Sarisha benar-benar tidak mengerti mengapa kakeknya memberi tahu rahasia ini kepada seorang pemuda yang baru dikenalnya?"Ini ...." Ekspresi Ghufran terlihat kaku dan merasa canggung. Dia tidak bisa menjawab Sarisha bahwa Luther yang telah menyusup masuk."Bahran adalah pamanku. Kedatanganku kali ini adalah untuk menjenguknya," jelas Luther."Benar. Luther ini adalah keponakan Bahran, jadi wajar saja kalau dia menjenguk pamannya," kata Ghufran dengan serius.Sarisha menatap Luther dari atas ke bawah sebentar, jelas terlihat curiga. "Keponakan? Paman? Kakek, kamu nggak membohongiku, 'kan? Paman Bahran sudah koma di sini selama sepuluh tahun, tapi tiba-tiba muncul seorang keponakan. Menurutmu, apa ini mungkin?""Sarisha, kamu terlalu khawatir. Aku percaya dengan kepribadian Luther ini," kata Ghufran dengan ekspresi serius."Tapi ...."Sarisha masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi Ghufran mengangkat tangan untuk menghentikannya. "Sudahlah, kita bahas lagi nanti. Tadi kamu bilang ada masa
"Pak Draig, beberapa hari nggak bertemu saja, kenapa emosimu begitu besar? Apa perlu aku memberikan obat herbal untuk menenangkan emosimu?" Mendengar kehebohan itu, Ghufran bersama dengan Luther dan Sarisha perlahan-lahan turun ke lantai bawah. Melihat kekacauan di klinik, dia mengernyitkan alisnya, tetapi ekspresinya itu segera kembali normal."Hei! Dokter Ghufran, kamu akhirnya keluar juga. Aku pikir kamu ini pengecut!" kata Draig sambil menyilangkan kedua kakinya dan tersenyum sinis."Pak Draig, aku nggak pernah menyinggungmu, tapi kamu terus datang ke sini dan membuat masalah. Apa tindakanmu ini sesuai peraturan?" kata Ghufran dengan tenang."Dokter Ghufran, kenapa kamu bicara seperti ini> Aku datang ke Klinik Svarga kalian tentu saja untuk berobat. Kenapa? Apa kamu nggak menyambutku sebagai pasien?" kata Draig sambil menyindir."Kalau Pak Draig datang untuk berobat, aku sangat menyambutmu. Tapi, aku khawatir niat Pak Draig bukan seperti itu," kata Ghufran dengan makna mendalam."J
"Draig, kalau kamu berani bertindak sembarangan, hati-hati aku melaporkanmu ke pihak berwenang untuk menangkapmu!" kata Sarisha dengan nada yang tegas."Melapor ke pihak berwenang? Hahaha ...." Mendengar perkataan itu, Draig tertawa terbahak-bahak. Sekelompok anak buah di belakangnya juga ikut tertawa dan tatapan mereka terlihat meremehkan. Mereka tentu saja memiliki latar belakang yang kuat, sehingga bisa bertindak sewenang-wenang di Kota Narata ini.Draig mendekat sambil makan apelnya dan tersenyum. "Nona Sarisha, kamu ini benar-benar sangat lucu. Aku makin menyukaimu. Coba kamu katakan, kamu berencana bagaimana melaporkanku ke pihak berwenang? Sekarang aku ini adalah korban, dokter di Klinik Svarga kalian yang mencelakaiku dan memperparah lukaku. Menurutmu, petugas patroli itu akan menangkapku yang menjadi korban ini atau orang di Klinik Svarga kalian?""Kamu ...." Sarisha langsung tidak bisa berkata apa-apa. Dia tahu Draig ini sengaja membuat kekacauan, tetapi mereka berada di piha
Ada delapan keluarga terkaya di Midyar dan Keluarga Suratman adalah salah satu dari keluarga itu. Sebagai keluarga yang telah berdiri selama berabad-abad, kekuatan Keluarga Suratman sangat luar biasa dan memiliki fondasi yang sangat kokoh di Midyar. Terutama di Kota Narata ini, mereka dianggap sebagai penguasa Kota Narata yang tak tertandingi. Bahkan di seluruh Kota Narata, hanya Keluarga Ghanim yang juga keluarga bangsawan yang hanya bisa menandingi Keluarga Suratman.Sementara itu, Keluarga Siregar memang termasuk keluarga bangsawan juga, tetapi mereka masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Keluarga Suratman yang besar. Oleh karena itu, saat mendengar nama Keluarga Suratman, ekspresi Alarik berubah. Sikap angkuhnya yang sebelumnya langsung menghilang dan digantikan dengan perasaan takut dan serius."Tuan Alarik, aku tahu statusmu mulia, tapi ada beberapa hal yang sebaiknya kamu jangan ikut campur. Kalau nggak, begitu Keluarga Suratman marah, konsekuensinya akan sangat serius. Kamu
