bank, dia masih bisa membantahnya. Namun, racunnya sudah ditemukan dan juga ada sidik jarinya di atas, sekarang dia tidak bisa mengatakan apa pun lagi."Ternyata, orang ini sengaja menipu! Benar-benar menyebalkan!""Ayah sendiri saja dibunuh, sungguh tak punya hati nurani!""Bajingan! Dia benar-benar bajingan!"Pada saat ini, kerumunan di sekitar mulai mencaci maki pria paruh baya itu. Awalnya, mereka mengira pedagang busuk itu yang mencelakai orang, tetapi akhirnya malah pria paruh baya ini yang sengaja mencemarkan nama baik orang. Yang paling menyebalkan adalah orang ini malah membunuh ayahnya sendiri. Mereka merasa orang ini sudah kehilangan hati nuraninya, lebih parah daripada hewan."Benar-benar nggak berguna!" maki Julia dengan suara pelan dan mengernyitkan alis. Hal sekecil ini saja tidak bisa dilakukan dengan benar dan malah meninggalka
"Hemdar, keuntungan apa yang sudah diberikan Keluarga Chuwardi untukmu sampai kamu begitu membantu mereka?" tanya Julia sambil mengernyitkan alis."Aku ini selalu membantu orang nggak bersalah yang ditindas. Kenapa? Kamu keberatan?" kata Hemdar sambil mengangkat dagunya."Hemdar, nggak ada musuh yang abadi, hanya kepentingan yang abadi. Aku nggak peduli berapa banyak keuntungan yang diberikan Keluarga Chuwardi padamu, Keluarga Ghanim bersedia memberimu dua kali lipatnya," kata Julia yang mulai menawarkan kesepakatan kepada Hemdar.Mendengar perkataan itu, Hemdar tersenyum sinis, "Dua kali lipat? Sejujurnya, aku adalah pemegang saham terbesar dari Salep Halimun ini sebanyak 40% saham. Kalau kamu mau menawarkanku dua kali lipat, berarti aku mendapat 80% saham. Apa Keluarga Ghanim sanggup memberikannya?""Apa?" Mendengar perkataan itu, ekspresi Julia akhirnya berubah. Dia mengira Hemdar hanya mendapat sedikit keuntungan sehingga turun tangan membantu Keluarga Chuwardi. Tak disangka, kedua
Melihat ketiganya sudah setuju, hati Julia merasa senang dan tersenyum licik. Benar-benar sekelompok orang bodoh. Dia tidak menyangka hanya beberapa kata yang menantang saja, mereka sudah terjebak dengan mudah. Jika tidak yakin sepenuhnya, dia tidak mungkin akan memulai taruhan ini. Sebelumnya, memfitnah mereka dengan jenazah hanya rencana awal, sekarang adalah rencananya selanjutnya untuk menghabisi mereka sepenuhnya. Asalkan Luther dan yang lainnya berani menerima taruhan ini, berarti mereka sudah masuk ke dalam jebakannya."Pengawal, siapkan perjanjiannya untuk ditandatangani mereka!" perintah Julia. Mendengar perintah itu, para bawahannya segera mulai sibuk dan langsung menyiapkan dua kontrak. Perjanjian taruhan ditulis dengan jelas bahwa pihak yang kalah harus mengungkapkan resep obatnya, lalu memohon maaf dan berjanji tidak akan menjual produk itu lagi."Sudah baca dengan jelas? Kalau sudah, langsung tanda tangan saja," desak Julia.Luther dan yang lainnya tidak banyak omong koso
Melihat adegan itu, Yudas tertawa dengan makin senang. "Luther, kamu sudah lihat ini? Ini adalah kejutan yang kami siapkan untuk kalian!""Ternyata kalian sudah merencanakannya sejak awal. Sungguh licik!" marah Berry."Hehe .... Nggak ada salahnya menggunakan trik, siapa suruh kalian bodoh dan malah menyetujui taruhan kami," kata Yudas dengan bangga."Di sisi kami sudah begitu ramai, sedangkan di sisi kalian sepi. Kemenangannya sudah diputuskan, sebaiknya kalian menyerah saja," kata Julia sambil tersenyum dingin. Meskipun rencana untuk memfitnah telah gagal, untungnya trik menghasut berguna. Tidak sia-sia mereka sudah merencanakan semua ini dengan cermat."Kenapa tergesa-gesa? Sebelum matahari terbenam, kita masih punya kesempatan," jawab Luther dengan ekspresi yang tetap tenang.Yudas tersenyum sinis. "Kenapa? Masih belum menyerah? Baiklah, aku akan tambah kesulitannya sedikit lagi agar kamu kalah dengan puas."Setelah mengatakan itu, Yudas mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseora
