"Aku hanya berbaik hati memberikan nasihat. Kalau sampai kamu mencelakai orang karena pakai cara yang salah, nggak ada gunanya menyesal nanti," ucap Luther dengan nada dingin."Hmph! Benar-benar omong kosong!" maki Omar. Dia berseru dengan ekspresi kesal, "Metode penyelamatan seperti ini diajarkan oleh guruku secara langsung, nggak pernah gagal. Apa kamu merasa lebih hebat daripada guruku?""Metode penyelamatan nggak harus selalu sama, itu perlu disesuaikan dengan situasi nyata. Kadang kala memang efektif, tapi terkadang nggak. Kamu harus tahu cara beradaptasi secara fleksibel," timpal Luther.Omar yang merasa dipermalukan segera berkata, "Diam! Kalau kamu terus mengoceh, aku akan mengusirmu sekarang juga!" Dia adalah murid terbaik Ghufran dan calon pewaris Klinik Svarga. Orang biasa seperti Luther beraninya mengolok-oloknya di depan umum? Sungguh tidak tahu diri."Percaya atau nggak, terserah kamu," ucap Luther sambil menggeleng. Dia enggan berbicara lebih lanjut.Kepala pengawal Kelu
"Tunggu ...." Saat itu, Omar tiba-tiba sadar. Dia segera berkata, "Kalian nggak mungkin percaya dengan perkataan bocah ini, 'kan? Dia bukan orang dari Klinik Svarga. Jangan sampai kalian tertipu!""Tertipu?" tanya Boris. Dia segera melirik Luther dari atas ke bawah, lalu bertanya sambil mengernyit, "Kamu bukan dokter?""Aku bukan dokter dari Klinik Svarga, tapi aku memahami sedikit keterampilan medis," jawab Luther dengan jujur."Hmph! Klinik Svarga bahkan nggak bisa menyembuhkannya, mana mungkin kamu bisa?" seru Omar."Kamu nggak bisa, tapi belum tentu aku juga begitu. Sebelumnya, aku sudah bilang bahwa kamu pakai metode yang salah," ucap Luther dengan tenang."Omong kosong! Aku ini muridnya Dokter Ghufran, kalau kamu siapa? Beraninya membandingkan dirimu denganku?" ucap Omar yang marah dan frustrasi."Aku nggak mau berbasa-basi denganmu lagi. Minggir, jangan mengganggu aku untuk menyelamatkan orang," usir Luther dengan tidak sabar. Dia benar-benar tidak bisa memahami pikiran orang se
Luther melambaikan tangan dan memberi isyarat kepada semua orang untuk mundur. Setelah ruang yang tersedia sudah cukup, dia memerintahkan Boris untuk menopang Julia, "Pegang dia!"Kemudian, Luther mengulurkan jarinya untuk membuka mulut wanita itu. Dia menarik keluar lidah Julia, lalu mengedarkan energi internalnya. Tak lama kemudian, Luther tiba-tiba menepuk punggung Julia. Seiring terdengarnya suara, tubuh Julia sontak bergetar. Wanita itu mendongak dan memuntahkan banyak air.Semua orang menatap dengan saksama dan terkejut menemukan bahwa ternyata ada ikan di dalam muntahan itu."Astaga, gimana bisa ada ikan di mulut Nona Julia?""Mungkin karena ikan ini terjebak di tenggorokannya, jadi dia nggak bisa bernapas?""Pantas saja metode Dokter Omar nggak efektif, ternyata ada ikan yang nyangkut. Dia benar-benar sial!"Para penonton terus berkomentar. Ketika melihat ikan kecil di lantai, orang-orang tua di sana sangat terkejut dan saling berdiskusi. Alasan tersedaknya Julia akhirnya teru
"Ergh ...!" Julia langsung duduk tegak dan mengeluarkan suara desahan yang mirip dengan sesak napas. Kemudian, dia mulai menghirup udara dengan cepat, seolah-olah mendapatkan kehidupan baru. Wajahnya yang semula ungu kebiruan, kini perlahan memerah."Hah?" Perubahan mendadak ini membuat semua orang terkejut. Tidak ada yang menyangka bahwa Julia yang barusan seperti mayat, bisa hidup kembali secara tiba-tiba."Dia ... dia bangun? Jangan-jangan dia pura-pura mati?""Buset! Mayat pun bisa diselamatkan? Ini sungguhan?""Dokter sakti! Dia benar-benar dokter sakti!"Sekelompok orang-orang tua yang terkejut saling menatap. Ekspresi mereka penuh dengan kekaguman. Mereka memang berpengalaman dan tahu tentang banyak gosip, tetapi belum pernah mengalami situasi seperti ini.Padahal, Julia sudah mati dan napasnya terhenti. Namun, dengan tiga tusukan jarum dari Luther, dia bisa-bisanya hidup kembali? Metode pengobatan yang ajaib ini benar-benar belum pernah didengar oleh mereka. Dalam sekejap, semu