"Pak Faust, aku nggak bermaksud menghina Keluarga Suratman. Tapi, para preman ini membuat kekacauan di Klinik Svarga, aku terpaksa ikut campur," kata Alarik dengan berani.Faust memang hanya pengurus rumah Keluarga Suratman, tetapi orang yang berdiri di belakangnya ternyata adalah tuan muda Keluarga Suratman, Yudas. Jika tidak terpaksa, Alarik tidak akan berani berselisih dengan Yudas.Faust mengangkat dagunya dan merapikan beberapa helai bulu di tahi lalatnya itu, lalu berkata dengan tenang, "Membuat kekacauan? Kenapa aku merasa Klinik Svarga kalian yang sudah menipu orang? Aku dengar Draig bilang Klinik Svarga kalian yang sudah mencelakainya. Bukan hanya nggak menyembuhkan lukanya, malah memperparah lukanya. Dia datang untuk menuntut keadilan, jadi aku merasa hal ini wajar saja.""Benar ...."Mendengar perkataan itu, Draig terus menganggukkan kepalanya dan mulai mengadu, "Pak Faust, Klinik Svarga ini benar-benar nggak berlogika. Mereka sudah hampir merampas nyawa saya. Bukan hanya ng
"Eh?" Suara yang tiba-tiba terdengar itu langsung menarik perhatian semua orang. Tatapan dari semua orang fokus ke Luther."Bocah, dari mana asalmu? Apa hakmu berbicara di sini?" kata Draig dengan ekspresi yang tidak ramah.Luther berkata dengan tenang, "Aku adalah dokter baru di Klinik Svarga. Kamu tadi bilang asalkan bisa menyembuhkan lukamu, kami nggak perlu memberi ganti rugi. Jadi, aku berencana untuk mencobanya.""Mencoba? Dengan kemampuanmu?" Draig tertawa sinis dan tampaknya meremehkan Luther. Setelah seharian, ternyata hanya seorang pemula yang bahkan tidak mengerti situasinya."Hei! Apa urusanmu? Kakekku saja nggak berbicara, dari mana giliranmu untuk memberikan perintah di sini?" kata Sarisha dengan ekspresi yang dingin. Dia kebetulan tidak ada tempat untuk melampiaskan amarahnya, sekarang akhirnya menemukan sasarannya."Kalau nggak mau kehilangan Klinik Svarga, berarti hanya bisa mencoba untuk menyembuhkannya. Nggak ada pilihan lain," kata Luther dengan tenang."Huh! Kamu p
"Gawat, ini gawat! Dokter Ghufran memercayai orang yang salah!"Saat ini, seluruh Klinik Svarga benar-benar kacau dan heboh. Tidak ada yang menduga bahwa Ghufran akan memercayakan nasib Klinik Svarga kepada seseorang yang tak dikenal."Hahaha! Bagus!" Setelah termangu sejenak, Draig tak kuasa tertawa dan berucap, "Dokter Ghufran memang pemberani. Kalau begitu, kita sepakat!"Draig menghalalkan segala cara memang untuk ini. Kini, mangsa akhirnya memakan umpannya."Menarik, menarik sekali," ujar Faust sambil menyeringai dan menunjukkan tatapan nakal. Padahal, dia mengira harus bersusah payah untuk menjatuhkan Klinik Svarga."Tenang saja, aku percaya pada kemampuan medis Luther. Dia seharusnya nggak akan membuat kita kecewa," tutur Ghufran dengan sungguh-sungguh. Luther mahir dalam teknik sihir, mungkin dapat menyelesaikan krisis."Kamu memang percaya padanya, tapi kami nggak!" seru Sarisha yang benar-benar cemas."Guru, kita nggak perlu mengambil risiko begini. Selama ada aku di sini, me
Sret! Di bawah tatapan semua orang, Draig merobek perbannya dengan kasar. Begitu dibuka, terlihat salep berwarna hitam yang menutupi seluruh lukanya. Pemandangan ini terlihat cukup menjijikkan."Hei, kamu! Ambilkan aku air untuk membersihkan lukaku!" perintah Draig sambil menunjuk salah seorang dokter. Kebetulan, yang ditunjuknya adalah Omar yang bersembunyi di pojok."A ... aku?" Omar menunjuk diri sendiri sambil tertegun. Dia terus mengamati dari pojok karena tidak ingin terkena masalah, tetapi malah diperintah oleh Draig."Jangan buang waktuku! Siapa lagi kalau bukan kamu!" bentak Draig sambil memelototinya."Oh, ya, ya ...." Omar ketakutan hingga terus mengangguk. Tanpa berbasa-basi, dia pun mengambil sebaskom air dan menyerahkan handuk kepada Draig."Kenapa diam saja? Cepat bersihkan salepnya! Yang pelan sedikit, kalau sampai aku kesakitan, aku akan mematahkan kakimu!" ancam Draig dengan galak karena bisa menilai bahwa Omar ini penakut.Glek! Omar menelan ludahnya dengan susah pay