"Berbalik? Apa maksudmu? Apa kamu pikir kamu masih bisa mengubah situasinya?" kata Yudas sambil tersenyum sinis, lalu berbalik. Dia melihat perusahaan mereka masih tetap ramai dan pelanggan terus berdatangan. Para miliarder di Kota Narata pun semuanya datang meramaikan tempat itu. Selain itu, dia tidak melihat ada keanehan apa pun."Luther, kamu sudah dewasa, tapi masih bermain-main dengan trik kekanak-kanakan seperti ini. Apa menarik ya?" sindir Yudas.Julia berkata dengan nada aneh, "Hei. Kalian ini nggak sanggup menerima kekalahan ya? Kami sudah punya buktinya dan perjanjian taruhan juga sudah ditandatangani. Meskipun kalian membantahnya, juga nggak akan berguna. Lebih baik serahkan saja resep obatnya, mungkin masih bisa menyelamatkan sedikit harga diri kalian.""Siapa bilang kami sudah kalah? Buka mata kalian besar-besar dan lihatlah, apa yang ada di sana?" kata Luther sambil menunjuk ke arah jalanan di kejauhan dengan dagunya."He .... trik yang sama lagi. Kamu pikir aku akan tert
Benton menggenggam erat Pedang Bulan Sabit dengan kedua tangannya, lalu mengeluarkan teriakan keras seperti guntur yang meledak di tengah hari, membuat udara di sekitarnya bergetar hebat.Dengan satu putaran langkah, tubuhnya seolah-olah berubah menjadi banteng liar yang mengamuk, menerjang langsung ke arah Luther tanpa ragu.Pedang berat di tangannya tampak ringan seperti bulu, diayunkan dengan dahsyat, memotong udara hingga mengeluarkan suara siulan tajam, seakan-akan hendak merobek semua yang ada di depan mata.Dengan kekuatan dahsyat, pedang itu dihantamkan ke arah Luther dari atas kepala. Serangan itu hampir mencurahkan seluruh tenaga Benton. Di sepanjang lintasan tebasan pedang, debu di tanah pun tersapu oleh pusaran angin yang tercipta, membentuk pilar-pilar debu yang beterbangan.Benton tahu Luther bukanlah orang biasa. Jika ingin menang, dia harus mengambil inisiatif lebih dulu."Teknik yang bagus," ucap Luther dengan tenang, menghadapi serangan dahsyat dari Benton.Tubuhnya m
Yoku tahu bahwa Luther kuat, tetapi dia tidak menyangka sekuat itu. Sejak awal pertarungan, meskipun posisinya kurang unggul, Yoku tetap merasa kekuatannya tidak kalah dari Luther.Sebab di matanya, Luther hanya menggunakan teknik tubuh yang lincah dan gaya bertarung gerilya. Pemuda ini tidak pernah benar-benar bertarung secara frontal.Yoku pun mengira bahwa selama dia bisa menemukan celah, suatu saat dia pasti bisa mengalahkan Luther.Namun, ketika Luther mengerahkan kekuatan sejatinya, barulah Yoku sadar dirinya telah salah besar.Ternyata, Luther bukan tidak bisa bertarung langsung, melainkan sengaja menahan diri dan menjaga harga dirinya. Begitu Luther berhenti merahasiakan kekuatannya, dia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah.Tanpa perlu menggunakan teknik khusus, hanya mengandalkan kekuatan, kecepatan, dan refleks, semua itu sudah cukup untuk menghancurkannya.Singkatnya, kesenjangan mereka terlalu besar, sampai tak bisa lagi ditutupi dengan teknik apa pun.Saat ini, bukan ha