"Anak muda ini sungguh beruntung. Dia bisa-bisanya menyelamatkan Nona Julia dan mendapatkan uang sebanyak itu."Saat melihat cek 2 miliar itu, orang-orang tua di sana sungguh iri. Uang itu cukup untuk membiayai pensiun mereka."Sialan!" maki Omar. Dia terlihat menggertakkan gigi sambil mengepalkan tinjunya erat-erat. Uang Ini seharusnya menjadi miliknya, tetapi tidak disangka malah dirampas Luther. Peluangnya untuk mencapai pansos telah dihancurkan oleh bocah itu."Terima kasih," ucap Luther. Dia sama sekali tidak bersikap sungkan dan langsung menerima cek tersebut. Meskipun tidak menyelamatkan orang demi uang, Luther tetap tidak bisa menolak jika orang lain memberinya uang."Tuan Luther, aku masih ada urusan, sampai jumpa lain waktu. Jangan lupa, kalau ada masalah, silakan mencariku di rumah Keluarga Ghanim," ucap Julia. Kemudian, wanita itu segera pergi. Berhubung baru saja diselamatkan dari sungai, penampilannya sangat buruk. Dia harus segera membersihkan diri.Boris tiba-tiba menat
"Dokter Ghufran? Dokter Ghufran datang?" Melihat Ghufran, semua orang langsung mengerumuninya dan meninggalkan Luther. Meski penampilan Luther tadi sangat mengesankan, jika dibandingkan dengan Ghufran, pastinya akan jauh berbeda. Bagaimanapun, reputasi Ghufran sudah sangat terkenal dan terpatri dalam hati orang banyak. Posisinya tak tergoyahkan." Dokter Ghufran! Akhirnya Anda datang juga! Klinik Svarga hampir saja celaka tadi!""Benar! Hampir saja muncul korban jiwa. Untungnya ada seorang dokter sakti yang menolong, sehingga mempertahankan reputasi Klinik Svarga!""Dokter Ghufran, jangan-jangan dokter sakti itu murid barumu?"Semua orang saling bersahutan, menunjukkan kemampuan mereka bergosip. Keributan itu membuat Ghufran yang baru saja masuk termangu. Seketika, dia mematung di tempat dan tidak tahu harus bagaimana merespons."Semuanya, tenang dulu .... Jangan berisik ...," kata Ghufran seraya mengangkat tangannya. Setelah semua orang tenang, dia baru bertanya, "Apa yang terjadi seb
"Kakek, kenapa kamu bawa orang asing lagi?" pungkas Sharisa sambil mengernyit. Dia terkesan tidak senang."Sharisa, jangan tidak sopan!" Wajah Ghufran langsung menjadi muram. "Tadi dia menolong Klinik Svarga, dia ini orang yang berjasa pada kita. Tentu saja aku harus mengundangnya untuk minum teh.""Memangnya dia bisa bantu kita apa?" Sharisa melihat penampilan Luther dari atas ke bawah dengan ragu-ragu."Tadi ada sedikit kecelakaan medis di klinik, anak muda ini yang membantu kita. Kalau tidak, reputasi kita pasti sudah hancur," kata Ghufran dengan serius. Jika Nona Keluarga Ghanim benar-benar meninggal di Klinik Svarga, konsekuensinya sudah pasti bukan hanya reputasi klinik yang hancur."Kakek, jangan bercanda. Ada banyak sekali dokter di klinik kita, penyakit apa yang tidak bisa disembuhkan? Apa masih butuh bantuan orang lain?" Sharisa sama sekali tidak percaya. Reputasi Klinik Sharisa terkenal dengan keahliannya. Ada banyak sekali pasien yang tidak bisa sembuh di rumah sakit besar,
Ghufran menutup pintu lantai dua, lalu mondar-mandir sejenak sebelum akhirnya naik ke lantai tiga. Pintu lantai tiga telah tertutup rapat. Di dalamnya ada berbagai jenis pengaman. Dimulai dari pintu besi, baja, anti maling, sampai CCTV, semuanya sangat lengkap. Saking ketatnya penjagaannya, tidak ada seorang pun yang bisa masuk ke sini.Setelah melalui berbagai kesulitan, Ghufran akhirnya masuk ke lantai tiga. Suasana di sini sangat gelap. Sebagian besar ruangan ini dipenuhi dengan barang bekas yang digunakan untuk mengelabui orang. Hanya ada sebuah kamar di dalamnya yang sangat bersih, hangat, dan nyaman.Namun saat ini, di atas ranjang itu berbaring seorang pria paruh baya yang kurus dan pucat. Pria itu dalam keadaan koma, napasnya sangat lemah dan panjang. Napasnya bahkan hampir tidak terlihat, bagaikan orang yang sudah meninggal.Ghufran berjalan ke sisi ranjang pria itu, lalu memeriksa denyut nadinya seraya menghela napas panjang. "Haeh ... sudah 10 tahun. Entah kapan kamu bisa ba