"Dokter Ghufran? Dokter Ghufran datang?" Melihat Ghufran, semua orang langsung mengerumuninya dan meninggalkan Luther. Meski penampilan Luther tadi sangat mengesankan, jika dibandingkan dengan Ghufran, pastinya akan jauh berbeda. Bagaimanapun, reputasi Ghufran sudah sangat terkenal dan terpatri dalam hati orang banyak. Posisinya tak tergoyahkan." Dokter Ghufran! Akhirnya Anda datang juga! Klinik Svarga hampir saja celaka tadi!""Benar! Hampir saja muncul korban jiwa. Untungnya ada seorang dokter sakti yang menolong, sehingga mempertahankan reputasi Klinik Svarga!""Dokter Ghufran, jangan-jangan dokter sakti itu murid barumu?"Semua orang saling bersahutan, menunjukkan kemampuan mereka bergosip. Keributan itu membuat Ghufran yang baru saja masuk termangu. Seketika, dia mematung di tempat dan tidak tahu harus bagaimana merespons."Semuanya, tenang dulu .... Jangan berisik ...," kata Ghufran seraya mengangkat tangannya. Setelah semua orang tenang, dia baru bertanya, "Apa yang terjadi seb
"Kakek, kenapa kamu bawa orang asing lagi?" pungkas Sharisa sambil mengernyit. Dia terkesan tidak senang."Sharisa, jangan tidak sopan!" Wajah Ghufran langsung menjadi muram. "Tadi dia menolong Klinik Svarga, dia ini orang yang berjasa pada kita. Tentu saja aku harus mengundangnya untuk minum teh.""Memangnya dia bisa bantu kita apa?" Sharisa melihat penampilan Luther dari atas ke bawah dengan ragu-ragu."Tadi ada sedikit kecelakaan medis di klinik, anak muda ini yang membantu kita. Kalau tidak, reputasi kita pasti sudah hancur," kata Ghufran dengan serius. Jika Nona Keluarga Ghanim benar-benar meninggal di Klinik Svarga, konsekuensinya sudah pasti bukan hanya reputasi klinik yang hancur."Kakek, jangan bercanda. Ada banyak sekali dokter di klinik kita, penyakit apa yang tidak bisa disembuhkan? Apa masih butuh bantuan orang lain?" Sharisa sama sekali tidak percaya. Reputasi Klinik Sharisa terkenal dengan keahliannya. Ada banyak sekali pasien yang tidak bisa sembuh di rumah sakit besar,
Ghufran menutup pintu lantai dua, lalu mondar-mandir sejenak sebelum akhirnya naik ke lantai tiga. Pintu lantai tiga telah tertutup rapat. Di dalamnya ada berbagai jenis pengaman. Dimulai dari pintu besi, baja, anti maling, sampai CCTV, semuanya sangat lengkap. Saking ketatnya penjagaannya, tidak ada seorang pun yang bisa masuk ke sini.Setelah melalui berbagai kesulitan, Ghufran akhirnya masuk ke lantai tiga. Suasana di sini sangat gelap. Sebagian besar ruangan ini dipenuhi dengan barang bekas yang digunakan untuk mengelabui orang. Hanya ada sebuah kamar di dalamnya yang sangat bersih, hangat, dan nyaman.Namun saat ini, di atas ranjang itu berbaring seorang pria paruh baya yang kurus dan pucat. Pria itu dalam keadaan koma, napasnya sangat lemah dan panjang. Napasnya bahkan hampir tidak terlihat, bagaikan orang yang sudah meninggal.Ghufran berjalan ke sisi ranjang pria itu, lalu memeriksa denyut nadinya seraya menghela napas panjang. "Haeh ... sudah 10 tahun. Entah kapan kamu bisa ba
Ghufran menatap Luther dengan intens, seolah-olah ingin mencari petunjuk dari wajah Luther. Namun sayangnya, dia tidak bisa menemukan celah apa pun dari ekspresi Luther. Kemudian, dia bertanya dengan waswas, "Kenapa aku harus percaya padamu?""Dokter Ghufran, kalau aku datang untuk balas dendam, mudah sekali bagiku untuk membunuh kalian berdua." Sambil berbicara, Luther menjentikkan jarinya. Muncul energi internal yang memelesat dari jarinya. Detik berikutnya, vas bunga di jendela langsung meledak dan hancur berkeping-keping."Hah?" Ekspresi Ghufran langsung menjadi muram. Jika pria ini bisa menghancurkan vas dari jarak jauh, jelas sekali dia adalah seorang ahli bela diri. Kalau pemuda ini memang berniat untuk membunuhnya, Ghufran juga tidak bisa menghalanginya. Oleh karena itu, Ghufran tak punya pilihan lain."Dokter Ghufran, mohon maaf kalau ada yang menyinggungmu," balas Luther sambil memberi hormat."Baiklah! Aku akan percaya kamu datang untuk balas budi sementara ini. Sayangnya, k
"Meski merepotkan, aku memang bisa menyembuhkannya." Luther mengangguk dengan serius, lalu menimpali, "Tapi, aku butuh bantuan Dokter Ghufran.""Nak, kalau kamu bisa menyembuhkan penyakitnya, bahkan harus menjual Klinik Svarga sekalipun aku rela!" Sambil berkata demikian, Ghufran mengubah topiknya, "Tapi masalahnya, bagaimana kamu membuktikan kalau kamu punya kemampuan seperti itu?"Ini menyangkut masalah nyawa, tentu saja Ghufran tidak akan mengambil risiko, apalagi mempertaruhkan nyawa penyelamatnya kepada seorang pemuda."Tadi kamu bilang, tubuh Paman masih ada energi internal yang tersisa. Kalau aku bisa menghilangkannya, apa ini cukup untuk membuktikannya?" tanya Luther kembali."Hm?" Ghufran memusatkan perhatian, lalu berkata dengan serius, "Nak, energi internal ini sangat kuat. Nggak bisa dihilangkan hanya dengan keterampilan medis. Kamu jangan membual." Jika semudah itu menghilangkan energi internalnya, mana mungkin akan ditunda sampai sekarang?"Keterampilan medis biasa tentu
Pada saat bersamaan, tenaga dalam yang murni di tubuhnya mulai bersatu dan mengalir perlahan-lahan melalui meridian Bahran."Duk, duk, duk ...." Suara detak jantung Bahran mulai berdegup kencang. Selanjutnya, energi internal yang mendominasi dalam tubuh Bahran mulai meluap dan menyerbu tenaga dalam Luther dengan kecepatan tinggi.Saat kedua energi itu berbenturan, tubuh Bahran bergetar sejenak, seolah-olah tersengat listrik. Luther mengerutkan alisnya, lalu mulai menggerakkan tenaga dalamnya untuk berpacu dengan energi internal tersebut.Energi internal dari Formasi Perenggut Nyawa itu sangat dahsyat. Bagaikan binatang buas, ia akan melahap semua energi yang menyusup ke tubuh tersebut. Demi keselamatan Bahran, Luther tidak berani berbentrokan langsung dengan energi internal itu. Dia terpaksa menggunakan cara Taichi, yakni menghadapi kekerasan dengan kelembutan.Melalui tenaga dalam yang disalurkannya secara terus-menerus, Luther mulai perlahan-lahan mengikis energi internal dari Formas
Saat jari Luther mengenai dada Bahran, terdengar suara ledakan yang bergemuruh. Tubuh Bahran bergetar hebat dan langsung memuntahkan darah yang banyak dari mulut dan hidungnya. Meridiannya telah rusak sebagian besar, tubuhnya yang memang sudah terluka parah, kini menjadi semakin menyedihkan.Bagaikan nyala lilin yang redup, nyawa Bahran bisa mati setiap saat. Pada saat bersamaan, Formasi Perenggut Nyawa yang melekat padanya juga sudah hancur dengan serangan Luther."Terima kasih, Tuan Penyelamat!" Wajah Ghufran langsung menjadi pucat karena saking ketakutan. Dia buru-buru memeriksa kondisi Barhan. Setelah memastikan Bahran masih bernapas, dia baru merasa lega."Luther! Sudah kubilang jangan memaksakan diri, kenapa kamu nggak dengar? Apa kamu tahu, kamu hampir saja membahayakan nyawanya tadi?!" maki Ghufran.Luther terduduk lemas di kursi dengan napas terengah-engah. Sekujur tubuhnya basah kuyup karena keringat. Dia langsung merasa lesu. Setelah menenangkan diri, Luther baru berkata den
Ekspresi Luther berubah menjadi serius. "Kalau mau dibilang menyelamatkan nyawanya, ini masih terlalu dini. Meskipun aku sudah berhasil menetralkan energi sejati di dalam tubuh Paman Bahran, fungsi tubuh dan Delapan Meridian Luar Biasa sudah rusak parah. Sekarang, dia ini nggak berbeda dengan mayat hidup. Untuk membuatnya sadar kembali, kita harus membangun ulang meridiannya dan mengubah seluruh tubuhnya."Mendengar perkataan itu, Ghufran langsung mengernyitkan alisnya. "Membangun ulang meridian? Mengubah seluruh tubuhnya? Hanya Pil Pemurni Sumsum yang terkenal yang bisa melakukan hal ini, tapi pil itu telah lama hilang. Mau cari di mana pil itu dalam waktu sesingkat ini?"Pil Pemurni Sumsum adalah obat suci yang tercatat dalam teks kuno. Dengan memakan pil itu bisa membersihkan sumsum dan mengubah seluruh tubuh, seperti terlahir kembali. Pil itu bisa menyembuhkan meridian yang putus ataupun cacat bawaan. Satu-satunya masalah adalah pil itu terlalu langka, sehingga Ghufran hanya pernah