Permintaan duel dari Yoku langsung membuat suasana di arena latihan membara.Di sekeliling arena, para prajurit mulai saling berbisik dengan antusias."Wakil Jenderal Yoku 'kan salah satu pendekar paling terkenal di pasukan kita. Jurus-jurusnya sudah menumbangkan banyak musuh di medan perang. Aku sudah lama banget nggak lihat dia bertarung," kata seorang prajurit muda dengan wajah penuh kekaguman."Betul, Wakil Jenderal Yoku kaya akan pengalaman tempur, kekuatannya luar biasa. Kalau dia turun tangan, sepertinya Tuan Gerald bakal kerepotan," sambung prajurit senior di sebelahnya.Mereka semua memang mengakui kekuatan Luther, terutama setelah pertarungan sebelumnya di mana dia mengalahkan lima prajurit elite dengan mudah. Namun, di mata mereka, sehebat apa pun Luther, dia tetap bukan tandingan Yoku.Sebagai seorang master, Yoku unggul dalam segala hal. Baik itu kekuatan, ketahanan, maupun pengalaman tempur, dia jauh lebih hebat daripada para ahli bela diri.Bahkan sebelumnya, Nivan juga
"Pangeran, para prajurit yang kulatih ini hanya ahli dalam teknik membunuh. Kalau sampai mereka menyakiti tamu kehormatan ini, takutnya akan sulit diatasi," kata Benton dengan nada halus, tetapi maksudnya sudah sangat jelas.Jika tidak punya kemampuan, sebaiknya jangan ikut campur atau diri sendiri yang akan menderita.Di sampingnya, Yoku tak berkata apa-apa, tetapi sorot matanya pada Luther juga penuh dengan sikap meremehkan. Anak muda berkulit halus dan tampak lemah seperti ini tentu tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang setiap hari berlatih keras.Kemungkinan besar, pemuda ini hanya anak bangsawan yang dekat dengan Pangeran dan datang ke sini untuk mencari perhatian."Kalian ini memang nggak bisa menilai." Nivan menggeleng sambil tersenyum. "Kalau kalian benar-benar bisa melukai Tuan Gerald, akan kuberi kalian hadiah emas. Tapi, aku takut kalian nggak punya kemampuan seperti itu."Mendengar hadiah emas, para prajurit pun langsung bersemangat. Mata mereka berbinar, seolah-olah i
Saat sedang makan, Nivan bahkan sengaja memanggil dua wanita cantik untuk menemani Luther. Sejak zaman dahulu, para pahlawan selalu sulit untuk menolak pesona wanita cantik. Terkadang, seorang wanita yang luar biasa cantik lebih menarik daripada harta langka, kekuasaan, dan status.Namun, Luther terlihat tetap tenang terhadap pelayanan seperti ini. Dia terlihat tidak senang, tetapi dia juga tidak menolaknya secara terang-terangan. Menghadapi para wanita cantik yang duduk di sampingnya, dia tetap bersikap sopan dan menjaga jarak. Tidak masalah baginya untuk minum sedikit, tetapi tidak boleh berlebihan.Namun, Nivan memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan Luther yang jelas tidak tertarik pada kecantikan wanita yang biasa saja. Setelah dipikir-pikir, dia merasa hal ini wajar juga. Dengan latar belakang seperti itu, Luther tidak mungkin akan tertarik dengan wanita cantik biasa. Sepertinya dia harus mengorbankan wanita cantik kebanggaannya untuk menguji reaksi Luther.Setelah sele
"Ini ...." Luther berpura-pura ragu dan tidak langsung memberikan jawaban.Melihat Luther tenggelam dalam pikirannya, Nivan yakin Luther sedang menghitung untung dan rugi. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan tersenyum ramah, lalu berkata, "Gerald, kamu pasti tahu betapa penting sumber energi naga ini bagiku. Kalau bisa mengumpulkannya, aku akan makin beruntung dan lebih mudah untuk naik takhta. Pada saat itu, aku pasti nggak akan mengecewakanmu."Saat mengatakan itu, Nivan terus memperhatikan perubahan ekspresi Luther dan berusaha menangkap tanda-tanda lawannya mulai goyah.Luther mengangkat kepalanya dan langsung menatap Nivan dengan tatapan agak ragu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Apa yang dikatakan Pangeran memang benar, tapi aku mendapatkan sumber energi naga ini dengan susah payah dan perjalanannya juga nggak mudah. Selain itu, kalau aku menyerahkannya pada Pangeran Nivan, aku takut akan menyinggung dua pangeran lainnya."Dia sengaja berhenti sejenak dan tidak melanjutka
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru