Marson sudah tinggal di kota ini selama bertahun-tahun, belum pernah ada orang yang berani berbicara dengannya seperti ini. Apakah ini yang namanya menantang maut?"Kamu nggak salah dengar, aku memang bilang begitu," kata Luther sambil menganggukkan kepala dengan serius."Menarik juga ...."Marson tiba-tiba tersenyum dan tatapannya terlihat aneh. "Anak muda, aku belum pernah bertemu dengan orang gila sepertimu yang berani meminta properti Keluarga Lambert. Luar biasa! Aku boleh memberikan Golden Club ini padamu, tapi masalahnya, kamu berani menerimanya?""Kalau kamu memberikannya, aku mau. Kalau nggak, aku akan merebutnya," jawab Luther dengan jujur."Hahahaha ...." Mendengar perkataan itu, Marson benar-benar marah."Anak muda, kamu ini benar-benar beranii. Kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan? Kamu ini sedang mencari masalah untuk dirimu sendiri." Marson mengatakan kata-kata itu dengan tegas."Masih belum pasti siapa yang mencari masalah," kata Luther dengan ekspresi yang tetap tena
Di luar pintu Golden Club. Berry duduk di dalam mobil mewah sambil mengernyitkan alisnya, dan menatap ke pintu besar berwarna emas terang melalui jendela dengan ekspresi yang sedih. Dia akhirnya menemukan pria tampan yang menarik, tetapi tak disangka hidup pria itu begitu singkat.Pertama-tama, pria itu menyinggung Vikesh, lalu menantang Marson dan sekarang dikurung di dalam Golden Club. Tampaknya pria itu tidak akan bertahan hidup lagi. Berry memang sangat menyayangkannya, tetapi dia juga tidak berdaya mengubah situasinya sekarang. Yang bisa dia lakukan sekarang hanya mengurus jasad pria itu. Sayang, sungguh sangat disayangkan ...."Oh! Nona Berry, kamu masih belum pergi?" Pada saat itu, Alarik dan Sarisha tiba-tiba berjalan mendekati mobil Berry."Kalian juga belum pergi, 'kan?" kata Berry dengan tenang.Alarik tersenyum. "Kami? Luther punya hubungan dekat dengan Klinik Svarga. Aku pikir bukankah kami harusnya tinggal dan mengurus jasadnya?""Huh! Nggak perlu berpura-pura baik di dep
"Sialan! Benar-benar terjadi keajaiban!" Berry menelan ludah dan ekspresinya terlihat sangat terkejut. Tadi dia hanya asal bicara saja, tak disangka hal itu benar-benar terjadi.Saat beberapa orang itu masih tertegun, terjadi adegan yang lebih menggemparkan. Jordan juga berjalan mengikuti Luther di belakang. Namun dibandingkan dengan Luther yang terlihat santai, tangan Jordan mengangkat dua orang. Orang di sebelah kiri adalah Vikesh dengan tangan dan kakinya yang patah dan terus merintih kesakitan, sedangkan orang yang di sebelah kanan adalah Marson dengan wajah yang membengkak hingga tak bisa dikenali.Jordan memegang kerah keduanya dan menarik mereka keluar dari Golden Club hingga meninggalkan jejak darah di daerah yang mereka lewati. Jelas bukan Marson yang melepaskan Luther dan Jordan, melainkan keduanya itu yang keluar dengan paksa. Perlu diketahui, orang-orang yang mengikuti Marson adalah prajurit elite dari Keluarga Lambert dan memiliki kemampuan untuk melawan beberapa orang. Na
"Berhenti! Siapa kalian?" Luther dan lainnya baru turun dari mobil, tetapi dua pengawal yang berjaga di kediaman Keluarga Lambert sudah sangat berwaspada."Aku mau bertemu Simon, cepat suruh dia keluar," ujar Luther dengan tidak acuh."Kamu kira bisa bertemu Tuan Simon sesuka hatimu? Kamu buat dulu surat pengajuan, lalu kembali dan tunggu kabar dari kami," sahut pengawal yang berdiri di sisi kiri dengan dingin.Luther pun tidak bertele-tele dan langsung memberi isyarat tangan. Jordan pun memahaminya, jadi menyeret Marson keluar dari mobil dan melemparkannya ke gerbang kediaman."Tuan Marson?" Ekspresi kedua pengawal itu sontak berubah melihatnya. "Siapa kalian? Beraninya kalian memukul orang Keluarga Lambert. Besar sekali nyali kalian!""Beri tahu Simon, kenalan lamanya datang berkunjung," ucap Luther dengan ekspresi datar."Cepat ... cepat beri tahu pamanku ...," ujar Marson yang terkapar di tanah dengan tidak berdaya.Kedua pengawal itu bertatapan dan tidak berani ragu-ragu lagi. Sal
"Diam!" Simon sungguh panik. Dia sontak mengangkat tangannya dan menampar wajah Marson.Plak! Tamparan ini benar-benar kuat, sampai membuat Marson terhempas cukup jauh. Situasi ini pun membuat semua orang terbelalak dengan tidak percaya.Apa yang terjadi? Ada orang asing yang datang untuk membuat masalah. Simon malah menampar Marson dan bukan menghukum orang asing itu? Bukankah ini sangat aneh?"Paman?" Marson tertegun di tempat. Dia memegang wajahnya yang perih sambil bertanya, "Ke ... kenapa kamu menamparku?""Kamu ini buta, ya? Kamu memang pantas ditampar!" Simon sungguh geram. Setelah maju, dia tiba-tiba menendang dan memukul Marson sambil memaki, "Kamu ini cuma tahu bersenang-senang dan menindas orang. Keluarga Lambert malu punya keturunan sepertimu! Biar aku yang menggantikan ayahmu memberi pelajaran kepada anak durhaka sepertimu!""Aduh ... hentikan, Paman ... aku sudah salah, maaf ...." Marson memeluk kepalanya sambil berteriak kesakitan.Adapun orang di sekitar, mereka hanya b
Di ruang tamu kediaman Keluarga Lambert."Kalian semua keluar dulu. Tanpa izin dariku, nggak ada yang boleh masuk," instruksi Simon sambil memberi isyarat tangan kepada para pelayannya."Jordan, kamu istirahat saja di ruangan sebelah. Ada yang ingin kubahas dengan Tuan Simon," ucap Luther yang juga memberi isyarat mata kepada Jordan."Oke." Jordan mengangguk, lalu segera meninggalkan ruang tamu. Pintu pun ditutup, hanya tersisa Simon dan Luther berdua."Pangeran Gerald, kenapa kamu tiba-tiba kemari?" Begitu orang-orang keluar, sikap Simon langsung berubah drastis.Bagaimanapun, status Luther sangatlah istimewa karena mewakili kediaman Raja Atlandia. Sebagai pejabat, Simon akan mendapat masalah besar kalau ketahuan bertemu dengan Pangeran Atlandia secara diam-diam. Kalau situasi menjadi parah, Simon bahkan bisa dituduh ingin memberontak."Kenapa? Tuan Simon nggak menyambutku, ya?" tanya Luther sambil tersenyum tipis.'Itu sudah pasti! Kalau aku menyambut manusia berbahaya sepertimu, ber
"Aku nggak butuh sebanyak itu, aku hanya butuh dua," ujar Luther seraya tersenyum."Pangeran butuh bahan obat apa? Aku akan menyuruh orang mencarinya," ucap Simon sembari mengangkat cangkir teh dan menyesapnya."Simpel saja, cuma Teratai Es dan Sumsum Giok," sahut Luther dengan nada santai.Pfft! Simon sontak menyemburkan tehnya. Kemudian, dia memperlihatkan ekspresi terkesiap sambil bertanya, "Pangeran, aku nggak salah dengar? Kamu bilang Teratai Es dan Sumsum Giok?""Benar sekali." Luther mengangguk untuk mengiakan. Dia meminta bantuan Simon karena khawatir dengan kinerja Keluarga Ghanim.Bagaimanapun, kondisi Barhan sangat kritis sehingga mereka tidak bisa menunggu terlalu lama lagi. Dengan bantuan Keluarga Lambert, mungkin kedua bahan obat itu akan lebih mudah ditemukan."Pangeran, kamu tahu kedua bahan obat itu sangat langka, 'kan?" tanya Simon. Suaranya bahkan menjadi agak bergetar."Ya, memang langka. Tapi, aku yakin dengan kemampuan Keluarga Lambert. Tugas seperti ini hanya tug
"Apa?" Begitu Luther selesai berbicara, Simon memekik bak disambar petir. Wajahnya sontak memucat.Hingga kini, kekacauan yang terjadi di Kota Lazuli pada 10 tahun lalu masih menjadi tabu dalam masyarakat. Sementara itu, kematian Ratu Wedani adalah misteri yang masih belum terungkap.Faktanya, misteri ini bukannya tak terpecahkan, tetapi tidak ada yang berani memecahkannya. Raja Wedani yang berkuasa saja dipaksa untuk menahan diri, jadi siapa pula yang berani menyelidikinya?Tahun itu, para pejabat mengatakan akan mencari tahu pelaku di balik insiden tersebut, tetapi sama sekali tidak ada hasil sampai sekarang.Jelas sekali, pelakunya memiliki kekuasaan yang besar, bahkan terlibat dalam kekuasaan kekaisaran yang tertinggi.Meskipun Keluarga Lambert memiliki industri besar, mereka tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan para anggota keluarga kekaisaran.Makanya, Simon sungguh tercengang dan ketakutan saat mendengar permintaan Luther. Misteri ini terlalu mendalam. Begitu Keluarga L